8. Iyan pake bajuuu!

70 13 0
                                    

"Lepasin tangan gue!" ucapku sembari melepaskan tanganku dari pegangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepasin tangan gue!" ucapku sembari melepaskan tanganku dari pegangannya. Aku baru menyadarinya, bahwa dia sejak tadi memegang tanganku.

"Sorry, abis dingin dan tangan lo anget."

Mulai menyebalkan lagi. Aku sering berbuat salah dan kali ini adalah minta maaf tersulit seumur hidupku.

"Gue..." Apa benar aku harus minta maaf? Atau enggak deh! Tapi kan aku salah.

"Gue apa?" tanya Iyan.

"Gue minta maaf," ucapku cepat lalu berlari meninggalkan Iyan. Aku tidak ingin melihat responnya. Ayolah. Aku meminta maaf pada Iyan? Itu sangat memalukan.

***

Dentuman musik mulai terdengar. Ada beberapa guru yang memandu gerakan senam di depan sana. Setiap siswa diarahkan untuk berbaris sesuai kelompoknya masing-masing.

Jika awalnya aku dan Syeira selalu berbaris di depan, kali ini aku berbaris di belakang. Sejak tadi, Syeira masih tidak menyukai kehadiranku di dekatnya. Aku tak akan memaksakannya, aku akan memberinya waktu dulu agar pelan-pelan dia bisa memaafkanku.

Mulanya kita semua melakukan pemanasan terlebih dahulu. Lagu pun berganti dan saatnya untuk memulai senam.

"Gue tahu gerakan ini, ini pasti akan seru," kata Iyan yang berbaris sejajar denganku. Seperti biasa barisan laki-laki dan perempuan dipisahkan.

"Gue nggak pernah senam sebelumnya. Waktu senam tahun kemarin pun gue gerak asal-asalan," ungkapku jujur.

"Yang bener?" Iyan malah tertawa. "Tenang, gue ajarin." Wajahnya ... lumayan meyakinkan.

Gerakan senam pun dimulai. Mulanya gerakannya cukup sederhana dan bisa aku tiru dengan mudah.

"Yang semangat dong!" ujar Iyan saat melihat aku yang hanya bergerak alakadarnya.

"Kayak gini nih!" Iyan memperlihatkan gerakan dengan penuh semangat, malah terlalu bersemangat menurutku. Tapi dia lucu juga.

Aku tak mau kalah, aku juga bergerak dengan penuh semangat. Walaupun kita berada di barisan paling belakang tapi semangatku dan Iyan tak ada yang mengalahkan.

Tiba-tiba pemandu senam di depan mulai melakukan gerakan yang cukup rumit. Aku langsung mati kutu. Semangatku padam seketika. Akhirnya aku hanya bergerak-gerak asal-asalan, namun sialnya Iyan malah menertawakanku.

"Diem ih, nanti orang-orang liat!" keluhku geram.

Iyan pun berdiri di belakangku. Ia memegang kedua tanganku dan menggerakan tanganku seperti yang ditunjukan pemandu senam.

"Kakinya ke depan sebelah," suruhnya.

Aku paham sekarang, ternyata gerakannya tidak terlalu sulit. Iyan tak langsung melepaskan pengangannya. Ia terus menggerak-getakan tubuhku seakan aku adalah bonekanya. Tapi itu sangat menyenangkan, sesekali Iyan juga melakukan gerakan yang salah lalu kami tertawa.

Kita Yang Tersesat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang