Aku dan Bara harus berpisah di persimpangan koridor. Aku terpaksa berjalan sendirian menuju kelasku. Saat sampai di kelas Aulia langsung menghampiriku dengar raut wajah panik.
"Nian lo ke mana aja?!" omelnya.
"Nggak ke mana-mana, cuma ngobrol bentar sama Bara tadi. Ada apa emang?" tanyaku heran.
"Lo nggak lupa 'kan sekarang ada ulangan kimia?" tanya Aulia cemas.
Jantungku seakan berhenti berdetak selama beberapa detik saking kagetnya. Aku benar-benar lupa, kemarin aku terlalu fokus pada tugas membuat artikel yang Laras berikan. Aduh bagaimana ini, aku benar-benar tak ingin nilai ulanganku anjlok.
Akhirnya tanpa banyak berpikir aku dan Aulia memanfaatkan waktu yang ada untuk menuliskan contekan. Hingga jam pelajaran pertama pun di mulai. Dan benar saja, sang guru menyuruh kami semua untuk mengumpulkan buku catatan dan tugas di meja guru.
Guru berperawakan tinggi dan kurus itu pun mulai membagikan lembar soal. Sisi kiri dan kanan dibedakan, jadi aku dan Aulia tak bisa bekerja sama.
Kami semua mulai mengerjakan ulangan. Suasana begitu hening, semua siswa fokus pada soal mereka masing-masing sedangkan Bu Nala--guru kimia-- memeriksa buku tugas kami satu persatu.
Tiba-tiba terdengar beberapa bisikan di bangku paling ujung--bangku yang diduduki Fadil. Bu Nala menatap tajam ke arah Fadil. Hanya dengan tatapannya saja Fadil terlihat begitu ketakutan dan terdiam menunduk.
"Sekali lagi saya dengar kalian bisik-bisik. Saya pastikan nilai ulangan kalian kosong," ancamnya tegas. Ucapannya cukup untuk membuat para siswa ketakutan termasuk aku.
Namun ada beberapa soal yang aku lupa rumusnya. Akhirnya dengan hati-hati, aku mulai membuka kertas contekanku. Aku kembali mengerjakan soalku dan sesekali menatap ke depan, memastikan Bu Nala tak melihatnya.
Deg.
Tiba-tiba aku melihat Naila menatap ke arahku. Aku yakin dia pasti melihatku mencontek. Aku menatap Naila dengan tatapan memelas, memberinya isyarat untuk tidak mengadukan semua ini pada Bu Nala.
Namun ekspresi Naila tak dapat kutebak. Dia kembali mengerjakan soalnya. Aku terus berharap agar Naila melupakan semua yang ia lihat barusan.
***
Jam istirahat pun tiba. Salah seorang siswa dari kelas lain datang dan memberikan beberapa kertas pada Amelia. Ternyata itu hasil ulangan kimia pagi tadi. Amelia pun mulai membagikan hasil ulangan tersebut dan dengan iseng membeberkan nilai-nilai setiap siswa di depan kelas. Aku berharap nilaiku tak begitu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...