Aku membuka lembaran demi lembaran buku pelajaran kimia. Mulanya semua itu mudah, kenapa sekarang jadi begitu sulit diingat. Besok akan dilaksanakan uji tes pemahaman. Setiap beres satu bab selalu ada ulangan harian.
Kenapa belajar kali ini jauh lebih susah? Apa aku menuliskan contekan lagi? Ah, itu tidak baik. Dan jika ketahuan, bisa habis riwayatku.
Fokus Nian! Semakin berusaha fokus, semakin aku mengingat Iyan. Hebat sekali cinta. Dia bisa membuat aku yang dulunya mudah menghapal hanya dengan dua sampai tiga kali baca saja, sekarang jadi payah. Sudah belasan kali kubaca materi, rumus serta pembahasannya tapi tak satupun yang nyakut di otak.
Kudengar kelas Iyan sudah melaksanakan ulang beberapa hari lalu. Apa aku bertanya pada Bani saja seputar soal agar belajarnya langsung ke inti.
Aku meraih ponselku dan mulai mengirim pesan pada Bani.
Ban, ulangan kimia
kemarin gmna?Gilaaa susah banget njir(
Tentang apa aja?
Hitungan semua
Gila sih
Gue hafalin banyak materi
tahunya yang muncul cuma
perhitungan ph sama poh asam
dan basaEh ada buffer juga kalo
gasalahAda garam juga deh kek nya
Gatau ah pusing gue
Tentang asam basa lemah kuat?
Nggak ngerti
Emangnya asam basa ada
lemahnya juga? Kek elu dong:vIh jahat lu
Tapi makasih ya
Oke
Oh iya, Iyan nggak marah kan
setelah kita panas-panasin
waktu itu?Marah sih engga
Tpi jdi beda sikap
Beda sikap gmna?
Jadi dingin gitu
Ditanya kadang nggak ngejawab
Diajak temen-temen selama ada
gue dia nggak mau ikutPokoknya jadi jaga jarak
gitu sama gueBeneran?
Iya.
Aduh maaf ya
Gara-gara gue kalian jadi renggang
Udahlah gpp
Aku mengakhiri chatku bersama Bani. Bagaimana ini, aku secara tidak langsung menaruh sekat dalam pertemanan Bani dan Iyan. Ini semua salahku, harusnya dari awal aku tak pura-pura dekat dengan Bani.
Aku harus bicara pada Iyan.
***
Di pagi yang sedikit mendung, aku berusaha sesegera mungkin untuk sampai di sekolah. Aku masih tak habis pikir dengan Iyan, maksud dia menjauhi Bani apa? Kekanak-kanakan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...