"Lo sedeket apa sama Bara?" tanya Aqila.
Lah, kok Bara?
Wajah panikku berubah heran. Kukira mereka akan memakiku karena aku mencontek tadi.
"Jawab!" bentak Amelia.
"Mel, apaan sih! Nggak usah bentak-bentak juga kali," tegur Aqila.
"Ya abis diam diem mulu, abis ngemil lem kayu ya," ujar Amelia asal.
"Amel!" tegur Aqila.
"Tau! Diem lo ini urusan Aqila," tegur Mika.
"Ini sebenernya ada apa? Gue nggak ngerti," kataku bingung sendiri.
"Gue tadi liat lo jalan berdua sama Bara pas udah upacara," adu Amelia.
"Gue juga sering liat lo ngedeketin Bara sebelum masuk kelas," tambah Mika.
"Ya itu hak gue lah," jawabku berusaha berani. Apa diantara mereka ada yang menyukai Bara? Tidak! Meski salah satu dari mereka ada yang menyukai Bara, aku tidak akan mengalah.
"Berani lo sama kita?!" ujar Amelia meremehkan.
"Songong ya sekarang," tambah Mika.
"Nggak nyangka sih," imbuh Naila.
"Guys stop! Kalian apa-apaan sih. Biarin gue bicara berdua sama Nian," tegas Aqila. Amelia, Mika dan Naila pun pergi dari sana.
"Gue tanya lagi sama lo, lo sedeket apa sama Bara?" tanya Aqila lebih lembut jika dibandingkan dengan teman-temannya.
"Cuma temen kok," jawabku enggan. Aku selalu mati kutu di depan Aqila. Dia terlalu lembut untuk kukasari. Seandainya dia Amel mungkin aku sudah membentaknya.
"Temen aja?" tanya Aqila seperti penasaran.
Ada apa ini? Apa Aqila suka Bara?
"Iya."
Untuk saat ini, nggak tahu kalau nanti, lanjutku dalam hati.
"Lo tahu kalau gue pacar Bara?" tanya Aqila lembut. Namun berhasil membuatku kaget bukan main.
Jleb
Kata-kata yang lembut itu berhasil menusuk ulu hatiku dan membelah dadaku. Rasanya sesak sekali.
Benarkah ini?
Tidak! Ini harus mimpi!
"Nian, lo nggak suka kan sama Bara?" tanya Aqila masih dengan nada yang lembut.
"Enggak. Kita temenan biasa kok. Gue nggak suka sama dia," jawabku datar, jauh di dalam hatiku aku tengah menahan sakit yang teramat sangat. Aku tak berani menatap mata Aqila. Ya Tuhan kenapa perih?!
"Oh. Gini ya, lo jangan salah paham. Gue nggak larang kalian buat temenan. Nggak papa kalo lo sama Bara temenan, gue nggak keberatan. Tapi tolong jangan terlalu deket, selayaknya temen aja. Lo juga cewek, pasti ngerti lah perasaan gue," bujuk Aqila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...