Berhari-hari tinggal di rumah nenek, perasanku sudah mulai terobati. Kuharap suasana rumah juga sudah tak terlalu panas. Saat kami semua tengah menyantap sarapan, ponselku tiba-tiba berdering di atas meja makan.
"Kak Rayhana, Kak," lapor Neola.
"Iya tahu. Biarin dulu aja," jawabku.
"Eh, angkat aja siapa tahu penting," saran nenek.
"Iya, angkat aja Kak," tambah Neola.
"Yaudah." Aku lekas pergi ke dapur untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo?"
"Puja, gue di depan rumah lo. Gue ketuk-ketuk pintunya nggak ada yang nyaut."
"Aduhh, gue belum ngasih tahu elo, ya. Gue tinggal di rumah nenek gue dulu untuk sementara ini," jelasku. Aku benar-benar merasa bersalah dia pasti cape-cape menjemputku.
"Share lok aja, gue ke sana sekarang."
"Nggak usah. Deket kok ke sekolah, nanti gue bisa naik angkot nggak lama langsung sampe."
"Nggak papa, gue jemput aja."
"Nggak usah."
"Yaudah deh, nanti ketemu di sekolah ya."
"Iya."
Panggilan pun berakhir. Aku kembali ke meja makanku. Namun apa yang terjadi? Neola ternyata menceritakan tentang Iyan pada nenek dan kakekku. Sungguh memalukan sekali.
"Nenek baru tahu kalo kamu punya pacar," ucap nenek sambil tersenyum jahil.
"Ah nenek, ucapan Ola ini ngaco." Aku kembali melanjutkan makanku meski beberapa kali nenek dan kakek menggodaku.
"Ola, kamu ke sekolahnya bareng kakek aja ya. Sekalian kakek mau beli pakan burung nggak jauh dari sekolah kamu," ucap kakek sembari menepikan piringnya yang telah kosong karena sarapannya habis.
"Beneran, Kek? Makasih." Neola tampak begitu senang.
"Nggak ngerepotin, Kek?" tanyaku merasa tak enak.
"Enggak."
"Yaudah kalo gitu Nian berangkat duluan, ya," pamitku. Aku mencium tangan nenek dan kakek lalu mengusap rambut Neola. Aku lekas pergi takut terlambat. Hari ini hari senin, sekolah dimulai lebih awal karena akan dilaksanakan upacara pengibaran bendera lebih dulu.
Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil menuju jalan raya. Sampai di mulut gang, langkahku langsung terhenti.
Aku tertegun, mematung.
Di seberangku tepatnya di depan SMA Bakti Mutiara, aku melihat motor Iyan di tepi jalan. Ia tengah berbincang bersama seorang gadis berkerudung putih. Itu adalah gadis yang menabrakku waktu itu. Ternyata dia memang pacar Iyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...