23. Masak bersama

38 10 3
                                    

Di dapurku yang kecil, Iyan malah membeludakkan semua belanjaan sekaligus dari kantung kresek membuat dapur semakin terlihat sempit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dapurku yang kecil, Iyan malah membeludakkan semua belanjaan sekaligus dari kantung kresek membuat dapur semakin terlihat sempit. Dasar Iyan!

"Udah dibilangin jangan di dapur gue, sempit!" omelku sambil membereskan bahan masakan dan merapikannya agar tidak berantakan.

"Nggak papa. Mau masak apa dulu nih? Kangkung?" tanya Iyan.

"Bego lo, nggak pernah masak ya. Kangkung tuh nanti di masaknya belakangan. Nih!" Aku menyodorkan kantung kresek berisi ikan pada Iyan.

"Apa ini?"

"Ikan, cuci sana!" perintahku pada Iyan sembari menunjuk wastafel dengan daguku.

"Kenapa gue?" tanya Iyan tanpa mengambil kantung kresek itu dari tanganku.

"Gue mau bikin bumbu buat marinasinya. Kalo gue yang cuci, lo bisa bikin bumbu marinasi?"

"Pake garem sama lada aja cukup," jawab Iyan.

"Enak aja, gue mau ikannya enak. Cepet cuci jangan banyak omong!" perintahku. Bak seorang istri yang tengah menjajah suaminya.

"Iya, Ibu Negara," jawab Iyan pasrah. Ia mengambil kantung kresek dari tanganku dan mulai mengeluarkan ikannya dalam wastafel.

"Pujaaa ikannya masih hidup anjir!" teriak Iyan ketakutan lalu menjauh dari wastafel.

"Lebay!"

Aku menghampiriku wastafel dan mulai mengambil salah satu ikan lalu membelah perutnya dengan sayatan memanjang lalu mengeluarkan organ dalam ikan tersebut setelahnya aku melepaskan sisiknya dibantu oleh pisau.

"Lo lanjutin ngupas kunyit gih," perintahku pada Iyan.

"Wih, Puja hebat. Ikannya K.O. dalam hitungan detik. Cocok lo jadi psikopat hewan," ucap Iyan sambil terkagum-kagum.

"Mau lo gue bunuh juga?!"

"Enggak lah. Gila lo, masa' mau bunuh orang ganteng kaya' gue," celoteh Iyan yang masih melihatku membersihkan ikan.

"Udah ngebacotnya? Cepet kupas kunyitnya!"

"Ya elah galak amat." Iyan mulai mengupas kunyit dengan mata yang sesekali memperhatikanku. Aku juga sesekali memperhatikannya, takut kerjanya tidak becus.

Setelah ikan selesai dibersihkan dan dimarinasi, aku mendiamkannya sejenak agar bumbu marinasinya meresap dengan baik. Aku beralih mengolah bahan yang lain, Iyan juga masih setia membantuku.

"Iyan?"

"Apa?"

"Lo sebenernya ngerokok ya?" tanyaku enggan. Tak dapat dipungkiri, aku masih sangat penasaran dan butuh penjelasan.

"Enggak, kan udah gue bilang semalem."

"Nih kupas!" Aku memberikan bawang bombai padanya, "Terus, kenapa tadi lo bawa bensin?"

Kita Yang Tersesat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang