20. Jangan Insecure

50 9 2
                                    

  

Pilihan kami berhenti di sebuah warteg dekat terminal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pilihan kami berhenti di sebuah warteg dekat terminal. Aku pernah makan bersama ayah di sana. Meski masakannya sederhana, namun rasanya tak diragukan lagi. Yang paling aku suka adalah kentang dan telur baladonya, menurutku pedasnya pas dan bumbunya meresap dengan baik.

  Iyan langsung memesan dan duduk di salah satu tempat duduk yang di sediakan. Aku memperhatikan terlebih dulu satu persatu menu yang dihidangkan dalam sebuah nampan stainless, dari semua menu yang kuperhatikan tetap saja pilihanku jatuh pada telur dan kentang balado.

  Setelah memesan aku duduk di dekat Iyan. Warteg itu cukup ramai jadi aku dan Iyan harus menunggu cukup lama. Sembari menunggu, aku membuka instagram. Sialnya story Aqila muncul paling kiri di beranda IGku. Namun dengan bodohnya aku malah membuka instastorynya. Ternyata berisi kebersamaannya dengan Amelia, Mika dan Naila. Entah kenapa, aku merasa sesak melihat tawa bahagianya. Menurutku Tuhan terlalu baik padanya. Sudah menganugerahkan kecantikan dan kebaikan, Tuhan juga memberikan Bara padanya. Pantas saja hidupnya selalu bahagia. Iya, aku iri!

  Kurang puas menyakiti diriku sendiri, aku pun membuka profile instagram Aqila dan melihat semua feed dan sorotan di IGnya. Lagi-lagi aku insecure. Dia selalu cantik dalam keadaan apapun termasuk saat tertidur. Benar-benar seperti bidadari. Ini rasanya tak adil.

  "Lo nggak lesbi kan?" tanya Iyan tiba-tiba. Ternyata Iyan memperhatikan yang kulakukan sejak tadi.

"Enggak lah!" erangku.

"Gue pikir karena lo sakit hati, lo berubah haluan jadi suka cewek."

  "Dih. Amit-amit, gue abis normal kali."

"Trus lo ngapain ngepoin cewek itu?" heran Iyan. Tanpa kami sadari, kami mengabaikan makanan yang kini sudah tersaji di depan kami.

"Ini Aqila, dia ..."

"Oh, gue ngerti. Nggak usah diterusin!" tutur Iyan iba, "gue minta maaf."

"Lo tahu ..."

"Iya. Pacar Bara kan, cowok yang lo suka. Gue nggak bermaksud ngebuka luka lo, gue minta maaf," pelas Iyan tampak begitu merasa bersalah.

"Nggak papa, santai aja," jawabku lalu mendekatkan piring berisi menu pesananku, "mending kita makan."

  "Iya lo bener. Selamat makan."

  Aku hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutku namun tiba-tiba Iyan menghentikanku.

  "Berdoa dulu," tegurnya.

  "Eh, iya lupa." Aku tersenyum kikuk.

  ***


Sembari menunggu Iyan membayar makanan kami, aku menunggu di luar, duduk di teras warteg. Lagi, aku membuka instagram dan kembali mengamati postingan Aqila. Aku tahu itu sakit, tapi aku tak bisa berhenti untuk tidak peduli. Aku selalu ingin tahu tentang hidup Aqila dan perkembangan hubungannya dengan Bara.

Kita Yang Tersesat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang