SELAMAT DATANG DI
Part 02 cerita 'Kita yang Tersesat'
.
.
.
.*Jangan lupa vote dan komen ya
.
.
.- 02. Tameng untuk Adik -
*****
Ibu.
Walau kadang sikapnya menjengkelkan dan kerap kali membuat kesal, dia akan selalu menjadi wanita paling mulia dalam kehidupan anak-anaknya.Quotes 03
Kita yang Tersesat
***
"Assalamualaikum," ucapku begitu sampai di rumah.
"Waalaikumsalam," jawab ibu yang tengah menonton TV. Sementara Dio tertidur di pangkuannya. Dio adalah bungsuku yang baru berusia lima belas bulan.
Aku lekas mencium tangan ibu dan pergi ke kamar untuk ganti baju. Aku membuka tasku dan mengambil surat izin mengikuti camping. Aku menarik napas dalam-dalam dan mulai mengumpulkan keberanian. Aku harap kali ini ibu kembali memberi izin.
Aku menghampiri ibu dan duduk di dekatnya. Setelah dilihat-lihat sepertinya mood ibu sedang bagus.
"Ola ke mana, Bu? Kok dari tadi nggak keliatan," tanyaku basa-basi. Ola adalah panggilan untuk Neola,adik pertamaku.Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
"Ibu nyuruh dia beli bakso di deket terminal. Kayaknya pedagangnya penuh jadi lama belinya."
Rumahku lumayan dekat dengan terminal, hanya beberapa menit berjalan kaki saja sudah sampai.
"Oh. Eum... ibu."
"Apa?"
"I...ni." Aku menyodorkan surat izin tersebut pada ibu.
"Tagihan SPP, ya? Ibu nggak punya uang, ke ayah kamu aja."
Meski mendapat beasiswa, tapi aku tetap harus membayar SPP meski hanya setengahnya. Sedangkan biaya daftar masuk dan uang bangunan digratiskan.
"Bukan. Ini surat izin camping, Bu. Ibu izinin, ya," bujukku memelas.
"Ibu nggak punya uang buat bekal camping-nya nanti." Ibu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.
"Itu semua urusan aku. Aku nggak minta uang ibu, aku cuma butuh izin ibu. Diizin ya?"
Setiap hari, aku selalu menyisihkan uang jajanku untuk keperluan lain seperti ini. Jadi aku bisa menggunakan uang simpananku untuk bekal camping nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...