Masih di lapangan luas di dekat hutan, kegiatan kembali di lanjutkan. Masih ada beberapa kelompok yang belum menjalankan post to post dan masih ada beberapa kelas juga yang belum menunjukan penampilannya.
Aku duduk bersama Syeira dan menikmati pertunjukan pentas seni kelas 12. Kali ini ada kelas 12 MIPA 2 yang menampilkan sebuah pertunjukan seni yang menakjubkan. Ada dua gadis yang bernyanyi dan ada beberapa orang yang meragakan kejadian dalam nyanyian tersebut.
Setiap kelas diberi nomor urut acak. Dan setelah penampilan kelas 12 MIPA 2 selesai dilanjutkan dengan penampilan kelas 12 MIPA 5. Kali ini sepertinya sebuah drama lagi, namun dari kostum nyeleneh yang mereka pakai sangat tertebak bahwa drama kali ini bergenre humor.
Dan benar saja. Pada awal cerita, mereka sudah berhasil mengocok perut penonton. Aku dan semua yang ada di sana tertawa terpingkal-pingkal melihat menampilan mereka.
Aku menoleh ke kanan. Jarak sekitar lima meter ada Bara yang tengah duduk di dekat Fadil dan Aqila. Ia tampak tertawa begitu lepas. Aku terus memperhatikan tawa itu lekat-lekat, sungguh menawan.
Namun tiba-tiba beberapa orang di sebelah kiriku heboh. Aku menoleh dan bertanya pada Satria yang saat itu duduk di samping kiriku sementara Syeira duduk di samping kananku.
"Ada yang hilang katanya," jawab Satria.
"Siapa?" tanyaku penasaran.
"Nggak tahu, bentar." Satria bertanya pada beberapa orang di dekat sana lalu kembali menoleh padaku, "Aulia katanya. Aulia Sherina," ungkap Satria.
Deg.
Seketika jantungku terasa berhenti. Aku tertegun, tenggelam dalam lamunan sejenak.
"Aulia Sherina?" tanyaku memastikan.
"Iya, katanya," jawab Satria.
Napasku langsung terengah-engah.
"Auliaaa!"
Aku panik bukan main dengan cepat aku berdiri dan berlari menghampiri beberapa guru yang tengah berkumpul.
Satria dan Iyan mengejarku dari belakang sembari terus memanggil-manggil namaku. Aku langsung menjadi pusat perhatian, namun aku tak peduli. Inti fokusku saat ini adalah Aulia.
"Pak, beneran Aulia hilang?" tanyaku cemas dan berderai keringat.
"Iya, tapi kamu tenang dulu, ya. Beberapa panitia sedang mencarinya," ujar Pak Dion menenangkan.
Namun saat itu kecemasanku begitu besar dan mengambil alih diriku. Aku menatap tajam pada Mika dan Amelia, mereka dan beberapa orang di sana tengah ditanyain perihal kronologi hilangnya Aulia.
Tanpa berpikir aku langsung menghampiri mereka dan tanpa sadar memaki-maki mereka terutama Mika dan Amelia. Aku tahu Aulia pasti dianaktirikan oleh kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...