"Pujaaa." Iyan memanggilku dari luar rumah. Aku bangkit dari tempat tidur lalu menemui Iyan.
"Berangkat se-- lo sakit?" Iyan tampak cemas. Dengan jaket yang kupakai dan wajah yang sayu dan pucat ia pasti langsung tahu bahwa aku sakit.
"Iya hehe. Gue kira bakalan kuat, tahunya tumbang juga," jawabku cengengesan sembari memainkan gagang pintu.
"Jadi nggak sekolah?"
"Enggak dulu deh kayaknya hehe." Aku menggaruk kepalaku. Malu merasa lemah di depannya.
"Yaudah, kalo gitu gue duluan."
"Iya, maaf ya nggak bilang dari awal jadi lo capek-capek ke rumah gue."
"Nggak papa," jawab Iyan pasrah, "kalo gitu gue duluan, ya."
"Hati-hati." Aku bergumam pelan. Namun Iyan langsung melihatku dengan tatapan tak menyangka.
"Iya, duluan." Iyan kembali pamit. Ia berbalik dan mulai melangkah. Aku juga hendak masuk kembali ke dalam rumah.
"Puja," panggil Iyan. Aku berbalik, "cepet sembuh."
"Iya."
***
Keadaan rumah semakin memanas, ayah dan ibu mulanya tak saling bicara, saat sore mereka kembali bertengkar. Aku tidak mengerti dengan mereka, apa kepergianku kemarin tak cukup untuk membuat mereka berpikir?
Aku mulai mengemasi pakaianku dan Neola. Rencananya aku akan pergi ke rumah nenek--kakak dari ibu ayah. Aku sering main ke sana, letaknya dekat SMA Bakti Mutiara.
"Kakak, kita mau ke mana?" tanya Neola yang juga membantuku berkemas.
"Kita ke rumah nenek, ya. Kakak kangen sama nenek," jawabku berdalih.
"Oh, kenapa harus bawa pakaian juga?"
"Kita nginep, ya."
"Yeee." Neola bersorak senang. Syukurlah responnya cukup baik. Dan Dio, bagaimana dia? Aku tidak bisa leluasa membawanya pergi bersamaku karena dia masih butuh asi dari ibu. Aduhh membingungkan sekali.
"Mau ke mana kalian?" Pertanyaan bernada ketus itu keluar dari mulut ibu yang sudah berdiri di ambang pintu kamar.
"Ke rumah nenek," jawab Neola dengan senangnya.
"Ngapain?" sinis ibu.
"Aku cape lihat ibu sama ayah bertengkar terus. Selama kalian belum bisa baikan, kami nggak akan pulang," jelasku.
"Kaya' yang bisa ngurus diri aja. Nanti di sana malah nyusahin!"
"Tapi Ola bakal bantu-bantu nenek kok di sana. Ola nggak akan nakal kok. Ola setuju sama kakak, Ola nggak bisa fokus belajar kalo ibu sama ayah ribut terus," jawab Neola dengan begitu percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Yang Tersesat [Completed]
Teen FictionTentang kita yang sama-sama tersesat di hubungan yang salah. Tapi ... Bukankah di dalam cinta tak ada yang benar dan salah? *** "Kenapa lo ngejadiin kecantikan sebagai tolak ukur? Percuma good looking juga kalo bad ahlak." "Tapi dia itu akhlaknya ju...