7. Tentang Raffa

33 3 0
                                    

Hana menggigit kuku kuku tangannya yang memutih. Sial. Satu kata yang bisa menggambarkan dirinya saat ini. Pasti tadi Vio doain Hana yang aneh aneh gara gara Hana nolak buat nemenin Vio cod.

Hana menghembuskan napasnya gusar. Dia nggak tau dia dimana. Hana nyasar, gara gara maksain diri ngikutin motor Raffa naik taksi. Dan sekarang Raffa ilang, atau lebih tepatnya Hana yang ilang.

Gadis itu mendudukkan dirinya di trotoar, memandang dengan lesu jalanan sepi di hadapannya. Gimana nanti kalo Hana diculik? Kan kasian penculiknya harus kasih Hana makan banyak. Hana nggak tega.

Tinnnn!

Hana berjingkat kaget, sontak berdiri saat sebuah motor berhenti dihadapannya.

"Ngapain lo? Ngikutin Raffa?"

"Eh?!" Zion itu cenayang ya? Kok bisa tau, "Gue nyesel, Zion. Nggak lagi deh buntutin Raffa, tapi lo tolongin gue ya" Hana menyatukan tangannya didepan dada. Hana harus kelihatan semelas mungkin didepan Zion biar ditolongin.

"Kurang kerjaan banget sih, lo"

"Emang" Hana menutup mulutnya, keceplosan ngomong nggak sopan sama ketua geng.

"Naik, gue anterin lo ke Raffa"

"Hah?!" Hana tergagap, "Jangan! Nanti Raffa marah gara gara gue ikutin" Ujarnya panik. Hana nggak mau Raffa kesel sama dia.

"Lo mau gue tinggalin disini?"

"Enggak!"

"Ya udah ayo"

Hana menggigit bibirnya takut, melangkah pelan naik ke boncengan Zion. Jangan sampe Hana jadi baper gara gara dibonceng Zion pake motor mahal.

Hana memegangi dadanya takut takut, melafalkan doa supaya selamat sampe tujuan.

"Zion! Gue nggak bisa napas!"

"Hah?"

"Jangan kenceng kenceng!"

"Hah?"

Hah hoh hah hoh, Zion budeg!

Lima menit. Motor Zion berhenti disebuah rumah yang lumayan besar. Hana tebak ini adalah markasnya geng mereka, soalnya banyak motor gede. Hana jadi malu, serasa mau dikenalin pacar ke temen temennya.

"Sepi banget"

Azka, Azrial dan Raffa menoleh, melotot kaget mendapati Hana sudah cengengesan disamping Zion.

"Anak anak pergi naik mobil beli makanan" Azrial menjawab.

"Lo kok bisa berdua?" Tanya Azka menyelidik, Azka nggak suka sama kejutan yang kayak gini.

"Nih bocah ngikutin Raffa, trus kesasar"

Azka dan Azrial sontak terbahak, membuat Hana mencebik sambil mendudukkan dirinya disamping Azrial.

"Lo pada mabok?"

Azka mengangguk, "Iya, kaget lo?"

Hana menggeleng, "Biasa aja, temen gue juga ada yang mabok." Ujarnya terbayang Afin, "Tapi kok-" Ucapannya terputus, memandang heran teh kotak yang terletak didepan Raffa.

"Raffa nggak mabok, minum soda aja dia kembung. Kalo mabok palingan bakal sekarat"

Hana mengangkat alisnya. Sumpah Hana nggak salah kalo suka sama Raffa. Raffa beda cuy!

"Han"

Hana menatap Azka, "Iya?" Jangan sampe tiba tiba Azka bilang suka sama Hana. Hana nggak siap!

"Kalo lagi puasa kumur kumur batal nggak puasanya?"

Hana tampak berpikir, "Enggak, kan nggak di telen"

"Tapi kumur kumurnya pake es cendol"

Krik krik.

Hana terdiam, mencoba mencerna. Namun sedetik kemudian tergelak. Oalah, Azka itu lagi ngelawak toh.

"Kalo ngelawak itu mukanya jangan datar, Azka" Ucap Hana sambil terkekeh.

"Gue pikir lo nggak bakal ketawa. Ya ampun, Han. Akhirnya gue menemukan temen yang sefrekuensi"

Hana terkekeh saat Azka menjabat tangannya. Cowok aneh.

"Raffa"

"Hmm"

"Lo nanti nggak mau nganterin gue pulang?"

"Nggak"

Hana mendecak, "Kan lo udah tau rumah gue"

"Hah?" Azka dan Azrial melongo kaget, menatap Raffa dengan tatapan menggoda.

"Iya, Raffa udah pernah apel ke rumah gue kok" Ucap Hana bangga. Nggak tau diri.

"Ngaco"

Hana mengerucutkan bibirnya. Mengambil handphone dan membuka peliharaan kesayangannya, pou.

"Loh, lo main pou juga?"

Hana mengangguk, membuat Azrial merapat padanya, "Gue juga, udah gede"

Hana mengangkat alisnya tertarik, "Punya gue dua tahun"

"Sama! Namanya siapa?"

"Fana, punya lo?"

"Ronaldo"

"Ayo mabar"

"Skuy"

Tanpa mereka berdua sadari. Azka, Zion dan Raffa menatap mereka dengan tatapan pias.

"Mereka berdua kayak bocah tk"

"Assalamualaikum everybody!"

Hana mendongakkan wajahnya, reflek meletakkan ponselnya saat menyadari belasan manusia masuk ke rumah yang ternyata milik Zion itu. Hana takut, gimana nanti kalo ada yang naksir dia.

"Wih, cewek siapa nih"

Hana menggenggam tangannya erat, cewek siapa pala lu! Dasar gondrong nggak ada akhlak!

"Temen sekolah kita" Azrial menjawab, mengambil sebuah teh kotak dan menyodorkannya pada Hana.

Namun sebelum sampai ditangan Hana, lebih dulu sebuah tangan menyerobotnya.

"Punya gue"

Azka mendecak, "Yaelah, Raf. Masih banyak juga. Masa Hana disuruh minum soda" Protesnya.

Hana mengangguk setuju, "Raffa emang nggak ada perhatian perhatiannya"

"Sa ae bola bekel"

"Heh" Mereka semua tergelak, dasar botak nggak ada akhlak. Kayaknya temennya Raffa si gondrong sama si botak emang biang keributan. Hana nggak suka.

"Siapa yang lu sebut bola bekel?" Hana melipat tangannya didepan dada.

"Elu lah, disini yang bocil cuma lu, cantik"

"Gue bukan bocil" Hana mengambil botol soda di meja, melangkah kearah si botak yang mulai was was.

Namun sedetik sebelum tangannya terayun, sebuah tangan besar memiting lehernya.

"Pulang"

Hana membeku, ini suara Raffa. Gila! Hana mau pingsan.

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang