9. Bimbang

24 2 0
                                    

"Yon, kapan kita bisa kayak dulu lagi?"

Zion melirik singkat, mengabaikan Azka yang mulai memancing.

"Gue tuh kangen balapan" Azka memelas, membuat Azrial ikut mendekat.

"Bener banget, motor gue nih ya. Gara gara nggak pernah dipake balapan, sekarang dipake ngebut dikit keluar asap" Azrial mengompori.

Zion meletakkan ponselnya di meja, menatap Azka dan Azrial datar, "Gue kan udah bilang, selama kelas dua belas nggak ada yang namanya balapan balapan. Kalo lo berdua mau balapan, sana berangkat sendiri. Tapi nggak usah dateng lagi kesini"

Raffa menahan tawanya sebisa mungkin, melihat wajah Azka dan Azrial yang cemberut ditempatnya. Mereka berdua itu kebanyakan protes, giliran Zion angkat bicara menciut. Nggak ada yang berani nantang.

"Padahal kan mau balapan atau enggak kita nggak belajar, ya kan Ka?"

Azka memalingkan wajahnya, berpura pura tidak mendengarkan Azrial. Daripada ikut diamuk Zion lebih baik Azka mabar.

"Lo gimana, Raf?"

"Biasa aja" Raffa sudah hapal, kalau yang Zion bicarakan adalah soal perasaannya, "Gue biasa aja sama dia" Ujarnya meyakinkan.

"Tapi lo punya fotonya-"

"Cuma nemu" Raffa memotong ucapan Azrial, membuat cowok imut itu mencebik malas.

"Cuma nemu" Zion menyahut, "Dan lo simpen" Lanjutnya sambil terkekeh.

"Gue nggak sabar nunggu ada perang sodara" Azka mulai ikut nimbrung.

Raffa menghembuskan napasnya, "Pikiran kalian kejauhan" Ujarnya.

Azrial melirik Raffa, memencet tombol home di ponselnya setelah selesai memandikan Ronaldo, pou kesayangannya, "Raf, gue emang bego. Tapi gue nggak sebego lo yang nggak bisa sadar sama perasaan lo sendiri"

"Selama dua tahun" Zion menambahi.

"Kenapa kita jadi bahas hal nggak penting kayak gini?" Raffa beranjak menuju kulkas, mengambil teh kotak dari sana dan mulai meneguknya. Sejenak terdiam, membayangkan bagaimana sepinya rumah ini saat dia dan teman temannya pulang. Dan Zion merasakannya sendirian.

"Ngomong ngomong, kayaknya gue mau deketin temennya Hana deh. Gemes banget dia"

"Siapa?" Tanya Azrial, menatap Azka heran. Azrial sama Azka emang kalo curhat curhatan kayak cewek.

"Violet"

"Selebgram?" Tanya Zion.

Azka membulatkan mulutnya, "Lo kenal bos? Lo follow ya?!"

Zion mengangguk, "Hooh" Jawabnya spontan. Meskipun galak, Zion nggak sedingin Raffa yang nggak pernah update sama kehidupan manusia manusia di sekolah mereka.

"Lo setuju nggak?"

Zion menaikkan sebelah alisnya, "Ngapain lo nanya gue?"

Azka nyengir, "Biar lancar" Jawabnya, "Lagian gue udah bosen sama yang ganas ganas, gue mau deket sama yang baik baik, yang imut imut gitu"

"Lo yakin?"

Azka menaikkan sebelah alisnya, tumben Raffa kepo, "Yakin" Jawabnya.

"Yakin dia mau sama lo?"

"Sialan"

***

"Ini tante bawain makanan buat kalian"

Mata Darel berbinar, menatap Irin yang berjalan dengan dua piring bolu dan camilan lainnya. Meletakkannya didepan Darel dan Afin.

"Kalian tunggu sebentar, nanti Hana kesini kok. Tante keluar dulu, nggak lama. Kalian temenin Hana ya"

Hana mencebik malas, mendudukkan dirinya didepan Darel dan Afin setelah menyalami bundanya yang mau berangkat arisan.

"Ngapain sih lo berdua kesini?" Tanyanya malas, sementara tangannya mulai mengoleskan masker diwajahnya.

"Tadi tuh kita nggak sengaja lewat, trus bunda lo panggil kita suruh nemenin lo. Jangan suudzon dong, Han" Ujar Darel ngegas.

"Heh! Gue tuh tanya, siapa juga yang suudzon. Ngegas mulu tuh mulut" Nah kan, Hana jadi ikutan ngegas.

"Lo tuh Han yang suka ngegas, gue kan-"

"Kok lo nyalahin gue sih, lo tuh-"

"Diem, atau gue bakar nih rumah"

Hana dan Darel tersentak. Sialan, Afin nggak sadar apa kalo mukanya nyeremin. Pake ngancem segala lagi.

"Lagian kan kita sahabat, Han. Jadi gue sama Afin bakal sering kerumah lo"

"Buat numpang makan?"

Darel cengengesan, membuat Hana memutar bola matanya malas.

"Banyak duit, nggak tau diri banget"

Afin menatap Hana sekilas, "Berisik" Ucapnya.

Hana menghembuskan napasnya, sudah biasa mendengar ucapan pedas Afin. Dia emang mulut cabe.

"Han"

"Hmm" Please, Hana nggak mau maskernya retak.

"Lo serius suka Raffa?"

Gerakan Hana terhenti, "Kenapa?" Tanyanya heran.

"Bukannya lo bilang Raffa udah punya pacar?" Tanya Darel lagi.

Hana mengangguk pelan, kemudian menggeleng, "Itu cuma perkiraan" Jawabnya ragu.

"Mending lo cari tau dulu, Han. Baru lo bisa ambil keputusan buat suka sama dia atau enggak. Ini serius"

"Kenapa?!" Tanya Hana setengah membentak, kesal.

"Karna kita nggak mau lo dikira PHO" Jawab Afin tenang. Yang sialnya malah membuat pikiran Hana kacau.

"Karna kita nggak mau lo sakit hati"

Hana termenung. Apa benar dirinya akan menjadi perusak? Apa benar Hana akan sakit hati? Apa benar? Apa benar Darel dan Afin mengkhawatirkannya sebesar itu?

"Gue.." Hana menjeda kalimatnya, "Udah biasa sakit hati kok" Itu benar. Mental Hana kuat, ia sudah biasa menelan kecewa karna banyak hal. Dan Hana bisa mengatasinya.

"Mulai sekarang jangan dibiasain, karna lo sahabat kita"

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang