12. Akhir?

25 2 0
                                    

Hana mengetuk ketukkan jari jarinya dimeja, membuat Vio mendecak beberapa kali sambil menyenggol keras keras lengannya. Tapi Hana tidak peduli. Hana pusing, entah harus merasa senang atau sedih. Tadi pagi, Raffa kembali bersekolah. Hana melihatnya keluar dari mobil di parkiran. Bersama Zia.

Tapi memang apa salahnya? Zia itu pacarnya Raffa, Hana!

Kriinggg!

Hana tersentak, "Heh! Udah bel pulang?!" Tanyanya sambil mengguncang kedua lengan Vio. Membuat Vio mengangguk membenarkan, Vio mual diguncang guncang Hana!

"Udah bel? Udah pulang?"

"Iya" Jawab Vio bingung, Hana itu kenapa?

"Vio! Udah pulang?!

"UDAHHHHH!!" Teriak Vio emosi.

Hana mengangguk, membereskan barang barangnya dan berlari keluar. Hana tidak akan menyia nyiakan kesempatan ini.

Napasnya tersengal, Hana mulai memelankan langkahnya. Berjalan menuju mobil putih yang masih terparkir rapi.

"Zia!" Teriak Hana, bodo amat dengan harga diri! "Raffa mana?"

Zia tampak berpikir, "Maaf kak tapi kayaknya jangan sekarang, deh"

"Kenapa? Lo takut gue godain Raffa?"

Zia menggeleng, kemudian mengangguk. Membuat Hana mendecak, "Gue cuma mau tanya sesuatu. Mana?!" Tanya Hana mendesak, membuat beberapa siswi menoleh sambil saling berbisik.

"Kenapa?"

Hana menahan napasnya, membalikkan tubuhnya perlahan. Hana tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, tapi hatinya berdebar ketika melihat Raffa. Hana bukan orang bodoh yang tidak bisa menyadari perasaannya.

"Mau nanya apa?" Tanya Raffa lagi, bahkan suaranya sangat tenang. Apa Raffa sama sekali tidak merasa berdebar seperti Hana?

Hana menoleh sekilas kearah Zia yang berjalan masuk kedalam mobil, kemudian mendongak menatap Raffa, "Lo kemana seminggu ini?" Tanyanya dalam sekali tarikan napas.

"Apa urusannya sama lo?"

Hati Hana mencelos. Harusnya sejak awal Hana sadar kalau ini bukan urusannya.

"Lo jauhin gue?"

"Enggak"

"Kenapa tiba tiba lo ngilang?"

"Gue nggak ngilang cuma gara gara lo"

"Tapi waktu itu lo belain gue! Lo marah pas Afin bentak gue!"

Hening, Raffa menghela napasnya, "Gue cuma reflek, nggak suka liat cewek dibentak"

"Bohong" Ujar Hana yakin, "Lo waktu itu bilang jangan bentak Hana, bukan jangan bentak cewek" Hana menahan napasnya.

"Lo temennya Azrial sama Azka"

Hana terkekeh miris, "Cuma karna Azrial sama Azka?"

Raffa mengangguk, "Lo ngarep apa?"

Hana tersentak, menggeleng sambil menunduk. Menahan air matanya sampai Raffa benar benar melewatinya. Sejenak tertegun saat mencium bau yang familiar. Ini, bau parfum yang Hana berikan pada Raffa saat itu. Saat Raffa mengantarnya pulang dari rumah Zion.

Hana kehilangan daya, berjongkok sambil membenamkan wajahnya di lipatan tangan. Tidak peduli dengan posisinya saat ini yang masih berada di parkiran. Untuk pertama kalinya, Hana merasa sesak karna laki laki. Laki laki yang baru ia kenal sebulan lalu.

"Han, jangan nangis" Azrial mengusap punggung Hana, menetralkan napasnya setelah berlari dengan panik saat Raffa memberi tahu bahwa Hana menangis di parkiran sekolah.

Hana mendongak, berdiri dan ingin beranjak.

"Gue anter"

Hana menggeleng, menepis tangan Azka dari pergelangannya, "Kenapa? Bukannya lo nggak mau temenan lagi sama gue?" Ujarnya menggebu gebu, berusaha menahan isaknya.

"Lo ngomong apa sih, Han? Kita kan temen" Azka berusaha membujuk. Setelah ini dia akan menghabisi Raffa, Azka lebih memilih Hana untuk dijadikan teman.

"Omong kosong, gue bisa pulang sendiri" Hana menatap Azka sinis, membuat Azka menyesal ikut ikutan mendiamkan Hana kemarin.

"Nggak usah ngeyel, gue yang anter" Ujar Zion dingin, menarik tangan Hana. Membuat Hana terseok seok mengikuti langkah besar Zion.

Bugh!

Hana menahan teriakannya, menatap kaget Afin yang tiba tiba menonjok Zion. Tidak terlalu kuat, namun cukup untuk membuat Zion terhuyung. Hana berasa direbutin dari tadi. Tapi ini bukan waktunya baper, Hana.

"Afin stop! Stop!" Hana merentangkan tangannya, menghalangi Afin yang hendak menyerang Zion kembali.

"Kenapa dia narik narik lo?"

Hana terkesiap, "Zion cuma mau nganter gue, Fin. Lo nggak harus nonjok dia"

"Kenapa mata lo bengkak?"

Hana terdiam.

"KENAPA?!"

"STOP, FIN! Stop! Gue nggak tau masalah lo sama Zion apa. Tapi tolong jangan sangkut pautin gue!"

Hana menyerobot tas nya yang jatuh, berlari menuju gerbang sekolah. Pasrah saat tiba tiba sebuah tangan menariknya masuk mobil.

"Aldi"

"Gue antar"

Hana tidak menjawab, menyandarkan kepalanya sambil menatap jendela. Berusaha menyembunyikan isaknya, dadanya sesak.

"Mau makan dulu?"

Hana menggeleng.

"Han" Panggil Aldi.

Hana menoleh, berdehem pelan.

"Gue sama Sheren nggak pernah ada apa apa, kita cuma mantan"

Hana tersentak, berusaha menyembunyiman rasa terkejut dan herannya. Kenapa Aldi sampai harus menjelaskan kepada Hana? Padahal, Hana rasa, saat itu dia dan Aldi hanya saling kagum. Tidak lebih.

"Sebenernya, Aldi. Lo nggak perlu kasih tau gue soal lo sama Sheren"

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang