10. Lanjut

23 3 0
                                    

"Raffa!"

Hana mensejajarkan langkahnya dengan langkah besar Raffa. Berjalan beriringan menuju lapangan olah raga. Ya, hari ini pelajaran olah raga dan beruntungnya Hana karna kelas mereka akan digabung setiap pelajaran ini.

"Jangan deket deket"

"Ish" Hana mencebik, "Masa cuman jalan sampingan doang nggak boleh" Protesnya.

"Gak"

"Kenapa? Takut pacar lo cemburu?"

"Apa urusannya sama lo?"

Hana mendengus kesal, Raffa itu irit ngomong tapi sekalinya ngomong ngeselin. Pengen Hana sumpel mulutnya pake bola basket.

"Ya udah, gue sama Vio aja biar lo nggak risih. Nanti gue gangguin lo lagi kalo mood gue udah balik"

Hana berjalan lesu menuju Vio. Ini sudah berjalan satu minggu sejak Darel dan Afin memperingatkannya, sejak Hana memilih untuk tetap memperjuangkan perasaannya. Ralat, mungkin ini lebih bisa disebut 'memaksa'.

"Capek, Vi"

Violet menoleh, menatap Hana yang terlihat lemas, "Pagi pagi udah lemes aja lo, dicari noh sama dua curut"

Hana mendecak, "Males. Seminggu ini mereka berdua nggak pernah absen buat kerumah. Ceramahin gue buat stop kejar kejar Raffa"

"Dan gue dukung mereka"

"Ish" Hana mendengus kesal. Tidak ada apa yang mau mendukung dirinya?

"Nih ya, Han. Selama seminggu ini Darel sama Afin ceramahin lo nggak ada hasilnya. Selama seminggu ini juga lo kejar kejar Raffa juga nggak ada hasilnya. Adil, kan"

Hana menggeleng keras, "Nggak. Nggak adil" Ujarnya memelas, "Kata Keisha, kalo kita berjuang keras hasilnya pasti maksimal, tinggal tunggu waktu"

Vio mengangkat bahunya, "Mungkin yang Keisha maksud itu penyemangat buat nulis proposal" Ujarnya membejarkan, lagi lagi membuat Hana mencebik malas.

Mereka terdiam cukup lama, duduk sambil mengawasi siswa lainnya yang sedang mengambil nilai untuk materi basket. Sebelum mata Vio menangkap pemandangan yang, "Aneh. Kenapa Raffa duduk deket Aldi?"

Hana tersedak ludahnya sendiri, matanya mengikuti telunjuk Vio.

"Mereka keliatan.."

"Akrab" Sahut Hana. Mendadak lehernya terasa tercekat, "Nggak nggak, mungkin aja mereka cuma sekedar kenal" Ujarnya meyakinkan diri sendiri, "Gue nggak mau kalo mereka temenan deket" Ujar Hana lemas. Kalo mereka deket, bisa aja nanti pas Hana pacaran sama Raffa dia bakal sering ketemu Aldi. Nggak bisa Hana bayangin secanggung apa jika hal itu terjadi.

***

"Halo epribadeeehhh"

Hana mengembangkan senyumnya, bergeser dari duduknya untuk memberi tempat Azrial. Begitulah, mereka sekarang seakrab itu.

"Raffa mana?"

Azrial menoleh, menyeruput kuah baksonya, "Noh sama Zion"

Hana mengikuti pandangan Azrial, menahan napasnya saat dilihatnya Raffa dan Zion berjalan kearahnya. Sumpah Raffa ganteng banget! Hana bahkan udah nggak peduli sama Vio yang teriak teriak gara gara diganggu Azka.

"Nanti ada pelajaran tambahan?" Zion mendudukkan dirinya disamping Azrial, sementara Raffa didepannya. Memudahkan Hana buat curi curi pandang. Ciaelah.

"Iya, pelajarannya bu Kena. Beuhh, males banget gue. Nggabisa basa enggress" Celoteh Azrial kesal. Azrial capek diomelin bu Kena tiap ketemu, mana rambutnya masih coklat.

"Jangan bolos" Raffa memperingatkan, tau benar apa yang ada di otak kotor Azka maupun Azrial.

Azka mendengus, "Sebenernya simpel, Raf. Lo sama Zion yang masuk kelas, gue sama Azrial nyontek lo berdua deh"

"Dih, nggak ada usaha banget" Cibir Vio pedas.

"Ih, Vio mah gitu banget sama abang Azka" Azka merajuk, membuat Vio bergidik ngeri.

"Azka?"

Azka menoleh, "Iya? Kenapa, Han? Lo cemburu?"

Hana menggeleng, "Lo suka sama Vio?" Tanyanya spontan, membuat semua gerakan terhenti. Apalagi Violet yang sekarang menatapnya sambil melotot. Violet malu!

"Hooh" Jawab Azka tanpa ragu, "Ini niatnya mau PDKT juga. Lo setuju nggak?"

Hana tampak berpikir, "Kalo lo serius gue setuju, kalo main main mending lo ikut gue sama Azrial main pou" Jawab Hana. Nggak nyambung, Han!

"Loh, Hana! Vio! Lo berdua gimana sih kabur nggak ajak ajak"

Hana meringis ditempatnya. Jadi tadi dia dihukum sama pak Yanto gara gara berantem sama Darel di kelas, Vio sama Afin juga kena dampaknya. Tapi beruntungnya Hana sama Vio bisa kabur.

"Mana asik asikan disini sama mereka. Ngapain lo berdua? Caper?" Darel nyolot, nggak terima Hana dan Vio duduk duduk sama berandalan.

"Asik asikan pala lo! Mereka nih yang tiba tiba ikut nimbrung" Ujar Vio ngegas. Enak aja dia dibilang caper.

"Pergi aja kita, Rel" Ujar Afin sambil beranjak.

"Yaudah sono"

Afin menghentikan langkahnya, mengepalkan tangannya mendengar ucapan Zion, "Kenapa lo ikut campur?"

"Ngomong sama gue?"

"Anjing lo"

"Heh, udah. Apa sih kok jadi berantem" Hana panik, menahan tubuh Afin yang mulai maju ingin menyerang Zion, dibantu Darel. Sementara Azka sibuk menarik Vio menjauh.

"Kenapa? Tumben lo mau duduk duduk sama cewek. Mau jodohin Hana sama temen lo?" Tanya Afin menantang.

"Kenapa? Apa urusannya sama lo? Takut temen lo sakit hati? Dia belom tau kan?"

Hana mencoba berpikir keras, tidak paham kemana arah pembicaraan mereka, "Apa sih, Fin? Nggak ada yang mau jodoh jodohan"

"LO NGGAK TAU HAN!"

"JANGAN BENTAK HANA!"

Hana membeku, itu suara Raffa.

***
Untuk temen temenku yang tydac sengaja baca ini, jangan dihubungkan tokoh aslinya sama cerita sebelumnya ya, wkwk.
Ini murni pemikiran author, kok! Nggak ada yang diambil dari kisah nyata kek cerita sebelumnya, hihiii.

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang