14. Sekali Lagi

23 3 0
                                    

Hana menarik napasnya sekali lagi, melangkahkan kakinya menuju kantin. Biasanya pagi pagi begini Raffa dan teman temannya ada di kantin. Ralat, bukan biasanya. Sering. Setiap hari.

"Semoga Raffa nggak ilfeel gara gara liat gua nangis kemaren" Ujar Hana pelan. Bucinnya sudah mendarah daging.

"Hai"

Semua menoleh, menatap cengo Hana yang duduk disamping Azrial. Di depan Raffa.

"Nih, gue bawain minum. Teh kotaknya buat Raffa"

Raffa menoleh, memalingkan wajahnya setelah menatap lekat manik berbinar milik gadis itu. Menerima teh kotak dari tangan Hana, membuat empunya tersenyum senang.

"Oh, iya. Zion, gue minta maaf ya"

"Soal?"

Hana berdehem, "Afin. Gue nggak tau kenapa dia sekarang suka banget marah marah, gue harap dia nggak ngelukain lo kemaren" Hana meringis sungkan, merasa bersalah.

Azka terkekeh, "Santai lah, Han. Zion udah biasa dapet luka yang lebih parah"

Hana mengangguk anggukkan kepalanya, dia bukan cewek culun yang nggak tau kalau cowok cowok yang sekarang semeja dengannya ini hobi berantem.

"Han, pou gue udah update. Lo tau nggak ada baju baju baru di lemarinya?"

Hana menggeleng, "Mana?" Tanyanya mengambil ponsel Azrial, "Ih kok punya gue belum sihh" Gerutunya kesal.

"Itu lo harus sering mainin biar badannya makin gede" Azrial memberi arahan.

Hana mengangguk antusias, "Oke, nanti gue kabarin lo kalo udah ada peningkatan"

Azrial mengangkat jempolnya, membuat Azka dan Zion menghembuskan napasnya lelah, "Kita tukeran id aja, nanti gue kasih resep biar Fana makin gede"

"Ih mau bangeettttt, sini hape lo" Hana mengambil ponsel, mengetikkan sesuatu sebelum mengembalikannya kepada Azrial, membuat sepasang mata menatap mereka tidak nyaman.

"Han"

Hana termenung, sejenak terpaku dengan panggilan itu. Aldi.

"Han"

"Hah? Iya?"

"Lo bolos?"

"Eh, enggak. Itu, gue emang tau jam pertama kosong jadi gue kesini buat nyamperin Raffa" Hana tersenyum tipis. Ya Tuhan, Hana benar benar nekat. Hana yakin setelah ini Aldi akan tau kalau Hana suka sama Raffa. Seratus persen Hana yakin.

Aldi terdiam, menatap Hana intens beberapa saat. Kemudian mengangguk dan berlalu setelah tersenyum kecil.

"Kalo berantem sama pacar lo jangan bawa bawa gue"

"Uhukkk" Hana tersedak minumannya, menatap Raffa sambil melongo, "Hah? Siapa pacar gue?"

"Aldi, Raf?" Azrial ikut bertanya.

"BUKAN! Aldi bukan pacar gue, kok. Kan gue sukanya sama Raffa, jadi nggak mungkin gue pacaran sama Aldi"

Azka dan Zion menahan tawanya melihat wajah cengo Raffa. Sementara Azrial melongo melihat kebar-baran Hana.

"Ya udah gue masuk kelas, deh. Dadahh" Hana melambaikan tangannya, dibalas heboh oleh Azrial dan Azka.

Sementara Zion menatap punggung gadis itu dengan senyuman iba, "Dia bahkan tetep semanis itu sama lo setelah apa yang lo bilang kemaren"

***

"Raffa"

Raffa menoleh, menaikkan alisnya melihat Hana berlari kecil kearahnya.

"Nih, gue bawain lo nasi goreng buat sarapan. Gue buat sendiri" Hana nyengir ditempatnya, tersenyum senang melihat Raffa menerima kotak bekal dari tangannya. Ini nasi goreng ketiga yang Hana berikan setiap pagi kepada Raffa. Meskipun Hana tau sepulang sekolah nanti bundanya akan marah marah melihat kotak bekal Hana lagi lagi berkurang satu.

"Eh" Hana terpaku saat kemudian Raffa beranjak pergi, "Nggak bilang makasih?" Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Han!"

"Astaga, Darel! Lo ngagetin!"

Darel cengengesan ditempatnya.

"Ngapain belum masuk kelas?"

Hana menipiskan bibirnya, "Hmm, Afin.. Sekarang lo cereweeetttt banget. Banyak tanya!" Ejek Hana, membuat Afin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Eh" Hana tersentak saat tangan Vio merangkulnya untuk masuk kedalam, duduk di kursi mereka dengan nyaman.

"Lo masih kejar kejar Raffa?"

Hana menggigit bibir bawahnya ragu, kemudian cengengesan, "Eh, kapan nih kita kumpul sama anak anak. Gue kangen loh"

Vio mendelik, "Dih, mengalihkan pembicaraan"

"Ish, Vio mah gitu" Hana mencebik malas, "Gue kan kangen beneran sama temen temen kita" Ujarnya beralasan.

"Dahlah, Han. Capek gue bilangin lo masalah Raffa. Mending temenin gue endorse" Ujar Vio akhirnya. Memang, setelah Vio pikir pikir Hana itu udah terlalu suka sama Raffa. Jadi mau Vio ceramahin Hana lewat speaker masjid juga Hana nggak bakal sadar.

***

"Kak Hana"

Zia? Duh, ngapain sih nyamperin Hana. Kan Hana jadi bingung. Mau ramah Hana nggak suka, mau judes nggak tega.

"Kakak pulang sama siapa?"

"Hah?" Beo Hana, "Ehm, sendirian. Naik angkot paling" Jawab Hana seadanya. Jujur saja Hana bingung harus bersikap seperti apa.

"Mau bareng nggak?"

"Hah? Sama Raffa?" Hana melebarkan senyumannya, kemudian berdehem saat mengingat siapa yang bicara dengan dirinya saat ini.

"Iya, naik mobil kok"

Hana menaikkan sebelah alisnya, "Zi? Lo nggak lagi kasih kesempatan gue buat nikung lo kan?" Tanya Hana heran.

Zia terkekeh, "Kak, sebenernya aku itu cuma-"

"Ayo pulang"

Hana terkesiap, menatap Raffa yang tiba tiba datang. Gugup.

"Eh, aku mau ngajak bareng kak Hana"

"Nggak perlu" Potong Raffa cepat, kemudian melirik Hana, "Nggak perlu, kan?"

Hana berkedip beberapa kali, kemudian mengangguk pelan. Hana tidak bodoh untuk menyadari bahwa Raffa tidak ingin dia pulang bersama mereka. Sudah jelas sekali, memangnya siapa yang mau menampung gadis aneh di mobilnya sedangkan dia harusnya bisa berduaan dengan pacarnya.

"Balikin kotak bekalnya"

Zia tergagap, "Eh, ini kak" Zia menyodorkan plastik berisi kotak bekal milik Hana, diterima dengan perasaan campur aduk oleh Hana.

"Enak kan, Raf?" Tanya Hana penasaran. Ia tak ingin usahanya bangun pagi pagi setiap hari sia sia.

Raffa mengedikkan bahunya, "Tanya aja sama Zia"

Hana mematung, merasakan sesak yang teramat di dadanya. Bahkan, suara Zia yang meminta maaf tak terdengar dengan jelas hingga gadis itu masuk mobil dan berlalu bersama Raffa.

"Han"

Hana menoleh, yakin kalau Zion sudah memanggilnya berulang kali.

"Sekuat apapun gue berusaha, hasilnya bakal tetep sama kan?" Gadis itu tersenyum miris, "Temen temen gue bener, gue emang harus mundur"

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang