20. Dekat

22 2 0
                                    

Hana menundukkan kepalanya malu. Pagi ini, tiba tiba Raffa muncul di rumahnya dan mengajak Hana berangkat bersama. Dan berakhir mereka menjadi pusat perhatian ketika memasuki gerbang sekolah.

Meskipun Raffa bukan cowok terfamous di sekolahnya, tapi Raffa itu orang yang paling dekat dengan Zion, cucu pemilik yayasan.

"Loh loh, lo mau kemana?"

Raffa mengedikkan bahunya, "Nganter lo ke kelas" Jawab Raffa seadanya, membuat pipi Hana bersemu.

"Nggak usah, gue bisa sendiri kok" Ujar Hana akhirnya, gadis itu tidak nyaman di perhatikan aneh seperti ini oleh siswa siswi disana.

"Ya udah ke kantin dulu"

Hana tersentak, mengikuti langkah besar Raffa karna tangannya di genggam erat oleh Raffa. Sumpah ini Raffa pagi pagi udah bikin Hana senam jantung.

"Ciaelah yang udah taken mah gandengan teros"

Hana tersenyum malu, duduk disamping Azrial setelah sebelumnya menyenggol lengan cowok imut itu. Membuat Azrial menoleh, baru menyadari kehadiran Hana.

"Han, gimana? Romantis nggak pas nembak?" Tanya Azka kepo, menoleh diam diam pada Raffa yang sedang memesan bubur untuk dirinya dan Hana.

Hana juga nggak tau kalau Raffa bisa jadi sebucin ini. Tadi pagi, saat berangkat Raffa bilang 'Karna lo udah tau perasaan gue jadi gue nggak perlu pura pura cuek'. HANA BAPER GILA!

"Apanya, orang gue belom di tembak"

"Lah" Zion memandang heran. Kenapa Raffa kemarin sangat girang kalau ternyata belum jadian.

"Raffa itu cuma bilang suka doang" Hana menjelaskan, tersenyum malu. Membuat Zion terkekeh gemas.

Azrial tergelak, "Hana lucu banget kalo malu" Etdah, mulut bocil nggak ada remnya. Lihat, sekarang Raffa menatap Azrial dengan tatapan datarnya.

"Ngapain duduk di situ, pindah lo cil"

"Gue?" Tanya Azrial heran, membuat Azka menarik Azrial untuk duduk disampingnya sebelum Raffa mengajaknya baku hantam.

"Makasih" Hana menerima bubur dari tangan Raffa, memakannya dengan lahap. Lumayan, sarapan gratis.

"HANA!"

"Uhukkk!" Sialan, mulut Vio kalo teriak nggak tau tempat.

"Lo!" Vio duduk di sebelah Hana, menunjuk gadis itu, "Lo pake pelet?"

"Hah?" Hana membulatkan mulutnya, "Pelet apaan? Gila lo"

"Raf, lo tuh di pelet sama nih bocah"

Hana menggeram kesal, sementara Raffa hanya menggelengkan kepalanya.

"Vio!" Dengan buru buru Hana menarik tangan Vio menjauh, pergi menuju kelasnya, "Makasih udah dibayarin Raf!" Teriak Hana diujung pintu kantin, membuat beberapa siswi menatapnya sambil menggeleng.

"Hana stop!"

Hana menghentikan langkahnya, menatap Vio sambil berkacak pinggang, "Kenapa?" Tanyanya heran.

Vio mengangkat pandangan dari ponselnya, "Gila! Ada yang pesen snack yang gue endorse tadi pagi banyak banget. Tapi minta cod sekarang sama gue, gimana, nih?"

"Suruh anterin ojol aja, lah"

Vio menggeleng, "Ini banyak banget, gila lo. Lagian yang pesen maunya gue yang nganterin"

Hana menghembuskan napasnya. Ini mah modus konsumen, Vio kan cantik.

"Han!" Sentak Vio kesal, "Kok lo malah bengong, sih. Mending sekarang kita ke kelasnya si Juleha trus kita kabur mumpung gerbang masih kebuka"

"Hah?" Beo Hana, "Kita?" Tanyanya memastikan.

"Iyalah, emang lo tega biarin gue sendirian?"

Hana menghembuskan napasnya. Pengen teriak di telinga Vio kalo dia tega! Hana nggak peduli dan dia lebih sayang pelajaran hari ini. Namun tangan Vio lebih dulu menariknya, menuju sebuah kelas untuk mengambil snack yang ia endorse kemudian berlari menuju parkiran, masuk ke mobil.

***

Raffa menatap kepergian sebuah mobil berwarna merah dari parkiran sekolah, menebak nebak siapa penumpang mobil tersebut. Laki laki itu kemudian memilih untuk pergi ke kelas Hana, memastikan Hana tidak kabur saat jam pelajaran.

"Mau kemana?" Tanya Zion, membuat Azka dan Azrial juga ikut berhenti.

"Kelas Hana"

"Yaelah bos belom juga sehari pisah udah kangen aja" Ledek Azka, namun tetap berjalan mengikuti Raffa.

"Nya"

Seorang gadis menoleh, tersenyum menatap Raffa, "Kenapa, Raf? Tumben kesini" Tanya gadis bernama Anya itu.

Raffa berdehem, "Hana ada?"

Anya menggeleng, "Tadi Hana sama Vio nitip tas ke Darel trus mereka cabut" Ujar gadis itu, "Kenapa? Lo kangen?" Tanyanya sambil terkekeh, tau benar kalau Raffa tengah dekat dengan Hana.

"Lo ijinin ya, bilang aja mereka di uks, sakit"

Anya mengangguk mengiyakan, "Gue juga rencana bilang gitu, sih. Soalnya kasian kalo mereka di alfa"

Raffa mengangguk, melangkah pergi ke kelasnya setelah sebelumnya mengirimi Hana pesan.

R.affa
Dmn?

***

Hana menyenggol kaki Vio cemas. Saat ini, mereka ada di sebuah cafe yang sepertinya di sewa oleh om om yang duduk bersama mereka. Sudah dua jam dan mereka belum di perbolehkan pergi.

"Gimana, cantik? Masa om nggak boleh sih minta nomornya buat bonus"

Vio tampak berpura pura berpikir, "Bisa sih, om. Tapi om harus beli barang barang endorse saya sepuluh kali dulu" Ujarnya memberi syarat, membuat Hana diam diam mengumpat.

"Kan ini tadi om udah beli dengan harga dua kali lipat"

"Buat hari ini bonusnya saya follback instagram om, deh" Sialan, Vio bener bener bikin Hana bergidik jijik.

"Kalo gitu om minta bonus foto bareng, deh"

Vio meringis, "Jangan deh, om. Nanti istri om marah"

"Istri om itu pengertian, empat akur semua"

"Pengertian pala lu" Umpat Hana setengah berbisik, membuat Vio menyenggol kakinya pelan.

"Ayo dong, cantik"

"Eh om jangan pegang pegang saya, dong! Tangan saya tuh masih perawan!" Sentak Vio ganas.

Hana hanya was was di tempatnya. Di sekolah mungkin Hana terkenal dengan sifat galaknya, tapi kalau musuh om om yang dijaga bodyguardnya gini Hana cuma bisa gigit kuku.

"Pegang dikit masa nggak boleh"

"Jangan macem macem ya, om! Saya tuh jual makaroni bukan jual diri!"

"Ya ampun cantik galak banget sih"

"Woy!"

Hana dan Vio menganga di tempatnya. Heran sekaligus lega karna Raffa dan teman temannya datang tepat waktu. Serasa di selametin pangeran berkuda.

"Om jangan gangguin pacar saya dong" Azka menggebrak meja, merangkul Vio yang pasrah di tempatnya. Sementara Hana harus pasrah juga ketika tangannya di tarik Raffa menjauh. Kayaknya Hana bakal kena ceramah dari mas crush. Aw.

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang