18. Fakta

25 0 0
                                    

Hening.

Hana merutuki ucapannya sendiri, mungkin sekarang mamah Zia akan mengusir Hana karna tersinggung.

"Nikah? Kan Raffa sama Zia adek kakak. Masa nikah, sih"

Hana melongo, menatap Raffa yang balik menatapnya dengan mengangkat sebelah alisnya. Sungguh demi apapun ini sesuatu yang Hana sangat ingin dengar, namun Hana juga harus mengaku kalau dirinya malu.

"Adik? Kakak?" Tanyanya terbata.

Della, wanita paruh baya itu tersenyum sambil mengangguk, "Kamu nggak tau?"

Hana meneguk ludahnya, menggeleng kebingungan. Masih tidak percaya dengan apa yang beberapa saat lalu di dengarnya.Namun hati kecilnya senang bukan main.

"Ya udah kalian ngobrol dulu, tante mau buatin minum dulu"

Hana mengangguk tanpa bersuara. Dadanya bergemuruh, melirik Raffa yang saat ini menatapnya dengan satu kaki terangkat dan tangan terlipat didepan dada sambil bersandar di sofa.

"Kenapa lo? Nyesel udah cuekin gue?"

Hana tersentak, "Emm, itu kan-"

"Am em am em"

"Ya kan lo yang ngeselin nggak ngomong dari awal" Hana mendecak, mendadak kesal dengan sosok tampan di hadapannya.

"Sejak awal kapan? Kenapa gue harus ngomong ke lo?"

Hana menekuk bibirnya, "Ya seenggaknya gue nggak bakal judes ke Zia" Ujarnya menyesal.

Raffa menarik sebelah bibirnya, "Kenapa? Takut nggak di restuin?" Tanyanya mengejek.

Hana menahan napasnya, Raffa ini nggak lagi godain Hana, kan? Bisa bisanya pipi Hana panas.

"Kok diem diem aja, sih" Della datang membawa nampan berisi teh dan beberapa camilan.

"Makasih, tante"

Della tersenyum, kembali duduk disamping Hana, "Kamu pulangnya nanti aja, ya. Sekalian makan malam disini"

"Jangan"

Hana memutar bola matanya malas, Raffa itu kalo nggak suka Hana ya jangan terlalu ditunjukin, dong. Kan Hana sakit hati.

"Kenapa sih, bang. Kan Hana pasti laper"

Hana berdehem, "Nggak usah, tante. Bunda saya pasti juga udah masak dirumah. Nanti aja deh kapan kapan kalo tante undang saya makan malam saya pasti dateng" Ujar Hana sambil tersenyum manis.

Della menghembuskan napasnya, "Ya udah, deh. Kamu ganti baju, bang. Anterin Hana"

Hana hampir saja menolak, namun Della memegang tangannya tiba tiba. Membuat Hana ikut menatap Raffa yang hampir protes, namun tidak jadi.

"Raffa mandi dulu" Pamit Raffa sambil berlalu naik.

Della terkikik geli, "Lucu ya Raffa"

"Eh" Hana tersentak kecil, kemudian mengangguk, "Iya, lucu. Lucu banget" Jawabnya menyetujui, membuat Della ikut tersenyum.

"Kamu kapan kapan harus main kesini kalo Raffa nggak di rumah, nanti tante tunjukin sesuatu"

Hana tersenyum kecil. Dalam hati protes, mau ngapain Hana dateng jauh jauh kalo nggak ada Raffa.

"Nah itu Raffa. Tante titip salam buat bundanya Hana, ya"

Hana tersenyum malu, "Iya tante"

"Cepet!"

Hana meringis, "Ya udah, tante. Hana pulang dulu" Pamitnya, kemudian berlari kecil keluar, "Kok naik mobil?" Tanya Hana heran, namun tetap duduk di kursi samping kemudi.

"Udah sore"

"Emang kenapa?" Hana bertanya heran, dibalas delikan malas oleh Raffa.

"Raf, gue seneng banget tau kalo Zia adek lo"

"Gue nggak minat dengerin gombalan lo"

"Ish" Hana mencebik malas, "Gue kan cuma bilang gue seneng, lagian mamah lo kayaknya suka sama gue" Hana tersenyum, membayangkan betapa senangnya punya mamah mertua seperti Della. Aw, Hana jadi malu.

"Gak usah ngayal"

Hana menghembuskan napasnya kasar, "Lo itu jomblo loh, Raf. Jangan judes judes" Ujarnya mengingatkan, "Tapi tenang aja, berhubung Zia adek lo, jadi gue nggak jadi move on dari lo" Lanjutnya sambil meringis sendiri.

"Berisik banget"

"Protes terus"

Raffa melirik Hana, tanpa sadar menarik ujung bibirnya melihat wajah cemberut gadis di sampingnya. Namun kemudian menggeleng. Raffa nggak mungkin terpesona. Nggak mungkin.

***

"VIOOOOO! Omaygat lo juga nggak percaya kan?! Sama! Kenapa gue baru tau kalo Zia adeknya Raffa?! Please, kenapa?"

Vio tampak berpikir, tidak lagi memperdulikan teman temannya yang protes karna suara cempreng Hana, "Gue juga nggak habis pikir sama kebodohan lo, Han"

Hana menggeleng, "Bukan bodoh, Vio. Gue cuma teledor ngambil kesimpulan" Ujarnya membela diri, "Tapi, Vio. Raffa kan ganteng, masa sih nggak ada yang tau silsilah keluarganya"

Vio mengangguk anggukkan kepalanya, "Ganteng sih, lumayan famous juga, tapi nggak terlalu. Lagian dia kan anak futsal, nah di sekolah kita yang terkenal tuh anak basket. Sebenernya gengnya Raffa terkenal, sih. Tapi Zion yang paling menonjol, kalo Raffa banyak sih yang suka. Cuman lebih banyakan yang suka Zion"

Hana melongo di tempatnya, "Kenapa? Kenapa orang orang lebih suka Zion? Padahal kan galak" Cicit gadis itu.

Vio mengangguk, "Ya gitu, deh. Gue juga dulu suka sama Zion, cuman denger denger Zion itu suka sama sahabatnya, si Laura itu. Jadi yaudah lah mundur aja"

"Dih, gitu dulu lo larang gue suka sama Raffa. Situ sendiri suka Zion" Cibir Hana, membuat Vio meringis malu.

"Tapi, Han. Lo yakin Darel sama Afin nggak tau masalah ini?"

Hana tampak berpikir, "Kenapa lo mikir kalo mereka tau?"

Vio mengedikkan bahunya, "Lo inget, kan pas di lapangan waktu itu. Aldi duduk deket Raffa, dan lo juga inget kan, pas di kantin Afin sama Zion hampir berantem. Gue rasa mereka kenal lebih satu sama lain"

Hana mendadak lemas, entah untuk apa hatinya mencelos. Kalau Darel dan Afin tau, kenapa mereka membiarkan Hana dalam kebodohannya? Padahal mereka yang selalu tau apa yang terjadi pada Hana, mereka yang Hana percaya untuk mendengarkan semuanya. Mereka kan, teman Hana.

"Selamat siangggg epribadeee"

Hana mendongakkan pandangannya, berdiri sambil menatap tajam Darel dan Afin yang sudah ingin duduk di bangkunya. Membuat yang ditatap saling berpandangan.

"Lo berdua udah tau, kan?!"

Darel berjengit kaget, "Tau apa? Lo kok marah marah sih, Han"

Hana menatap sinis, "Tau apa lo bilang? Lo berdua tau kan kalo Zia sama Raffa adek kakak, kan?!" Hana berusaha menetralkan napasnya yang memburu, menatap nyalang dua orang yang membisu di hadapannya. Padahal Hana mau dengar mereka bilang kalo mereka nggak tau. Itu saja.

"Diem, kan?!" Hana tertawa sinis, "Mana yang lo bilang temen? Kayak gini sikap temen?" Hana mulai terisak, kecewa. Membuat Vio kebingungan. Sementara Darel menunduk, tidak berani menatap Hana.

"KENAPA DIEM?!" Hana marah, kecewa. Tidak lagi peduli dengan teman temannya yang menatap bingung.

"GAK USAH TEMENAN SAMA GUE LAGI!"

BRAK!

MY ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang