Hana menguap beberapa kali. Hari ini kelasnya sedang jamkos, membuat beberapa teman sekelasnya keluar entah kemana. Meninggalkan beberapa lagi yang tampak malas malasan di kelas.
"Kalo gini terus kapan kita pinternya ya, Vi"
Vio menoleh, "Halah, gaya lu. Demen juga kan lo jamkos gini" Ujarnya mengejek, kemudian kembali memeriksa beberapa barang endorse di mejanya.
"Ya ampun, gue lupa!" Hana menepuk keningnya, mengambil secarik kertas dari dalam tasnya. Kertas untuk pilihan ujian praktek kelas dua belas yang sangat penting. Dan sialnya, Hana tidak memiliki pilihan yang cocok.
"Basket, futsal, voly" Hana membaca berulang ulang tiga pilihan yang ada, "Andai aja ada olah raga lari ngejar gebetan, pasti nilai gue A+" Ujarnya bermonolog.
"Kalo ada olah raga besarin rasa malu lo harus ikut, sih"
Hana mendecak, menatap Afin horor, "Ngeselin banget sih, lo. Lagian kan lo udah tau kalo gue lima hari ini udah jauh jauh dari Raffa. Seneng kan, lo"
Afin terkekeh, mendudukkan dirinya di depan Hana, "Sebenernya gue nggak seneng liat lo yang banyak diem lima hari ini"
Hana memalingkan wajahnya, serba salah.
"Vio, lo ikut apa?"
Violet menoleh, "Futsal" Ujar gadis itu sambil meringis, membuat Hana melongo kaget.
"Lo bisa futsal?" Tanya Darel, sama herannya dengan Hana.
Vio menggeleng, "Tapi, lo nggak tau, Han? Anak futsal tuh ngadain latian bareng, jadi mereka mau ngajarin anak kelas dua belas yang mau ujian praktek" Ucapnya bersemangat.
Hana tampak berpikir, "Lo berdua?" Tanyanya beralih kepada Darel dan Afin.
"Basket, dong! Kita kan tinggi"
Hana mendengus malas, basket memang pasangannya orang orang tinggi. Apa daya Hana yang kalau mau nulis di papan tulis harus jinjit sekuat tenaga.
"Apa gue ikut Voly aja, ya?" Hana menatap kertas di tangannya ragu, mengingat setiap selesai olahraga materi voly tangannya selalu merah merah, gadis itu bergidik ngeri.
"Hana ada yang cari!"
Hana berjengit kaget, bersungut sungut menuju pintu kelasnya.
"Siap-" Mulut Hana melongo kaget, "Raffa" Desis Hana, masih syok dengan kehadiran cowok itu di kelasnya. Menyadari sesuatu, Hana berdehem, "Ngapain lo kesini?"
Raffa tampak menegakkan badannya, "Lo kenapa?"
Hana berkedip beberapa kali, "Kenapa apanya?" Ujarnya bingung.
"Lo jauhin gue?"
"Apa urusannya sama lo?"
Raffa termenung sesaat, dejavu, "Lo marah karna makanan lo dimakan Zia?"
"Ya lo pikir-" Hana tersentak, "Ehm, biasa aja. Mau lo buang juga gue nggak peduli"
"Masa?"
Hana menelan ludahnya. Sialan, Raffa imut banget kalo ngeselin gini.
"Raf, mending lo pergi. Soalnya gue mules liat muka lo"
***
"Gimana gimana?" Laura bertanya heboh, menggebrak meja di depannya beberapa kali.
"Katanya-"
Semua terdiam, menatap Raffa dengan harap cemas. Padahal bukan urusan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ICE BOY
Teen Fiction"Kehidupan setahun terakhir SMA gue terkontaminasi dengan obsesi gue sama seorang cowok dingin bernama Raffa Algaro Putra" _Hana Meirania _______________________________________ Ini bukan cuma tentang obsesi Hana. Ini juga tentang kenyataan kenyataa...