43. rencana masa depan

7 2 2
                                    

Biasanya, tiap minggu pagi, Arkan dan Bulan menjadi orang yang selalu ditugaskan untuk membeli sarapan dan yang lain hanya menunggu di rumah sampai dua pemuda itu kembali. Tapi, karena Arkan pulang ke rumah sebentar karena suatu alasan, Bulan terpaksa pergi sendiri. mau mengajak Rieyan, anaknya malas bangkit dari tempat tidur. Gravitasi tempat tidurnya besar, kata Rieyan.

Alhasil, pagi ini Rieyan malah ikut membersikan kosan yang seminggu belakangan kurang terawat karena penghuninya lagi sibuk. Rieyan bersama Diego dan Davian, kebagian membersihkan bagian dalam kos-kosan dan Ardehan serta Dipta yang membersihkan bagian luar.

"Kak, capek gak lo?" Tanya Davian. Awal-awal datang ke kos-an aja masih pakai aku-kamu atau kadang panggil nama, makin ke sini, Davian sudah berani menyebut diri atau orang lain mengikuti temannya yang lain. "istirahat yuk?"

Rieyan yang juga sudah merasa lelah, tanpa harus berpikir dua kali, langsung mengikuti Davian yang sudah lebih dulu duduk di sofa ruang tengah. Sudah bersih sebenarnya, sedikit lagi selesai. Jadi, mereka membiarkan Diego yang menyelesaikan sisa, walau sudah tau jika pemuda itu akan mengamuk kalau tau Rieyan dan Davian sudah lebih dulu istirahat.

"Jangan berisik, entar lo---"

"Apa-apaan duduk enak kaya gini gue belum lagi siap nyapu."

Kan. Baru saja dibicarakan.

Davian menunjukkan cengirannya, "Habisnya capek, bang. Bentaaar aja ya, please?"

"Tinggal dikit banget padahal, tapi ya udah deh. Buat davian apa yang enggak, ya 'kan?"

Rieyan berdecak sebal. Ke Davian saja Diego bertingkah selembut itu, coba kalau Rieyan? Sudah habis diomelin sama Diego.

"Gue sama mas Dehan mau keluar dulu ya, kalian ada nitip?" ucap Dipta yang tiba-tiba memunculkan diri di depan pintu.

"Mau kemana?" tanya Diego.

"Tau tuh. Tanya sama mas Dehan aja langsung." Katanya. "Entar kalau Bulan pulang,"

"Emang kenapa kalau Bulan pulang?"

"Gak ada sih. Cuma bilang aja."

Ketiga pemuda yang ada di dalam rumah langsung memberikan Dipta tatapan tajam. Membuat pemuda itu langsung mengulas cengiran, "udah ya, gue mau pergi dulu!"

Setelah Dipta dan Ardehan meninggalkan kos-kosan, Diego, Davian, dan Rieyan hanyut dalam kegiatan masing-masing. Entah masih membersihkan ruang tengah ataupun bermain ponsel.

Setelah selesai, Diego ikut duduk di sebelah mereka. Mengambil ponselnya dari saku, "foto yuk?"

Rieyan mengernyitkan dahi. "Buat apa?"

"Gak ada, foto aja. Kapan lagi kan?"

"Bentar, gue lagi jelek," ucap Rieyan.

"Lo berdiri agak jauh aja, kak." Kata Davian. "Kalau mau muka lo enggak terlalu kelihatan."

Rieyan mengangguk dan segera bangkit dari duduknya. Berjalan sedikit menjauhi Davian dan Diego. Setelah selesai, Diego, Davian, dan Rieyan melihat hasil dari foto mereka yang dibilang bagus juga enggak tapi sama sekali enggak jelek. Setidaknya, wajah mereka tidak kelihatan seperti orang baru bangun yang langsung disuruh bersih-bersih rumah.

"Gue kirim ke grup ya,"

CIE DIPTA ANAK FK (7)

Bang Diego

Bang Diego

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
semesta tujuh warna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang