22. you'll lie and i'll believe

33 6 17
                                    

Anak osis sekarang lagi berkumpul di depan ruangan, termasuk beberapa perangkat utama mereka atau yang lebih sering disebut DPO---dewan perwakilan osis---yang dimana ada Arkan, Dipta, dan empat lainnya.

Hari ini pembahasan mereka menyangkut penerimaan anggota osis yang baru, mengingat sebentar lagi akan ada acara tujuh belasan dan lomba-lomba lainnya.

Berhubungan dengan hal itu, masa orientasi anggota osis baru biasanya akan dilakukan dengan menurunkan seluruh anggota baru untuk menjadi panitia lomba.

Katanya, dari sini dapat dilihat mana yang benar-benar serius mengikuti osis mana yang hanya menumpang nama. Dan tahun ini, orang-orang yang akan dipilih menjadi lebih ketat. Akan banyak penyelisihan dan tes lainnya.

Tapi ini baru rancangan awal, saat pembina organisasi ini memberikan info kepada Dipta, selaku ketua osis di sekolah ini.

"Kenapa enggak di ruang osis aja sih, kak?" tanya salah satu anggota osis yang duduk di sebelah perempuan yang Dipta ketahui adalah teman dekat Arkan, "biar lebih tertutup."

"di sini aja. Cuma ngasih beberapa info soal penerimaan anggota baru." kata Dipta. Yang lainnya mengangguk paham maksud dari ketua mereka. "Kalian bagi kelompok, tiga orang perkelompoknya. Yang kelas sebelas ke kelas sepuluh ipa satu sampai enam, yang kelas dua belas dari Ipa tujuh sampai Ips lima."

Yang lain mengangguk, menyetujui perintah sang ketua. Seluruh DPO atau dewan perwakilan osis dimana perangkat utama osis dikumpulkan di ruangan khusus mereka. Membicarakan apa saja yang harus dirancang untuk penerimaan osis baru untuk periode setahun ke depan.

Bukan hal yang mudah, namun harus dilakukan.

"Pak Yogi kasih berkas ke gue tadi. Isinya rundown acara tujuh belasan. Sekalian syarat-syarat penerimaan anggota baru. Kalau ada yang kurang setuju, bisa kasih pendapat harusnya gimana. Gue bawa DPO doang biar mereka enggak ribut karena bakalan ada selisih paham lagi kaya sebelumnya." jelas laki-laki itu.

Yang lain mengambil kertas yang diberikan sihun. Membaca poin pertama sampai terakhir. Dahi mereka mulai mengerut, berpikir apa yang harus diubah agar tak salah ambil tindakan di lain hari.

"Gini aja deh kayanya, mager banget gue mau revisi." Kata Arkan. "Pas kok, kak. Apalagi yang mau diganti. Waktu di harinya aja kayanya kita ubah."

"Enggak tambah rumit, kyu?" Acha menyahut. "Menurut lo aja deh, apa yang mau lo rubah atau tambah."

"Ada sebenarnya, tapi apa ya, yang ada di pikiran gue kalau misalkan kita pakai ide dari gue, bakalan sedikit yang netap di osis. Tau kan minat mereka ada disini karena nama bukan kerjaan. Enggak mau ya gue kalau kakak kelas terus yang kerja tapi adik kelas malah sibuk kesana-kemari," sanggah Arkan.

"woah! seorang Arkan bisa mikir kaya gini juga," sahut Diva.

"Ya gue manusia juga kali, hahaha." Jawab Arkan. "Realistis aja sih, pikirin gimana ke depannya, buat kita, buat sekolah. Kalau misalkan enggak kaya gini dan mereka dapat masalah, yang jelek nama osis juga kan?"

"Setuju gue!" sahut sang wakil bendahara, Diva. Perempuan yang sebelumnya tidak setuju, mengganti pemikirannya. "Gimana nih, kak sihun?"

"Jadi, apa ide kalian?"

...

Perempuan di sebelah hyunbin terus saja memasang wajah kesal, padahal laki-laki ini tidak ada menjahili ataupun meledekinya hari ini.

"Kia, ya ampun. Maaf dong kalau gue ada salah," kata Bulan. "Jangan diam terus lah minimal. Gimana kita mau masuk ke dalam kelas kalau misalkan lo aja enggak baik perasaannya."

semesta tujuh warna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang