Kalau kata orang-orang yang belum benar-benar kenal dengan Bulan, laki-laki itu adalah penggaet banyak gadis karena wajah dan auranya yang sangat kuat. Wajah tampan, suara lembut, sisi ramah, membuat Bulan menjadi salah satu most wanted-nya sekolah sejak pertama kali ia masuk ke sekolah ini.
Bahkan saat ia masih mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah, ada kakak kelas dan juga anggota osis yang menyatakan kalau mereka suka pada Bulan. Bulan yang saat itu belum benar-benar tahu apa itu rasa suka, cinta, dan hal semacamnya hanya dapat menolak. Sebelum ia termakan hal yang mendekati kata taruhan dan harus mendekati teman sekelasnya.
Si gadis polos yang membuat Bulan merasa bersalah sampai sekarang walaupun hubungan mereka sudah membaik, sangat baik malah. Setiap melihat walah Aleena yang kini menjadi teman sebangkunya---karena Rieyan yang pindah ke sisi pojok dan sebangku dengan salah satu perempuan yang paling pasif di kelas--- Bulan selalu dihantui rasa bersalah.
Seperti, harusnya ia tidak menyetujui hal itu dan menyakiti Aleena. Atau mungkin lebih baik ia mentraktir mereka sampai sebulan penuh di kantin walaupun ia pastinya akan berberat hati. Walaupun hubungan mereka telah membaik, tapi sisi kecewa Aleena pada bulan tentu masih ada.
Hari ini, mereka ditugaskan untuk membuat tugas kelompok dengan teman sebangku. Mengerjakan tugas yang memerlukan seseorang yang jago dalam hal menggambar. Tentu saja, bagi Bulan, sekarang ia cukup senang. Perempuan yang menjadi teman sebangkunya ini jago dalam hal itu.
"Kerja kelompoknya, hari ini?" tanya Bulan saat baru saja ingin melangkah keluar dari bangku.
Aleena menoleh, "kamu mau latihan duta bahasa lagi, 'kan?"
"Iya sih," jawab Bulan disertai anggukan. "Tapi bisa kok latihannya sendirian. Aku bisa ulang lagi latihannya waktu di kos-an."
"Mau hari ini banget?" tawar Aleena.
Bulan menaikkan sebelah alisnya, "kenapa? kamu enggak bisa ya?"
Aleena menggaruk pelan tengkuknya, "bukan enggak bisa sih ya, tapi ada keperluan lain. Mau pergi sama orang."
"Sama siapa?" tanya Bulan. Membuat raut wajah gadis di depannya berubah. Bulan yang awalnya masih memasang raut wajah santai mendadak kaget dengan perubahan raut wajah Aleena. Laki-laki itu menyilangkan tangannya, membuat postur tidak. "Eh, aku enggak sengaja nanya, hehehe. Maaf kalau kesannya agak aneh." Nada bicara Bulan semakin turun sampai di akhir kalimat.
Aleena tersenyum tipis, "hari ini aja deh kerja kelompoknya. Buat ketemu bisa lain waktu kok."
Saat ini Bulan hanya dapat berteriak dalam hati, bersorak riang karena niatnya untuk melakukan kerja kelompok seraya mendekatkan lagi dirinya dengan Aleena dapat berjalan dengan baik---untuk saat ini. Aleena membatalkan jadwal dirinya yang ingin bertemu dengan orang lain hanya karena tugas kelompok yang masih ada waktu sekitar dua minggu lagi.
Bagaimana Bulan bisa berpikir seperti biasanya?
Aleena bukan orang yang begitu saja membatalkan jadwal, kecuali memang ada hal lain yang lebih penting. Boleh tidak Bulan berharap sekali lagi?
Sadar Bulan, hal terpenting bagi gadis itu bisa saja tugas.
Bulan mengulaskan senyum, kemudian mengajak perempuan itu bangkit dari duduknya, "Ke kantin yuk? Kumpul bareng yang lain."
...
Tidak ada yang lebih bahagia dari Dipta yang akhirnya dapat berbicara banyak dengan gadisnya, Acha. Hubungan mereka sempat renggang dan membuat dipta khawatir, perempuan itu tiba-tiba mengatakan usai saat Dipta tidak mau melakukannya. Terlebih lagi, mereka berdua yang sibuk mengurus ini-itu. Bahan pembicaraan mereka juga tidak lebih dari jadwal osis, tidak ada pembahan yang lebih dari sekedar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta tujuh warna
FanfictionKisah ini ditulis agar kisah manis dari tujuh pemuda ini tidak hilang dimakan waktu. Manis pahit yang mereka lalui sangat berarti. Tujuh anak manusia dengan kepribadian yang berbeda, pengalaman, masa lalu, dan tentunya perasaan yang berbeda. Mereka...