Sebulan mencari kos-kosan yang menurutnya pas, akhirnya Dipta mendapatkannya.
Bak seperti sebuah cerita yang alurnya datang tak disangka-sangka, bukan Dipta yang pergi lebih dulu. Melainkan Ardehan.
Diego sempat protes. Ia bilang, Ardehan sebenarnya masih dapat bertahan dua tahun lagi di kos-an ini. Namun, pemuda itu mengatakan kalau memang sudah waktunya pindah. Terlebih lagi ia memang sudah tidak bisa banyak bermain seperti semester sebelumnya. Belum lagi mempersiapkan kehidupan setelah kuliah nanti.
Kadang, memang harus keluar dari zona nyaman.
Sesekali, Ardehan mengunjungi mereka. Membawakan makanan atau karena disuruh ikut meramaikan acara yang dibuat oleh bunda, sang pemilik kos.
Sekaranf tinggal Diego, Rieyan, Bulan, Arkan, dan Davian. Walaupun datang dua penghuni baru. Salah satunya adalah teman Davian dan yang lain merupakan adik kelas pemuda itu.
Walaupun mereka tetap merasa ada yang berbeda—kecuali Diego dan Arkan yang sebelumnya memang pernah ditinggal penghuni kos yang lain— kos-kosan ini masih ramai.
Dengan jumlah tujuh orang, sebenarnya yang berbeda hanya orangnya saja.
Terkadang, yang namanya hidup memang seperti ini. Orang datang dan pergi. Kalau memang dekat dan akrab, pasti masih akan kembali. Namun, jika kebalikan, hanya berujung menjadi orang asing.
Masuk ke semester awal dunia perkuliahan, bukan berarti membuat Diego dapat merasa lebih bebas dari waktu SMA. Justru kebalikannya. Tugas yang terus hadir, waktunya dengan Anna juga tidak sebanyak dulu. Ditambah gadis itu sedang ada di kelas akhir.
Untung saja hubungan masih lancar. Diego tidak harus mengkhawatirkan banyak hal.
Tapi, ya, semenjak Ardehan pindah, julukan tertua langsung diberikan pada dirinya. Melihat kos-kosan yang terkadang berantakan, membuat pemuda itu harus turun tangan menegur penghuni yang lain.
"Gue capek deh, dulu mas Dehan kaya gini, ya?"
Keluhan yang sering keluar dari mulut Diego dan Rieyan yang selalu menjadi korbannya.
Untuk Rieyan, Bulan, dan Arkan sendiri, mereka semakin sibuk dengan persiapan masuk universitas. Tidak lagi memusingkan soal percintaan dan ingin fokus dulu pada masa depan.
Kalau kata Bulan, "santai aja, nanti pasti ada waktunya."
Walaupun tetap saja, pemuda itu terkadang mengeluh pada Rieyan dan Arkan soal mengapa hanya ia yang tidak pernah merasakan hubungan yang lancar. Ya, Arkan sebenarnya tidak bisa dibilang lancar juga. Pemuda itu justru masih menggantung hubungannya dengan Kia. Entah sampai kapan.
Davian juga. Sudah dapat restu langsung dari sang kakak, ia masih maju mundur untuk memulai hubungan yang lebih dengan Naya. Masih ingin bebas dengan status seperti sekarang. Walaupun tetap ada perasaan yang harus dijaga.
Ya, begitulah kehidupan anak remaja yang mulai menginjak waktu peralihan menuju dewasa.
Jalan tidak mulus, hajar. Apalagi kalau kerikil kecil yang tiba-tiba saja datang. Yang penting, menjalani hidup jangan sampai membuat diri terus terpuruk.
Karena semesta sendiri memiliki banyak warna. Berbeda, akan tetapi menampilkan seuatu hal yang indah.
...
Semesta Tujuh Warna,
Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta tujuh warna
FanfictionKisah ini ditulis agar kisah manis dari tujuh pemuda ini tidak hilang dimakan waktu. Manis pahit yang mereka lalui sangat berarti. Tujuh anak manusia dengan kepribadian yang berbeda, pengalaman, masa lalu, dan tentunya perasaan yang berbeda. Mereka...