"Jadi gimana kerja kelompoknya?" Bulan menoleh pada perempuan di sebelahnya. Yang sedang merapikan meja dan bersiap-siap untuk pulang. "Mau hari ini tetap?"
"Ya, iya?" Aleena masih sibuk dengan buku-buku yang sedang ia masukkan ke dalam tas, tanpa sedikitpun menoleh pada Bulan. "Biar cepat siap juga kan?"
Ah benar kan. Aleena membatalkan janji hanya karena tugas, bukan hal lain. Bulan hanya terlalu berharap.
Raut wajah Bulan berubah, ditekuk wajah tampannya sampai Aleena mengernyitkan dahi, bingung terhadap perubahan suasana hati Bulan yang berubah sangat cepat.
"Kamu kenapa? Sakit? Atau ada keperluan lain?" tanya perempuan itu bertubi-tubi. "Biar kita—"
"Ayo," sanggah Bulan cepat. "Kerja kelompoknya tetap hari ini, oke?"
...
Rieyan yang hari ini tidak masuk hanya dapat menjadi nyamuk. Sudah dua hari ia tidak datang ke sekolah. Ia kira sehari saja cukup, ternyata tubuhnya berkata lain. Ia masih lemas dua hari ini. Bahkan hari ini mungkin lebih parah dibandingkan semalam.
Walaupun begitu, Rieyan masih dapat bermain ponsel, sekadar membalas pesan ataupun menonton. Ya, pada akhirnya kepalanya menjadi pusing saat menatap layar ponsel terlalu lama.
Kadang overthinking menggerayangi pikiran Rieyan.
Ujung-ujungnya selalu terpaku pada gadis itu.
Rieyan selalu menanamkan pada dirinya, hidup tidak hanya tentang cerita dua pasang orang dan cinta-cintaan. Tapi kalau hal tersebut tidak ada, hidup tidak lengkap.
Rieyan tidak pernah sampai seperti ini saat suka dengan seseorang. Ia hanya takut, nanti rasa ini akan menjadi obsesi, bukan rasa suka.
Pikirannya tiba-tiba saja tertuju pada Zyan. Tentang apa yang sedang dilakukan perempuan itu. Apakah Zyan khawatir pada dirinya? Apakah Zyan akan menanyakan kabarnya? Atau mungkin, menjenguk Rieyan. Minimal menelponnya saja.
Walaupun hal tersebut hanya ada dalam angan Rieyan.
Semalam ia menunggu gadis itu akan mengirimkannya pesan, setelah sekian lama mereka tidak bertukar pesan lagi. Salah satu alasannya adalah mereka yang sekarang menjadi teman sebangku. Lagi pula apalagi yang akan menjadi topik kalau di sekolah, mereka masih sempat berbicara. Walau pada akhirnya Rieyan akan tidak diacuhkan oleh Zyan.
Ponsel Rieyan berdering. Dering untuk pesan. Ia dengan cepat menghidupkan layar ponsel. Berharap jika Zyan lah yang mengirimkan pesan.
Justru nama Bulan yang menghiasi layar ponselnya. Laki-laki itu bertanya apakah Rieyan mau dibawakan sesuatu, sekalian memberitahu kalau ia akan mengerjakan tugas kelompok bersama Aleena.
Rieyan hanya membalas kalau ia ingin beberapa cemilan dan bubur, serta obat agar tubuhnya membaik dan dapat masuk ke sekolah besok.
Jam sekolah harusnya sudah selesai dan para murid sudah pulang. Anak-anak kos juga memberikan pesan pada Rieyan kalau mereka akan pulang lebih lama. Tentu saja sang ketua osis dan wakil ketuanya sibuk dengan agenda osis, Ardehan yang akan melaksanakan ujian tengah semester, dan Diego yang sibuk pada ekstrakurikulernya yang akan ikut kejuaraan minggu depan. Dan, hari ini jadwal Davian mengikuti latihan futsal di sekolah.
Sepertinya Rieyan akan menjaga tubuhnya agar tidak jatuh sakit lagi kalau ia akan merasakan bosan seperti saat ini. Rieyan buka tipikal yang kalau lelah sedikit langsung drop, tapi kalau sakit, rieyan bisa sampai opname dan rawat inap sampai tiga hari.
Rieyan akhirnya memilih untuk membuka aplikasi dengan ikon burung putih, menggulir layar, memperbaharui aktivitas, dan melihat pesan-pesan yang masuk. Dan ketika Rieyan kembali memperbaharui halaman utama, tweet dari Zyan berada pada posisi teratas. Gadis itu mengirimkan sebuah lagu yang berjudul aside yang dibawakan oleh salah satu grup asal negeri ginseng. Terlihat dari lagu yang ia dengar, sepertinya Zyan sedang mencari lagu yang pas dengan suasana hatinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta tujuh warna
FanfictionKisah ini ditulis agar kisah manis dari tujuh pemuda ini tidak hilang dimakan waktu. Manis pahit yang mereka lalui sangat berarti. Tujuh anak manusia dengan kepribadian yang berbeda, pengalaman, masa lalu, dan tentunya perasaan yang berbeda. Mereka...