3. berpaling, enggak kan?

144 28 39
                                    

Kejadian Enggar yang berteriak ke Acha, "Teteh manis siapa yang punya," dan jawaban Dipta yang mengatakan "Punya gue woi!" membuat hubungan Dipta dan Acha menjadi canggung ketika pulang dari rumah orangtuanya.

Habis saja Enggar ketika libur nanti.

Dipta tidak henti digoda oleh para temannya, terutama Diego yang ketika pulang lebih memilih satu mobil dengan Dipta—untuk mengerjai laki-laki itu. Dibantu oleh Bulan yang ada di sebelahnya.

"Teteh manis, itu dijawab atuh punya siapa? Kok diem aja?" celetuk Diego yang membuat Acha menoleh dengan tatapan tajamnya.

"Apasih, Lan. Ga nyambung."

"KOK BULAN KAK?!" Bulan yang memainkan handphonenya mendelik ke Acha sambil tidak terima kalau dirinya yang dimarahi perempuan itu.

"HAH?"

"Teteh manis salting ya? Utututu, sini di puk puk." kata Diego lagi.

"APASIH LINA!"

"NAMA BUNDA GUE ANJIR!" Protes Diego ketika mendengar nama yang disebut Acha.

Acha tersenyum, "Kan nama lo Linanda sayang,"

"A' ITU CEWEKNYA MANGGIL SAYANG SAYANG TUH!"

"Pengen pindah mobil aja gue," kata Dipta sambil menepuk dahinya. "Kalem dong, kan Acha masih jadi temen."

"Gas teros sampe Anna peka!" Diego mengepalkan tangannya, seakan memberi gestur semangat yang membuat Bulan di sampingnya tertawa.

"Anna mulu pikiran lo, Elsa dong yang dipikirin." Acha melirik ke arah Diego, kemudian ke arah Dipta yang ada di sebelahnya.

"Lah itu mah tugas Dipta bege!" potong Diego. "Nanti traktirannya ilang, gak mau."

"Tau gak sih, coba lo berdua lewat lorong cinta di sekolah kita, a'. Dijamin deh," kata Bulan.

Dipta mengernyitkan dahinya, "Dijamin apaan?"

"Dijamin putus, hahahaha!"

Acha memberikan tatapan tajamnya ke Bulan, "Bangcat kamu adekku."

...

Malam ini waktunya untuk makan bersama— ibu kos mereka yang memberikan jadwal. Tiap hari minggu ataupun libur, dia bakalan kumpul sama anak-anak kosnya dan makan bareng-bareng. Biar lebih dekat juga.

Tapi ada satu oknum yang deg-degan dari tadi dan enggak bisa memberhentikan senyumnya. Siapa lagi kalau bukan Andiego Diego si penggemar nomor satu Anna.

Berawal dari menyukai frozen—terlebih lagi pada karakter Anna— Diego menemukan Anna yang dia maksud di dunia nyata.

Enggak, bukan karena wajahnya. Melainkan karena namanya. Kalian juga mungkin gitu, walaupun hanya namanya yang mirip, kadang ada rasa ingin menaruh perasaan.

Atau, hanya Diego?

Bahkan sekarang dia diledeki oleh temannya karena satu meja dengan Anna. Walaupun ini mingguan, Diego dulunya tidak pernah mengungkapkan kalau dia menyukai Anna—sekedar kagum.

"Bunda tau gak?" mendadak semua manusia yang berada di ruang itu menoleh pada Rieyan. Termasuk orang yang dipanggil.

"Hm?" Bunda menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

Rieyan mendelik ke Diego, "Kak Yup kan,"

Diego memandangi Rieyan dengan tatapan bertanya.Membuat Rieyan memasang wajah menahan tawa ala dirinya.

"Jadi kak Yup bunda, bilang kalau dia suk-" mulut Rieyan lebih dulu ditutup oleh Diego menggunakan tangannya, untung saja jarak duduk mereka berdekatan. Diego jadi mudah mendiamkan laki-laki Adiputra itu.

semesta tujuh warna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang