Belakangan ini menjadi hari terberat seorang Ardehan. Sudah tugas semakin banyak, mendapatkam kelompok yang tidak satu frekuensi dengannya, hubungannya dengan Deya yang semakin lama semakin tidak jelas karena dua-duanya disibukkan tugas dan urusan perkuliahan. Komunikasi juga belakangan ini kurang baik.
Ardehan juga belakangan ini pulang sedikit lama dan menjadi orang terakhir yang pulang ke kos-an. Sudah jarang juga ia berkumpul dengan teman satu kos ataupun teman-temannya yang lain. Biasanya, setiap minggu pasti ia meluangkan waktu untuk mereka, tapi sekarang sulit. Baru saja memiliki janji untuk bertemu teman, tugas-tugas Ardehan seakan memanggil dan membuat Ardehan berkali-kali membatalkan janji.
Sampai akhirnya salah satu dari temannya—yang juga pernah ngekos di tempat ini datang ke kos-an. Katanya hanya sekedar melihat-lihat. Lalu duduk di kamar Ardehan dan berakhir mengerjakan tugas bersama.
Wisnu namanya. Yang sempat bertemu dengan Ardehan ketika ia sedang menonton sebuah pertunjukan teater musikal dengan Deya. Wisnu, yang merupakan sepupu dari teman sekos-an Ardehan yang lain, Arkan.
Tadi Wisnu sempat berpapasan dengan Arkan dan hanya saling melempar senyum. Tidak ada pembicaraan sedikitpun.
"Lo sama Deya gimana?" tanya Wisnu, memberhentikan jarinya yang sibuk mengetik. Menatap ke arah Ardehan yang juga melirik kecil ke arahnya.
"Baik." Jawab Ardehan. "Masih baik."
"Dia sering jalan bareng jeffry, lo tau?" tanya Wisnu lagi. Ardehan mengangguk, tanpa mengalihkan padangan dari layar laptopnya. "Dari dulu, dari lo masih sama yang lama sampai sekarang udah dapat Deya lho, Han. Lo yakin, bakalan biarin dia pergi bareng Jeffry? Ya, gue tau Deya pasti selalu kasih kabar, tapi enggak bisa cuma dengan kasih kabar, Ardehan. You must take an action or maybe some action to get her attention. Walaupun kalian pacaran, bukan berarti lo bisa aman terus setiap dia jalan sama orang lain karena dia punya lo."
Ardehan menoleh, berhenti dari kegiatannya. "Gue enggak bisa selalu suruh dia ini itu kaya yang gue mau. Gue enggak bisa mengekang dia karena memang gue juga enggak mau, Nu." Kata Ardehan. "Kalau gue bisa, gue udah lakuin dari dulu. Dan kalau memang bisa, gue sama Diana enggak bakalan putus."
"Lo terlalu berpikiran jauh." Ucap Wisnu, melipat kedua tangan di depan dada dengan bibirnya yang sedikit tertarik. Kebiasaannya saat sudah tertarik pada suatu topik pembicaraan. "Lo terlalu men-overthinking setiap hal yang bahkan belum lo lakukan. Lo mungkin ngerasa kalau beri kebebasan adalah hal yang terbaik, tapi belum tentu Deya mikir hal yang sama." Wisnu menghela napas sejenak. Lalu lanjut berbicara, "Lo mau tau, salah satu pertanyaan yang mungkin selalu dipikirkan Deya tapi enggak pernah ditanyakannya?"
Ardehan menatap Wisnu lekat sambil menaikkan sebelah alis. Dalam hatinya ia juga penasaran akan kelanjutan dari ucapan Wisnu. Dan pikirannya bergelut, memikirkan apa saja yang sudah terlewatkan selama ini.
"Deya bakalan tanya ke dirinya sendiri, sebenarnya dia siapa lo? Atau, gue pacaran ya sama Dehan?" kata Wisnu. "Dan yang bisa aja sering ia tanya, Dehan enggak perhatian ya sama gue?"
Entah datang batu dari mana tapi Ardehan merasa tertohok atas ucapan Wisnu yang benar-benar tepat mengenai hatinya. Sakit pasti jika hal itu benar-benar terjadi.
"Gue salah, ya?" tanya Ardehan, tidak tau pada siapa. "Gue enggak ngerti, Nu. Beneran enggak ngerti sama sekali. Sama diri gue, sama Deya, sama orang terdekat gue. Bahkan gue sering mikir, gue enggak pernah bisa ngerti kenapa dunia selalu bikin gue pusing sama setiap hal yang terjadi secara langsung maupun enggak langsung." Jelas Ardehan, mengeluarkan keluh kesah yang ia selalu simpan.
Wisnu merasa senang, Ardehan dapat menceritakan hal yang membuatnya merasa jatuh. Sebagai teman, Wisnu merasa di saat seperti ini ia harus membantu Ardehan untuk menyelesaikan masalah yang ingin dibenarkan oleh Ardehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta tujuh warna
FanfictionKisah ini ditulis agar kisah manis dari tujuh pemuda ini tidak hilang dimakan waktu. Manis pahit yang mereka lalui sangat berarti. Tujuh anak manusia dengan kepribadian yang berbeda, pengalaman, masa lalu, dan tentunya perasaan yang berbeda. Mereka...