0. anak baru

524 39 71
                                    

Davian menarik koper di tangannya dengan gerakan lambat sambil sesekali memandangi ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya tiga tahun ke depan.

Ini gara-gara jarak rumah yang cukup jauh dari sekolah, lebih baik Davian mencari kos saja di dekat sekolahnya dari pada harus bangun pagi atau merasakan terlambat.

Sungguh, itu hal yang ingin Davian jauhi.

Katanya rumah kos yang akan ditinggali Davian berisi enam orang, salah satunya adalah tetangganya. Orang yang menyarankan Davian untuk tinggal disini.

Rumah ini tidak terlalu luas karena di satukan dengan rumah pemilik kos. Lebih tepatnya seperti kamar yang berjejeran dengan dua lantai. Di lantai atas terdapat 5 kamar dan di lantai bawah 2 untuk kos dan 3 untuk pemilik rumah.

Davian memilih diam sambil menunggu pemilik kos keluar. Sesekali mengetukkan sepatu conversenya ke lantai.

"Nak Davian?"

Davian menoleh ke arah perempuan yang ia yakini merupakan ibu kos, lalu membungkukkan tubuhnya, "Iya bu."

Ibu itu menepuk punggung Davian lalu menunjuk ke satu kamar yang terletak di pojok lantai 2, "Kamar kamu yang itu. Semoga betah ya." ucap ibu itu ramah sambil tersenyum pada Davian.

Davian membalas senyum itu, seraya mengangguk, "Makasih, bu," sambil melangkah menuju kamarnya dengan ibu kosnya.

"Oh ya, anak-anak disini manggil saya bunda. Kalau kamu mau manggil bunda juga, gak apa-apa. Tapi kalau kamu lebih nyaman manggil ibu, juga gak apa-apa. Anggap aja saya ibu kamu disini."

Davian mengangguk lagi. Seenggaknya dia harus memberikan kesan pertama yang bagus, 'kan?

"Oh ya nak, satu lagi,"

"Kenapa- bunda?" tanya Davian dengan sebutan bunda.

"Kamu temennya Ardehan ya? Kemarin dia bilang orang yang mau ngekos disini itu temen dia."

Davian menyengir, "Hehehehe, iya bunda. Saya tetangganya kak Ardehan sebenernya."

"Oh kalau gitu, semoga bisa membaur sama kita ya."

Davian langsung masuk ke dalam kamarnya setelah bicara banyak dengan ibu kos. Meletakkan semua barangnya lalu keluar kamar buat nyari makanan.

Davian memperhatikan satu persatu kamar yang ada, dari mulai di sebelah kamarnya sampai kamar yang ada di bawah. Kecuali kamar pemilik kos. Davian enggak seberani itu.

Dia penasaran di mana kamar Ardehan.

Sampai di depan pagar, Davian mulai berjalan ke minimarket depan rumah. Rumah kos Davian terlalu strategis. Di depan ada minimarket, dan di depan gang ada banyak stan makanan ataupun jajanan.

Kalau saja Davian bawa kendaraan, pasti dia kesana tiap malam.

Sekolah Davian juga tidak jauh dari sini.

Dia mengambil semua makanan yang dia perlu, karena uang pegangannya sekarang tidak terlalu banyak.

Di depan minimarket, menuju rumahnya, Davian bertemu dengan orang lain yang dia yakin adalah salah satu anak kos di tempat ini.

Davian dengan cepat menepuk lengan orang itu, "Hey? Anak kos disini?"

Orang itu menoleh, lalu mengangguk. "Eh? Temen mas Ardehan? Kenalin, gue Arkan."

...

Bulan berlarian di sekolahnya. Rasanya dia ingin berteriak pada gadis yang membuatnya dihukum berlari satu lapangan penuh dengan 5 putaran.

semesta tujuh warna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang