Minggu kedua di bulan agustus, tepatnya tanggal tiga belas agustus, salah satu anak kos harusnya merayakan hari lahirnya dengan senang. Diego selalu memikirkan hal itu sejak ia bangun. Biasanya ada Arkan yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun pada Diego, namun laki-laki itu tidak kelihatan di kos semenjak malam kemarin.
Diego bangun paling awal hari ini. Menyiapkan sarapan untuk dirinya pada dapur yang disediakan, kemudian membuatkan para anak kos yang lainnya sarapan yang serupa. Roti dengan isi telur ala Diego yang selalu ia minta buatkan oleh ibunya.
"Pada enggak ingat apa gimana?" tanya Diego pada dirinya. Sebenarnya Diego tidak terlalu peduli pada hari ulang tahun, namun anak kos biasanya selalu mengucapkan hal tersebut. Diego juga sudah biasa mendengarkan ucapan selamat ulang tahun dari anak kos.
Setelah selesai membuat sarapan, Diego memilih duduk di kursi ruang tengah dengan roti yang ia bawa. Melanjutkan apa yang ada dalam pikirannya. "Arkan juga, dimana ya dia? Kok gue malah nyariin. Anaknya enggak kelihatan dari kemarin."
Setelah selesai memakan sarapannya, Diego memilih untuk masuk ke dalam kamar. Untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam sekolah dan bersiap untuk berangkat. Diego membuka aplikasi berwarna hijau, sudah banyak ucapan selamat ulang tahun yang diberikan teman sekolahnya.
Tapi tetap saja ada yang kurang.
Sebuah panggilan masuk membuat ponsel Diego berdering. Diego segera mengangkat telepon tersebut. Suara ibunya terdengar.
"Diego baik, Bu. Makan banyak kok. Ibu sehat kan? Diego mau ngerayain bareng Ibu nanti, boleh kan?" tanya Diego. "Iyaaa, Bu. Diego pasti bisa jadi anak yang selalu buat ibu bangga, tapi Diego enggak buat ibu berharap ya, Bu. Terima kasih ya, Bu. Udah ngelahirin Diego, jaga Diego sampai jadi Diego yang sekarang. Diego berangkat ya. Sayang ibuuu!"
Deretan kalimat yang selalu diucapkan Diego pada ibunya. Selalu. Tanpa ada berat saat mengucapkan kalimat tersebut. Diego memang seperti itu. Sangat mudah untuk menunjukkan perasaannya, mengutarakan isi hati. Makanya, tidak jarang para anak kos ingin menjadi seperti Diego, termasuk Dipta. Padahal Dipta juga sama seperti Diego.
Diego mengambil tasnya dan meletakkan benda itu pada pundaknya, berjalan ke arah pintu.
Diego terkejut saat melihat hal pertama yang ia dapat ketika membuka pintu adalah anak-anak kos yang sedang memegang kue ulang tahun sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Ardehan, Dipta, Davian, Rieyan, dan Bulan. Lima orang yang ada di depan Diego sukses membuat laki-laki terdiam di depan pintu. Otaknya seakan memproses lebih dahulu apa yang sedanf terjadi.
"Selamat ulang tahun, adeknya Mas yang sebentar lagi bakalan jadi mahasiswa baru!" Ardehan melangkah lebih dahulu sambil memberikan kue pada Diego.
"Makasih, Mas." Jawab Diego dengan ekspresi terkejut.
"Selamat ulang tahun, sobat gila!" kata Dipta sambil mengoles krim kue pada hidung Diego.
"Selamat ulang tahun gebetan Anna," Bulan juga melakukan hal serupa.
"Selamat ulang tahun, kak Yup kesayangan kita!" sahut Rieyan. Laki-laki hanya mengucapkan selamat, tidak mengikuti Dipta dan Bulan yang memberikan krim di wajahnya.
"Selamat ulang tahun, kak!" kata Davian. Tangan Diego meraih pipi Davian dan mencubit pelan pipi si bungsu kos-an. "Makasih adik kakak!"
"Kak Yup pilih kasih, ih! Masa Davian doang yang dijawab. Kita bertiga enggak."
Diego tidak menanggapi protes dari Bulan. Mata laki-laki itu melirik ke seluruh penjuru kos. Mencari adik kesayangannya, Arkan.
Sebuah kalimat akhirnya keluar dari mulut Diego yang berbentuk pertanyaan, "Arkan mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta tujuh warna
FanfictionKisah ini ditulis agar kisah manis dari tujuh pemuda ini tidak hilang dimakan waktu. Manis pahit yang mereka lalui sangat berarti. Tujuh anak manusia dengan kepribadian yang berbeda, pengalaman, masa lalu, dan tentunya perasaan yang berbeda. Mereka...