***
Lucas mengamati Yuqi yang sedang berlatih cheerleader di lapangan. Ia baru tau kalau cewek itu ternyata salah satu anggota cheerleader.
Padahal Lucas merupakan anggota basket yang selama ini selalu mendapat dukungan dari mereka saat ia dan timnya sedang bertanding.
"Ngapain lo di depan kelas gue?" Lucas menoleh saat mendapati suara seseorang yang mengajaknya bicara.
"Eh Koeun," katanya. "Nggak ngapa-ngapain. Gue cuma lagi nikmatin pemandangan yang indah." Dagunya mengarah ke tengah lapangan dimana cewek-cewek cantik alias anggota cheerleader itu berada.
"Kurang kerjaan amat lo."
"Bodo, daripada lo sok sibuk." Koeun mendengus sebal.
"Temen lo mana? Tumben gak sama lo."
"Siapa? Temen gue kan banyak." Lucas tentu tau siapa yang dimaksud Koeun, hanya saja cowok itu memilih untuk pura-pura tidak tau.
"Mark."
"Ngapain lo nanyain Mark? Biasanya juga suka ngusir dia." Koeun mengumpat dalam hati.
Beberapa detik kemudian orang yang mereka bicarakan muncul sambil melambai ke arah Koeun dan tersenyum lebar.
"Noh orangnya dateng."
"Lagi ngapain lo di sini Cas?" tanya Mark heran. Tidak biasanya ia melihat Koeun dan Lucas mengobrol.
"Tadi kebetulan lagi lewat aja terus ini si Koeun nanyain lo." Koeun melotot sementara Lucas hanya terkekeh pelan.
"Ngapain kamu nanyain aku?" Koeun buang muka.
"Nggak apa-apa, cuma mau bilang hari ini kamu gak usah ke ruang osis. Aku mau langsung pulang."
"Aku anter ya?" Koeun langsung menggeleng. "Nggak usah, aku pulang sendiri aja."
Senyum Mark langsung pudar.
"Yah kasian banget lo Mark ditolak lagi, padahal kemaren Koeun mau gue anter pulang loh," kata Lucas sengaja ingin membuat Mark cemburu.
"Lo nganterin Koeun? Gak mungkin."
"Gak percayaan amat lo, tanya aja sama Keoun, ya nggak beb?"
Koeun diam.
"Kok kamu nggak adil, masa sama Lucas mau sama aku nggak," rengek Mark tidak terima.
Lucas sudah menahan tawa di sampingnya. "Jelaslah. Gue kan lebih ganteng dari lo. Mana bisa Koeun nolak gue."
Koeun memutar bola matanya. Ia merasa dejavu. Dulu juga saat mereka bertiga masih akrab Mark sering protes kalau Koeun lebih memperhatikan Lucas ketimbang drinya.
"Pohon kelapa diem aja mending." Lucas menggeplak kepala Mark. Enak saja dia dikatai pohon kelapa.
"Eun, mending lo balik bareng gue lagi yuk gue ngecancel niat gue buat jadi shipper kalian." Mark melotot.
"Enak aja. Koeun balik sama gue, lo cari cewek lain sana. Jangan jadi hama. Hus hus!" Mark mengibaskan tangannya untuk mengusir Lucas.
"Gak, Koeun balik bareng gue!" Lucas tak mau kalah. "Gue juga mau protes nih Eun, masa lo sama Mark ngomongnya aku kamu tapi ke gue nggak. Kan tidak adil ini namanya. deskriminasi!" kata Lucas hiperbolis.
Melihat Mark dan Lucas yang terus adu mulut, Koeun jadi kesal sendiri.
"Noh lo bareng Doyeon aja," ujar Mark saat melihat cewek tinggi itu keluar dari kelas yang sama dengan Koeun.
"Bisa dibunuh si Jihoon gue."
"Lo ini yang dibunuh."
Koeun semakin kesal. Pasalnya sekarang mereka jadi tontonan orang-orang di sekitarnya.
"Bodo amat dah," gumam Koeun lalu memilih untuk meninggalkan mereka berdua.
Sadar Koeun sudah tidak ada di tempatnya, Mark langsung menghentikan debatnya dengan Lucas.
"Gara-gara lo nih, awas aja besok!" Mark lantas berlari menyusul Koeun.
Lucas cuma geleng-geleng kepala.
Samar-samar ia mendengar bisikan-bisikan dari orang sekitar yang tadi menyaksikan perdebatannya dengan Mark.
"Eh Koeun tuh pacarnya Mark?"
"Sok kecantikan banget sih tu anak mentang-mentang ketua osis."
"Mark sama Lucas kok ngeributin Koeun?"
Dan ucapan lainnya yang membuat Lucas mendelikan matanya.
"Iya Mark pacarnya Koeun, kenapa? Mau protes lo?" Mendengar ucapan Lucas mereka langsung membubarkan diri.
Tidak mau cari masalah dengan cowok tinggi tersebut.
"Dasar tukang gosip," cibir Lucas.
Ia kembali menoleh ke lapangan, namun ia tidak menemukan siapapun di sana.
Lucas tidak sadar kalau tim cheerleader sudah membubarkan diri dan pergi latihan di tempat lain.
"Sialan. Gara-gara si kampret Mark nih pake ngajak debat segala."
"Semoga Koeun gak mau balik bareng dia!" maki Lucas lalu berlalu di sana dengan wajah tertekuk.
-Ooo-