#11 Pernah Jatuh Cinta?

124 20 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Woojin sudah berada di ambang pintu kelas ketika melihat Lucas yang masih anteng duduk di bangkunya. Ia mengernyit heran. Biasanya Lucas paling semangat kalau denger bel istirahat.

"Gak ke kantin lo?" teriak Woojin. Mark yang sudah berjalan ke arahnya ikut menoleh kepada Lucas.

"Entar nyusul!" jawab Lucas. Woojin mengangguk dan berlalu menuju kantin bersama Mark.

Seperginya mereka Lucas mengembuskan napas berat. Ia berdiri kemudian berjalan keluar kelas dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celana.

Namun bukannya ke kantin ia malah berjalan ke arah sebaliknya. Cowok itu masuk ke gedung olahraga yang sepertinya habis dipakai. Terlihat dari jejak sepatu di lantai yang masih membekas.

Setelah itu ia pergi ke ruang penyimpanan alat-alat olahraga. Mengambil sebuah bola basket dan mulai bermain basket sendirian.

Ingatannya lantas kembali pada percakapan kemarin bersama teman-temannya.

Tentang Yuqi si anak cheerleader, tentang Yuqi yang dulu pernah berteman dengan Doyeon, tentang Yuqi dan masalah pembulian Doyeon dan tentang Yuqi yang akhir-akhir ini menarik perhatian Lucas.

Awalnya Lucas tidak sadar akan perasaannya pada Yuqi hingga kemarin Woojin bertanya mengapa ia begitu penasaran tentang kehidupan cewek itu.

Kemarin Lucas masih bisa menyangkal dan beralasan bahwa dia hanya penasaran saja tidak ada maksud lain, tapi tadi malam saat ia memikirkannya lagi ia seolah memiliki jawaban yang berbeda.

Ia tidak bisa menampik kalau ternyata ia memang tertarik pada Yuqi.

Entah sejak kapan. Yang jelas Lucas baru menyadarinya tadi malam.

Dan itulah alasan kenapa hari ini ia tidak mau pergi ke kantin. Ia belum siap bertemu dengan Yuqi setelah sadar dengan perasaannya sendiri.

Kalau bisa Lucas memilih tidak pernah sadar saja. Mencintai orang lain itu hanya akan membuat dirinya terlihat bodoh.

Lihat saja Mark dan Jihoon. Mereka adalah definisi bucin masa kini. Lalu Woojin si manusia tidak tau diri yang hobi menggoda semua cewek cantik di sekolahnya.

Lucas tidak habis pikir kenapa cinta bisa membuat orang lain berubah. Memangnya apa hebatnya cinta?

Saat Lucas hendak melemparkan bola basket ke arah ring dari pinggir lapangan, seseorang mengagetkannya membuat bola tersebut jatuh sebelum sempat ia lempar.

"Koeun? Ngapain lo di sini?" Lucas mengambil kembali bola yang tadi terjatuh.

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini? Hari ini kan lo gak ada jam olahraga," jawab Koeun agak judes. Lucas cuma nyengir lebar.

"Sekarang kelas lo olahraga?"tanya Lucas saat menyadari Koeun yang sudah memakai seragam olahraga.

"Udah barusan. Gue ke sini mau ngunci ruang penyimpanan alat, tadi kelupaaan." Koeun lalu menjulurkan telapak tangannya ke arah Lucas. Cowok itu lantas menatapnya bingung.

"Apaan? Lo mau minta duit?" tebaknya. Koeun menghela napas kasar.

"Bola!" katanya.

"Hah?"

"Bolanya siniin mau gue taro." Lucas menatap wajah Koeun bergantian dengan bola basket yang ada di tangannya. Akhirnya cowok itu mengerti apa yang dimaksud Koeun.

"Entar dulu, gue masih mau main!" Koeun memutar bola matanya malas. Ia lalu menarik sebelah tangan Lucas dan memberikan kunci ruang penyimpanan kepadanya. "Lo yang kunci abis itu kasih kuncinya ke pak Minho. Lo anak bakset jadi gak akan dimarahin."

Koeun berbalik dan hendak berlalu saat Lucas menghadangnya. "Tunggu dulu!" katanya yang kini sudah berdiri di depan Koeun.

Koeun menatapnya seolah berkata 'apa lagi?!'

"Temenin gue main ya?"

"Ogah!"

"Ayolah Eun," bujuk Lucas sambil memasang wajah melas.

"Gue mau ke kantin."

"Oh, lo udah ditungguin Mark?" Sebelah alis Koeun terangkat. "Kenapa jadi bawa-bawa Mark? Gue mau beli makan."

"Ya kirain, soalnya tadi Mark bilang mau ke kantin bareng lo makanya dia ninggalin gue," ujar Lucas berbohong. Sekuat tenaga ia menahan dirinya agar tidak tertawa saat melihat perubahan raut wajah Koeun.

Tanpa aba-aba Koeun langsung merebut bola basket dari tangan Lucas lalu mendribelnya pelan.

Lucas tersenyum menggoda. "Katanya mau ke kantin?"

"Entar aja!"

"Kasian loh si Mark udah nungguin."

"Berisik!" Lucas terkekeh pelan. Ia lalu berlari mengikuti Koeun. Mencoba merebut kembali bola itu namun gagal karena Koeun lebih dulu melemparnya ke arah ring.

"Ternyata lo bisa main basket ya?" tanya Lucas begitu bola yang dilempar Koeun masuk.

"Emangnya lo doang yang bisa?" Lucas merasa tertantang. Mereka berdua akhirnya main satu lawan satu yang berakhir dengan Lucas yang memenangkannya.

Jelas saja menang karena Lucas memang atlit basket.

Koeun mengumpat pelan lalu merebahkan tubuhnya di atas lantai. Mengelap keringat yang bercucuran dari dahinya. Lucas ikut berbaring di samping Koeun.

Jika Mark melihat ini mungkin dia sudah ngamuk.

Setelah deru napasnya mulai stabil. Lucas membuka topik pembicaraan. Memecah keheningan di gedung olahraga yang kini hanya ada mereka berdua di sana. "Lo pernah jatuh cinta gak?"

Koeun refleks menoleh ke arah Lucas. Agak kaget dengan pertanyaan. "Ngapain lo tiba-tiba nanya kaya gitu?"

Lucas tersenyum sambil menatap langit-langit. "Pengen tau aja gimana rasanya jatuh cinta."

Dahi Koeun berkerut. "Emang lo belum pernah jatuh cinta?"

"Kalau suka sama seseorang gue pernah, tapi kalau jatuh cinta yang bener-bener jatuh cinta kaya Mark ke lo kayanya belum pernah," jawab Lucas tanpa menoleh pada Koeun yang masih menatapnya heran.

"Padahal dari SMP lo udah pacaran," cibir Koeun lalu mengikuti Lucas menatap langit-langit.

"Waktu SMP gue cuma pernah dua kali pacaran dan itu karena merekanya yang nembak duluan."

"Tetep aja namanya pacaran."

"Tapi gue gak pernah sampe beneran cinta sama mereka. Seriusan!" Lucas membela diri. "Lo gak percaya sama gue Eun?"

"Bukannya gak percaya. Rasanya aneh aja denger cowok playboy kaya lo bilang gak pernah jatuh cinta."

"Cowok playboy apa maksud lo? Jangan samain gue kaya si Woojin." Lucas tak terima. Entah kenapa banyak sekali yang menganggapnya cowok playboy. Padahal sejak SMA dia hanya pernah pacaran satu kali saat masih kelas sepuluh dulu, itupun hanya bertahan beberapa bulan.

"Kalian kan sepaket."

"Enak aja. Gue bukan cowok tukang modus. Cewek-ceweknya aja yang pada kecentikan ngedektin gue," ucapnya dengan percaya diri.

"Terserah lo deh!"

"Jadi?"

"Apa?!"

"Lo pernah jatuh cinta?" Lucas mengulang pertanyaannya, tapi Koeun malah balik bertanya.

"Lo lagi jatuh cinta ya?"

-Ooo-

Four Walls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang