***
Hari ini senyum Mark terasa lebih cerah daripada matahari. Tiap orang yang papasan sama dia pasti disenyumin sambil disapa.
Padahal Mark biasanya tidak begitu.
Woojin yang biasanya punya kelakuan seperti Mark hari ini malah heran sendiri sampe ngira Mark kerasukan.
"Mark, gue nyontek pr fisika lu ya?"
"Iya ambil aja tuh bukunya udah diambil Jihoon."
"Gue salin semua tapi?"
"Iyaaa!"
Woojin meringis. Kaget sama jawaban Mark. Walau dikata mereka sohib kalau urusan tugas sekolah biasanya Mark agak pelit dan bakal ngomel-ngomel dulu kalau Woojin minta contekan.
Walau ujung-ujungnya dikasih juga.
Tapi hari ini dengan santai dia memperbolehkan Woojin menyalin semuanya.
Iya semuanya. Semua nomor, semua kata pokoknya sama persis.
"Si Mark kenapa dah? aneh banget gue dari pagi senyam senyum mulu tu anak." Woojin menghampiri Jihoon dan ikut menyalin tugas bersamanya.
"Gak tau, moodnya lagi bagus kali," jawab Jihoon cuek.
Setelahnya terdengar teriakan dari sang bendahara alias Yena yang menyuruh anak-anak bayar kas.
"Nih Yen gue bayar sekalian buat minggu depan!"
"Oke Mark thank you!" Yena mumberi tanda centang pada nama Mark di buku kas yang dia bawa.
"Woojin Jihoon kalian juga bayar. Gak boleh nunggak-nunggak kaya bulan kemaren!"
"Gue dibayarin Mark dulu Yen. Entar gue ganti Mark!" Jihoon berujar santai bahkan tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Sebenarnya ia hanya bercanda, tapi jawaban Mark bikin dia berhenti nulis dan langsung natap Mark kaget.
"Iya tuh udah gue bayarin. Jangan lupa ganti!"
"Eh buset hari ini si Mark kenapa baik banget dah?!"
"Udah gue bilangin juga!" Woojin menatap Jihoon datar.
"Lucas sama Mark jiwanya ketuker apa ya?" tanya Jihoon yang kini beralih menatap Lucas. Cowok itu sedang sibuk mengotak atik ponsel di sudut kelas dengan wajah super bete.
"Bisa jadi Hoon. Abisnya si Lucas dari kemarin aneh banget. Hari ini juga cuma ngomong seadanya. Yang biasanya ketawa-ketawa gak jelas mendadak jadi pendiem, kan gue jadi kehilangan partner ngereceh!"curhat Woojin sambil ikut memandang Lucas.
"Dah entar balik sekolah pokoknya kita harus kumpul!" putus Jihoon lalu kembali menyalin tugasnya.
Woojin mengangguk setuju. Ia berniat untuk melanjutkan kegiatan menulisnya, tapi pensilnya direbut Yena tiba-tiba.
"Bayar kas Woojin, denger gak sih lo!" semprot cewek itu bikin Woojin langsung masang senyum tiga jari.
"Besok ya sayang."
"Sayang pala lo peyang. Cepet bayar!" bentak Yena tak termakan rayuan Woojin.
"Masa sama pacar sendiri galak sih!"
"Kaga ada pacar pacaran. Udah lewat sebulan dan gue gak baper sama lo tuh jadi artinya gue menang dan gue gak ada niat memperpanjang kontrak apalagi memperbarui. Dah cepet bayar!"
"Heran gue sama lo Yen kok susah amat dijinakin," kata Woojin sambil mengeluarkan uang lima ribuan.
Yena langsung merebutnya. "Dikira gue anjing perlu dijinakin!"
"YENA NGOMONG KASAR IH!"
"Gak usah teriak Park Woojin! lagian siapa yang ngomong kasar hah? gue gak mengumpat!"
"Tadi lo bilang anjing kok!"
"Ya emang kata anjing dipake buat ngumpat doang?"
"Yaudah coba lo ngomong kata lain."
"Apaan sih gak jelas lo!" Yena membuka buku kasnya dan mencentang nama Woojin pertanda sudah membayar kas.
"Coba ngomong I love you, bisa gak?"
"Gak usah ngimpi! mana mau gue ngomong kaya gitu sama lo."
"Ngomong apa?"
"I love you."
"Lah itu ngomong, uhuy love you too Yen." Woojin nyengir lebar karena berhasil menggoda Yena. Anak-anak kelas yang mendengarnya langsung kompak teriak, "Ciee Yena sama Wooji."
Setelah itu mereka ketawa bikin Yena auto emosi. "MATI AJA LO PARK WOOJIN!" teriak Yena sambil nyekek cowok itu tanpa ampun.
"Astaga Yena istigfar woy istigfar!" Jihoon panik liat Woojin dicekek sampe batuk-batuk.
"Ampun Yen ampun," ujar Woojin sambil nepuk-nepuk tangan Yena yang melingkar di lehernya.
Melihat Woojin kesakitan, anak-anak lain langsung mengeluarkan ponsel masing-masing terus ngevideoin Woojin.
Lumayan buat jadi konten.
-Ooo-