***
Mark langsung pergi ke kelas Koeun begitu tak menemukan cewek itu di kantin, namun saat ia ke kelasnya ternyata cewek itu pun tak ada di sana.
Saat ia hendak kembali ke kantin ia melihat Yuqi yang sedang berdebat dengan beberapa anak cheers di depan toilet cewek.
"Aku bilang aku nggak mau!"
"Lo nolak artinya lo keluar dari cheers!" Yuqi terdiam. Ia kemudian mengembuskan napasnya pelan-pelan.
"Oke. Kalau emang itu mau kalian, aku keluar dari cheers."
"Cih dasar cupu!" Salah satu anak cheers yang bernama Yeri memandang Yuqi sinis. "Yuk guys cabut."
Setelah Yeri dan teman-temannya pergi Mark menghampiri Yuqi yang masih terdiam di sana sambil menundukan kepalanya.
"Lo ganti profesi jadi penjaga toilet?" Mark mengagetkan Yuqi yang langsung tersentak mundur.
"Eh Mark?" katanya.
"Gak ke kantin?"
"Eh ini mau ke sana."
"Yaudah yuk bareng," ajak Mark. Ia tak berniat apa-apa, hanya sekedar mengajak Yuqi pergi ke kantin bersama.
"Kamu denger pembicaraanku sama Yeri tadi?" tanya Yuqi saat mereka jalan bersisian menuju kantin.
"Denger pas lo bilang mau keluar doang."
"Oh." Yuqi bernapas lega. Setelah itu mereka berdua terdiam. Sampai di depan kantin langkah Yuqi tiba-tiba berhenti.
"Eh aku nggak jadi ke kantin deh," katanya membuat Mark menoleh dan mengernyitkan dahinya bingung.
"Loh kenapa?"
"Nggak ... itu aku nggak laper," jawab Yuqi berlawanan dengan suara perutnya yang sudah demo minta diisi.
"Itu perut lo udah bunyi gitu dan lo masih bilang nggak laper?"
"Nggak. Ini aku tiba-tiba mules. Aku duluan ya Mark." Yuqi langsung cabut begitu saja.
"Aneh banget tu anak." Tak mau ambil pusing Mark berjalan menghampiri teman-temannya.
"Lah si Koeunnya mana?" tanya Woojin teringat tujuan Mark pergi tadi untuk mencari Koeun.
"Nggak nemu." Mark duduk di samping Woojin. Menyeruput es jeruknya yang tadi sudah ia pesan sebelum pergi mencari Keoun.
"Batagor gue mana?"
"Udah abis dimakan temen-temen lo tuh!" adu Yena sambil menunjuk Woojin dan Jihoon dengan dagunya.
Mark melotot ke arah mereka berdua. "Pokoknya kalian yang bayar gak mau tau!"
"Etdah pelit amat lo Mark," ujar Woojin.
"Gue mau jadi orang pelit sekarang." Mark berdiri dan kembali memesan batagor untuknya.
"Eh Yen mending lo beliin makan buat si Yuqi deh. Kasian tu anak udah kelaperan tapi nggak tau kenapa gak mau masuk kantin," kata Mark sambil menyantap makanannya.
"Hah?" Yena malah menatapnya bingung.
"Gue tadi ketemu Yuqi terus pas sampe depan kantin dia malah kabur. Bilangnya sih mules."
Raut wajah Yena langsung berubah. Ia sempat melirik ke arah Doyeon sebelum pergi meninggalkan meja.
"Doy dulu lo anak cheers kan?" Mark beralih menatap Doyeon yang duduk di samping Jihoon.
"Iya." Doyeon hanya menjawab singkat. Terlihat sekali kalau ia enggan membuka percakapan dengan Mark.
"Si Yeri orangnya kaya gimana?"
"Waduh ini ceritanya lo udah berpaling dari Koeun?" Woojin malah heboh mendengar Mark menanyakan cewek lain selain Koeun. "Eh tapi saran gue mending Koeun aja sih. Si Yeri mah bacot!"
"Gue gak nanya sama lo Jin tomang!"
"Santai bosq gue kan cuma ngebantu jawab."
"Bodo amat dah!" Mark memilih untuk tidak lanjut meladeni Woojin. "Gimana Doy?"
"Kenapa lo tiba-tiba nanyain Yeri?" Cewek itu malah balik bertanya.
"Bukan apa-apa sih, gue cuma penasaran aja. Tadi gue ngeliat dia sama Yuqi yang kaya lagi berantem di depan toilet cewek kalau gak salah gue denger dia nyuruh Yuqi keluar dari cheers."
Doyeon terlihat sedikit kaget, tapi ia buru-buru mengatur ekspresinya.
"Ku tak menyangka kalau seorang Mark sekarang udah jadi lambe turah!" Woojin kembali menyahut, tapi Mark tidak mempedulikannya.
"Gue gak begitu deket sama Yeri," jawab Doyeon sesantai mungkin, tapi Mark tau kalau ia sedang menyembunyikan sesuatu.
"Oh." Mark mengangguk mengerti. Ia melirik Jihoon dan dari raut wajah Jihoon, Mark yakin kalau temannya itu mengetahui sesuatu.
Seketika Mark teringat dengan perkataan Lucas kemarin saat dia bertanya apa Doyeon dekat dengan Yuqi atau tidak.
***
"Gak tau kenapa waktu gue sadar kalau gue suka sama dia seketika gue gak mau ketemu sama dia."
"Lo cewek apa cowok sih? Biasanya yang gak berani bertatapan langsung itu cewek!" ujar Koeun.
"Emang iya? Kok gitu?" Lucas bertanya tak mengerti.
"Kalau cewek kan lebih condong suka nyembunyiin perasaannya. Jadi kalau bertatapan langsung takutnya ketahuan suka."
Lucas mengangguk-angguk mengerti. "Coba, coba!" katanya antusias. Dia lalu memutar tubuh Koeun agar berhadapan dengannya.
Koeun mengerutkan dahinya. "Ngapain lo?"
Lucas tak menyahut dan malah menatap Koeun tanpa kedip. Koeun balas menatapnya.
"Lo berani natap gue berarti lo gak suka sama gue dong?" tanyanya.
"Ya emang siapa yang bilang gue suka sama lo?" Koeun menatapnya datar.
Lucas menangkupkan tangannya pada kedua pipi chubby Koeun. Mereka kembali saling bertatapan.
"Lo ternyata cantik juga ya Eun, pantes si Mark cinta mati sama lo!" Tepat setelah Lucas menyelesaikan kalimatnya Koeun langsung menjitak kepalanya membuat Lucas melepaskan tangan dari wajahnya dan meringis kesakitan.
"Anjir lo ngejitak orang gak ngira-ngira."
"Ternyata orang yang lagi jatuh cinta itu nyebelin ya? Eh nggak deh lo kan dari awal emang udah nyebelin." Lucas terkekeh mendengar ocehan Koeun untuknya.
"Serius tau Eun lo itu cantik. Kalau lo gak mau sama Mark sini sama gue aja."
"Mending gue jomblo aja!"
"Ya Tuhan segitunya banget lo sama gue." Lucas masih belum puas menggoda Koeun.
"Lo lagi suka sama siapa sih?" Koeun jadi kesal sendiri.
Lucas mendekatkan wajahnya pada Koeun, lalu berkata "RA HA SI A!"
Koeun refleks melemparkan bola basket yang ada di sebelahnya tepat ke arah wajah Lucas.
"Barbar amat lo Eun jadi cewek."
"Yang penting gue cantik!" Tanpa mempedulikan Lucas lagi, Koeun pergi meninggalkan gedung olahraga.
-Ooo-