#25 Jawaban

121 18 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mark gak tau harus gimana lagi setelah kemarin Koeun ngamuk-ngamuk lalu menyatakan perasaannya secara gamblang.

Cewek itu menolak semua panggilan Mark, mengabaikan pesannya ataupun komentarnya di media sosial.

Semalaman Mark nyaris tidak bisa tidur memikirkannya.

Maka dari itu Mark sengaja berangkat pagi sekali dari rumahnya agar bisa mampir dulu untuk menjemput Koeun.

Sayangnya ia tidak disambut baik oleh cewek itu. Mark malah kena omel untuk yang kesekian kalinya.

"Kamu ngapain ke sini sih? siapa yang minta jemput?" tanya Koeun dengan wajah super jutek.

"Kamu kenapa gak bales chatku?"

"Ngapain aku harus bales?" balas Koeun tau mau kalah.

Sejujurnya alasan Koeun mengabaikan Mark adalah karena dia malu. Semalaman dia nyaris gila memikirkan kebodohannya. Bisa-bisanya dia mengatakan perasaannya begitu saja.

Koeun rasanya mau ngubur diri aja hidup-hidup.

"Kamu kenapa gak mau jadi pacar aku?"

"Kenapa aku harus mau?"

"Koeun berhenti jawab pertanyaanku sama pertanyaan lagi!"

Koeun terdiam.

"Kamu bilang kamu suka sama aku?"

"STOP!" bentak Koeun. Wajahnya langsung memerah karena malu. "Gak usah diungkit-ungkit lagi!"

"Aku bakal berhenti kalau kamu ngasih tau alasannya."

"Mark plis jangan bikin moodku jelek. Ini masih pagi!"

"Tapi Eun-"

"Kalau tujuan kamu ke sini cuma buat bahas itu, mending kamu pergi aja. Aku mau berangkat sekolah!" Koeun melengos, tapi Mark lebih dulu mencekal lengannya.

"Aku gak bakal lepasin kamu sebelum kamu jawab pertanyaan aku!" Wajah Mark berubah serius. Bodo amat dengan sekolah. Jika ia harus berdiam diri di sana seharian demi mendapatkan jawaban Koeun, maka dengan senang hati akan ia lakukan.

"Mark lepas!" Koeun mencoba melepaskan tangannya, tapi cengkraman Mark malah semakin kuat.

"MARK!" bentakan Koeun tak berhasil membuat Mark goyah.

"Kamu udah gila ya? aku mau berangkat sekolah. Kalau kamu mau bolos, bolos aja sendiri gak usah ngajak-ngajak aku."

"Iya aku gila, tapi kamu yang bikin aku gila." Koeun tersentak. Mark yang di depan sangat berbeda dengan Mark yang biasanya.

"Kalau gak kamu lepasin juga, aku bakal teriak."

"Teriak aja!" ancaman Koeun hanya dianggap angin lalu oleh Mark.

"Oke, aku nyerah," kata Koeun akhirnya. Ini masih terlalu pagi untuk memulai keributan. "Kamu mau aku apa?"

"Jadi pacar aku!"

"Hah? aku kan udah bilang kalau-"

"Kalau gitu bilang kamu gak suka sama aku!" Mark menatap Koeun tajam membuat cewek itu mendadak gugup.

"Aku udah mutusin buat nyelesein hari ini juga. Kamu mau atau nggak jadi pacar aku itu terserah kamu, tapi kalau kamu gak mau aku bakal nganggep kamu emang gak suka sama aku dan aku bakal berusaha ngelupain perasaan aku ke kamu, tapi kamu tenang aja kita masih bisa temenan."

Koeun tertegun mendengar ucapan Mark. Cengkraman pada lengannya perlahan mengendur.

Tatapan mereka terkunci satu sama lain diiringi debaran jantung yang mulai menggila.

Koeun larut dalam tatapan Mark. Tentu saja ia tidak rela jika cowok ini memutuskan untuk berhenti menyukainya, tapi di sisi lain ia juga belum siap jika harus merubah status mereka.

Kata orang masa pdkt lebih indah dari pacaran.

Dan Koeun takut jika ia pacaran lalu suatu hari hubungan mereka akan berakhir maka mereka tidak bisa kembali menjadi teman.

Kebanyakan orang seperti itu. Berdamai dengan mantan bukanlah sesuatu yang mudah.

"Eun!" panggil Mark dengan nada terlembut yang ia punya. Ia meraih kedua tangan Koeun dan menggenggamnya.

"Aku gak tau alasan kamu gak mau jadi pacar aku, tapi plis kasih aku kesempatan. Aku beneran sayang sama kamu. Aku mau kamu jadi pacar aku biar aku punya hak buat cemburu kalau liat kamu sama cowok lain."

Terdengar sangat menggelikan memang, tapi layaknya cewek lain, Koeun mulai luluh.

Ada dua fakta yang ia akui kebenarannya detik itu juga.

Pertama, benar ternyata kalau cowok itu pandai berbicara.

Kedua, takdir seorang cewek adalah perasa. Sekuat apapun kamu, kamu tetap akan terbawa perasaan saat orang yang kamu sukai berkata manis di depanmu.

Koeun tidak akan mengelak lagi. Toh dia memang punya perasaan yang sama dengan Mark.

"Jadi apa jawaban kamu?"

"Dengan satu syarat!"

"Hah?" Koeun mencoba mengusir rasa gugupnya. Bertahun-tahun mengenal Mark, baru kali ini ia merasa segugup ini.

"Aku gak mau yang lain tau kalau kita pacaran."

"Jadi kamu nerima aku?" Wajah Mark seketika berbinar.

"Aku mau kita pacaran diem-diem!" ulang Koeun. Takutnya Mark tidak mendengarkan ucapannya tadi.

"Gak masalah. Selama kamu nerima aku, itu udah lebih dari cukup.

Senyum Mark semakin lebar. Ia merasa bahwa hari ini adalah hari terbaiknya.

"Makasih Eun!" ucap Mark tulus dari lubuk hatinya.

"Udah Mark ayo kita berangkat, nanti kita telat!" Koeun menarik kedua tangannya dari genggaman Mark.

"Siap nyonya!" Mark segera naik ke atas motornya dan menyerahkan satu helm kepada Koeun.

"Mulai hari ini kamu berangkat sekolah sama aku, pulangnya juga!"

Koeun tak membantah. Ia naik ke atas motor Mark tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Lalu ia tersenyum samar.

Terbesit keinginan untuk memeluk pinggak cowok di depannya, tapi ia urungkan.

Koeun tidak mau terlihat kekanakan, meski begitu dalam hati ia tetap berterimakasih pada Mark.

Terima kasih karena tidak pernah menyerah terhadapnya.

-Ooo-

Capek aku tuh nulis part ini. Capek senyum-senyum sendiri ngebayangin Mark beneran nembak Koeun 😭😭😭

Four Walls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang