***
"Lo tau dari kapan mereka balikan?" tanya Yeri pada Yuqi saat mereka selesai latihan cheerleader.
Yuqi menggeleng pelan. "Aku nggak tau."
"Masa lo gak tau? Lo kan temen deketnya!" Nada suara Yeri meninggi. Anggota cheeleader yang lain sudah pulang tinggal mereka berdua dan teman-teman Yeri yang tersisa.
"Aku udah gak begitu deket sama Doyeon," jawab Yuqi. Tangannya sedikit gemeteran.
"Kalau gitu mulai sekarang lo harus jadi mata-mata gue lagi. Cari tau tentang hubungan Doyeon sama Jihoon, ngerti lo?!"
"Aku nggak mau," tolak Yuqi sambil menggeleng takut. Ia tidak mau mimpi buruk itu kembali lagi.
"Kenapa? Lo mau keluar dari cheerleader untuk yang kedua kalinya? Asal lo tau kalau bukan karena kak Kyulkyung yang minta, gue gak sudi ngajak lo gabung lagi di sini."
Yuqi tesentak kaget. Jadi Yeri tidak benar-benar menginginkannya di tim?
"Nanti aku pikir-pikir lagi," kata Yuqi akhirnya. Dadanya terasa sesak. Ia pikir Yeri sudah menerimanya. Ia pikir ia bisa berteman dengan semua anggota cheerleader.
"Lo pasti tau apa yang harus lo lakuin!" Yeri menepuk pundak Yuqi sekilas sebelum pergi bersama teman-temannya.
Yuqi menghela napas panjang. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia masih ingin tetap berada di cheerleader, tapi dia juga tidak mau mencampuri urusan Doyeon lagi.
Diseretnya kedua kaki jenjangnya menuju halte dekat sekolah. Yuqi ingin cepat-cepat pulang dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia benar-benar lelah.
Saat Yuqi baru melewati gerbang sekolah ia berpapasan dengan Lucas yang seperti sedang menunggu seseorang.
Cowok itu tersenyum pada Yuqi yang langsung dibalas senyuman juga.
"Mau pulang?" tanyanya. Yuqi mengangguk.
"Mau bareng gue gak?"
"Hah?" Yuqi agak kaget. Ia tak menyangka Lucas akan mengajaknya pulang bersama. "Aku kira kamu lagi nungguin seseorang."
"Nungguin lo."
"Hah?"
"Nggak, bercanda. Gue gak lagi nungguin siapa-siapa kok." Lucas nyengir lebar.
"Tapi rumahku jauh."
"Nggak apa-apa santai aja."
Yuqi menatap Lucas ragu. Sebenarnya banyak cowok yang sering mengajaknya pulang bareng, tapi ia selalu menolaknya karena merasa tak begitu akrab dengan cowok-cowok itu.
Tapi kalau Lucas sepertinya tidak apa-apa. Selain karena ia temannya Yena mereka juga sudah beberapa hari terkahir ini sering makan bersama saat jam istirahat.
"Beneran nih nggak apa-apa?" tanya Yuqi memastikan.
"Iya, ayo naik!"
"Makasih kalau gitu," ujar Yuqi lalu naik ke atas motor Lucas.
"Bilang makasihnya entar aja kalau udah nyampe rumah lo," kata Lucas membuat Yuqi cengengesan.
Dalam hitungan detik motor Lucas sudah bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Membelah padatnya lalu lintas sore itu.
***
"Kemana aja lo bambang!" sembur Woojin saat Lucas tiba di kamarnya. "Lumutan nih kita nungguin lo. Bilangnya aja jangan mampir kemana-mana dulu taunya lo sendiri yang kelayapan."
"Tau gitu tadi gue nganterin Koeun dulu."
"Bener, gue juga harusnya tadi nganterin Doyeon dulu aja."
"Bacot lo semua. Noh makan!" Lucas memberikan sekotak brownies yang tadi ia beli di jalan. Itung-itung buat sogokan biar mereka gak banyak tanya.
"Brownies doang. Tadi aja nyokap lo bawain pudding, biskuit, kripik sama jus jambu," protes Woojin sambil meletakan stik PS dan membuka kotak brownies pemberian Lucas.
"Buset banyak amat. Terus mana sekarang makanannya?"
"Udah abis lah. Suruh siapa lo kelamaan. Gue kira lo tadi nyasar dan lupa arah jalan pulang," sahut Jihoon sambil mencomot sepotong brownies.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanya Mark mengingatkan tujuan awal mereka kumpul di sini.
Lucas melemparkan tas sekolahnya begitu saja lalu ikut bergabung dengan teman-temannya yang duduk lesehan di depan TV.
"Lo beneran balikan sama Doyeon?" tanya Lucas. Sebetulnya tadi mereka sudah membahas hal ini sambil main PS sebelum Lucas datang.
"Iya."
"Beneran balikan apa lo yang ngaku-ngaku balikan?" Jihoon nyengir lebar mendengar pertanyaan Lucas barusan.
"Ngaku-ngaku lah. Mana mau cewek secantik Doyeon balikan lagi sama mantannya yang sok imut ini." Woojin menjawab tanpa diminta.
"Liat aja entar gue pasti bikin Doyeon mau nerima gue lagi." Jihoon membela diri.
"Lo kenapa sih ngebet banget sama Doyeon kaya gak ada cewek lain aja." Lucas menatap Jihoon heran. Pelet apa yang dipakai Doyeon sampai temannya ini begitu tergila-gila padanya.
"Gue sayang sama dia. Gue pengen ngelindungin dia." Kali ini tidak ada raut jenaka dari wajah Jihoon.
"Ngelindungin dari apa? Lo kata sekarang lagi perang apa." Lucas masih tak mengerti. Kalau hanya sekadar sayang kan tidak harus memaksakan untuk kembali.
"Dia takut si Doyeon dibully lagi padahal dengan ngumumin hubungan mereka di depan umum kaya tadi malah kaya ngundang para pembully buat ngebully si Doyeon," jelas Mark.
"Gue udah ngehancurin kehidupan SMA Doyeon. Sekarang dia gak punya satupun temen di sekolah. Jadi seenggaknya kalau kita balikan gue bisa leluasa ngajak dia gabung lagi bareng kita."
"Gue tau niat lo baik, tapi cara lo salah. Yang ada Doyeon bakal benci sama lo." Perkataan Mark tepat sasaran. Jihoon seketika teringat ucapan Doyeon saat di sekolah tadi. Tentang cewek itu yang membenci dirinya.
"Dulu Doyeon anak cheerleader kan?" tanya Lucas. Jihoon cuma ngangguk. "Kenapa dia keluar?"
"Bukannya dia pernah dibully gitu ya sama anak cheers?" tanya Woojin sambil mengingat-ingat kejadian beberapa waktu lalu.
"Dia ada masalah sama anak cheerleader," jawab Jihoon.
Lucas ngangguk-ngangguk paham. "Dulu dia deket sama Yuqi?"
"Hah?"
-Ooo-