***
Jadi pulang sekolah walaupun Lucas sudah melarangnya, Woojin dan Jihoon tetap datang ke rumahnya sambil menyeret Mark yang sempat menolak mentah-mentah.
Padahal ini kesempatan Mark untuk mengajak Koeun pulang bersama, tapi sialnya dia harus terjebak bersama ketiga kawannya yang seakan tidak rela melihatnya bahagia.
Wajah Mark ditekuk kesal. Dia tidak bisa kabur karena Jihoon yang mengambil alih motornya.
Sampai di rumah Lucas, mereka langsung masuk tanpa canggung seakan rumah itu sudah menjadi rumah mereka sendiri.
Tanpa disuruh Woojin bahkan sudah meletakan tasnya sembarangan lalu menyalakan televisi beserta play station milik Lucas.
Emang definisi temen gak tau diri Woojin tuh.
"Yok main yok, yang kalah bayarin makan siang besok!"
"Kok malah main sih? katanya tadi ada yang darurat. Tau gitu gue mending balik sama Keoun." Mark mendudukan dirinya di atas kursi putar depan meja belajar.
"Alah bucin amat sih lo, belum juga jadian!" kata Woojin enteng bikin Mark ingin sekali menoyor kepalanya sambil bilang kalau dia dan Koeun udah jadian, tapi tentu saja Mark tidak melakukannya. Bisa-bisa ia diamuk Koeun. Karena mulut Woojin tidak kalah embernya dari cewek-cewek di kelas.
Penyebaran informasi dari Woojin sudah 4G. Anti lelet dan jangkauannya sangat luas.
"Ngaca dong woy, lo juga bucinnya Yena!" Jihoon berujar membela Mark sambil duduk lesehan di samping Woojin.
"Idih gue mah sama Yena cuma main-main doang. Park Woojin itu cokibernya sekolah, mana bisa dimiliki satu orang doang."
Jihoon ingin muntah. Ia kadang heran kenapa Woojin bisa sepercaya diri itu. Padahal kalau dilihat-lihat tampang dia jelas jauh lebih ganteng.
"Loh, gue kira lo naksir beneran sama Yena." Mark menautkan alisnya heran.
"Naksir sih iya, tapi kalau dianya gak suka gue bisa apa selain nyerah? lagian cewek masih banyak bro, gak usah diambil pusing. Dunia gue gak bakal hancur tanpa Yena."
Lucas yang sejak tadi memilih rebahan di kasur sambil menyimak percakapan teman-temannya, seketika berdecak kagum. Ia salut dengan pemikiran Woojin. Andai aja ia bisa seperti itu.
Sayangnya hati Lucas terlalu lemah. Sekalinya ia jatuh cinta, maka akan sulit baginya untuk melupakan.
"Tips mupon dong Jin!" ujar Lucas. Ia mengubah posisinya menjadi tengkurap.
Ketiga temannya kompak menoleh ke arah Lucas.
Tidak ada nada bercanda dalam suaranya, malah terdengar loyo tak bersemangat. Khas orang yang habis patah hati. Benar-benar bukan seperti Lucas yang biasanya.
"Oh jadi ini lo lagi galau ceritanya makanya mendadak jadi pendiem banget." Jihoon berseru kencang membuat Lucas seketika menyesali ucapannya.
"Baru tau manusia kaya lo bisa galau juga Cas, galau sama siapa lo?" Woojin mengabaikan game yang sedang ia mainkan. Cerita Lucas lebih menarik baginya.
"Siapa yang lagi galau?"
"Gak mau ngaku lagi ni bocah!" Woojin benar-benar meninggalkan gamenya dan beranjak ke tepi tempat tidur Lucas. Matanya menyipit memindai sobatnya itu.
"Lo ditolak Yuqi ya?" katanya tepat sasaran.
Lucas membulatkan matanya, sementara Mark memilih untuk diam.
"Heh beneran ditolak?" pekik Woojin tak percaya. Padahal tadi ia hanya asal berbicara, tapi reaksi Lucas membenarkan ucapannya.
"Kok bisa sampe ditolak sih tumben banget. Lo kan ganteng sama kaya gue, biasanya juga cewek pada antri pengen deket sama lo!"
Lucas berdecak lalu bangun dan mengganti posisinya menjadi duduk bersila. Ia memang tidak pandai menyembunyikan perasaannya.
"Gue bukan tipenya Yuqi." Akhirnya cowok jangkung itu memilih untuk cerita, toh sudah terlanjur juga.
"Masa iya? kan biasanya walaupun bukan tipenya, tapi muka ganteng bisa meluluhkan cewek."
"Ya gimana bisa luluh kalau orang yang dia suka juga sama-sama ganteng!" kata Lucas sebal. Walaupun sebenarnya enggan mengakui, tapi ia dan ketiga temannya memang memiliki kadar ketampanan di atas rata-rata.
Meski kelakukannya gak ada yang bener.
"Dia suka sama orang lain?" Mark langsung salah tingkah nendengar pertanyaan Jihoon. Berharap Lucas tidak memberitahu kebenarannya, tapi sayang sobatnya itu tidak berpihak padanya.
"Noh, temen lo!" Lucas mengarahkan dagunya pada Mark membuat kedua temannya ikut menoleh serempak ke arahnya.
"Maksud lo Yuqi suka sama Mark?" tanya Jihoon kaget.
Tak ada jawaban dari Lucas yang ada hanya decakan kesal darinya.
"HAH ANJIR SUMPAH LO?" kaget Woojin.
"Jadi ini alasan lo ngediemin Mark kemarin?" tanya Jihoon lagi.
"Gila, udah kek drama aja. Kalian gak mau baku hantam gitu biar makin seru? gue siap jadi wasit dah!" Tepat setelah menyelesaikan ucapanya, sesuatu mendarat mulus di kepalanya.
Iya, Jihoon melempar Woojin menggunakan remote televisi.
"SETAN SAKIT WOY!" Woojin menatap Jihoon kesal.
"Ngomong disaring dulu makanya!" ujar cowok imut itu penuh penekanan.
Woojin baru mau protes, tapi Jihoon mengabaikannya dan beralih menatap Mark.
"Lo gimana Mark? ada rasa sama Yuqi gak?"
Mendapat pertanyaan tiba-tiba seperti itu, kepala Mark refleks menggeleng cepat. "Gak gue gak punya! kalian tau sendiri gue sukanya cuma sama Koeun."
Jihoon ngangguk-ngangguk, ia lalu berujar, "Coba aja kalau Koeun juga suka sama lo, kalian kan bisa jadian terus si Yuqi otomatis bakal mundur dan ngelupain perasaannya. Nah, itu bakal jadi kesempatan buat Lucas ngedeketin Yuqi lagi."
Mark mengerjap. Benar juga apa kata Jihoon.
"Ini kalian tapi gak bakal musuhan kan? males gue kalau sampe kita pecah cuma gara-gara cewek."
"Tau dah gue masih kesel," kata Lucas menjawab pertanyaan Woojin.
Cowok itu lalu berdiri sambil melepas jam tangannya. "Gue mau mandi, kalian balik aja sono!"
"Idih kaga mau. Gue mau main!" Woojin buru-buru kembali menggenggam stick ps dan memulai game yang baru.
Lucas kemudian berteriak dari dalam kamar mandi. "YENA JUGA NAKSIR SAMA MARK KALAU LO MAU TAU!"
"HAH ANJIR SERIUS LO?" Woojin balas berteriak sementara Mark cuma bisa tepuk jidat.
Kayanya jadi Mark serba salah. Padahal ia gak suka tebar pesona, tapi cewek-cewek malah suka sama dia dan sialnya cewek-cewek yang pada suka sama dia itu gebetan teman-temannya.
-Ooo-