***
Woojin menatap heran teman-temannya yang kini duduk terpisah, tidak seperti biasanya.
Lucas Jihoon Doyeon duduk di satu meja, Yuqi memisahkan diri sendirian sedangkan Mark dan Yena tak terlihat batang hidungnya.
Woojin akhirnya menghampiri meja Lucas dan duduk di sampingnya.
"Yuqi kok duduk sendiri?"
Lucas hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh.
"Lo kenapa dah dari pagi anteng bener tumben, lagi sakit gigi apa?"
"Dah gak usah diganggu, bau-baunya lagi galau dia!" kata Jihoon.
"Si Mark kemana?"
"Ya kemana lagi kalau bukan nyamperin Koeun?" Woojin ngangguk-angguk.
Baru dia akan kembali bertanya saat Jihoon lebih dulu berbicara. "Jangan tanya Yena dimana gue gak tau!"
"Eh buset cenayang ya lo? tau aja gue mau nanyain Yena hehe." Woojin cengengesan, tapi Jihoonnya bodo amat.
Jadi tadi saat bel istirahat berbunyi Yena langsung pergi keluar kelas. Meninggalkan Woojin yang masih diomelin Bu Yuri gara-gara gak ngerjain PR.
***
Di sisi lain Koeun dan Yena berdiri berhadapan di atap gedung sekolah.
Tadi pagi Yena mengirim pesan pada Koeun, mengatakan kalau dirinya ingin membicarakan sesuatu.
"Gue masih pengen merjuangin orang tua gue buat balik. Jadi plis Koeun gue minta tolong banget sama lo, bikin ibu lo ngejauh dari bokap gue."
"Kenapa lo mikir gue bakal ngebantuin lo?"
"Gue nggak tau, gue cuma nyoba, jadi plis kasih gue kesempatan. Kalau nanti gue gagal, gue nyerah. Gue bakal nerima kalau orang tua kita nikah." Yena menatap Koeun putus asa. Niat awalnya untuk memusihi Koeun langsung berubah begitu ia teringat dengan ibunya. Lantas ia bertekad untuk menyatukan mereka kembali.
Cukup lama keduanya terdiam sampai embusan napas kasar keluar dari mulut Koeun.
"Oke, gue bakal nyoba bilang ke nyokap gue, tapi gue gak bisa bantu banyak. Kalau nyokap gue gak mau gue gak akan maksa."
Mendengar perkataan Koeun, senyum Yena langsung merekah. "Iya nggak apa-apa, thank you Eun. Seenggaknya lo udah mau dengerin permintaan gue."
Koeun tak menjawab.
"Lo turun duluan aja. Mark pasti kelabakan nyariin lo!" kata Yena yang kini bersandar pada pagar pembatas.
"Lo gak turun?"
"Nanti aja." Koeun tak mengatakan apapun lagi. Ia berbalik dan melangkah menjauhi Yena.
Tapi kemudian langkahnya terhenti ketika mendengar ucapan Yena. "Jangan sia-siain orang sayang sama lo. Entar lo nyesel!"
Koeun membalikan tubuhnya dan mendapati Yena sedang tersenyum sambil menatapnya. "Mark itu cowok yang baik, banyak orang yang suka sama dia. Gue sama Yuqi aja naksir dia, sayangnya dia bucin lo!"
Kedua mata Koeun melotot kaget. Kenapa Yena bisa mengatakan hal seperti itu dengan santai.
"Ngapain lo ngasih tau gue?"
"Nggak apa-apa, anggep aja sebagai rasa terimakasih gue. Gini-gini gue itu tipe orang yang gak akan ngelupain kebaikan orang lain."
Koeun berdehem kemudian berlalu dari sana.
Saat di koridor ia berpapasan dengan Mark yang muncul dari arah kelasnya. Ternyata Yena benar, Mark memang sedang mencarinya.
"Kamu kemana aja sih Eun? aku cariin juga!"
"Eh? nggak. Nggak dari mana-mana." Mengingat kejadian di cafe kemarin dan perkataan Yena tadi membuat Koeun tiba-tiba saja merasa canggung sendiri.
"Ke kantin yuk? kamu pasti belum makan."
Koeun menggeleng. "Aku bawa bekel."
Mark langsung cemberut. "Kenapa gak bilang kalau mau bawa bekel, kan jadinya gak bisa makan bareng."
"Ngapain juga harus bilang. Udah sana kamu makan aja bareng Lucas!"
"Gak mau, Lucas lagi sensi banget sama aku."
"Ya lagian salah kamu sendiri."
"Loh, aku salah apa?"
"Makanya jangan terlalu baik, jadi orang gampang suka."
"Hah?"
"Tanya sendiri sana sama Lucas. Aku nggak mau ikut campur."
Setelahnya Koeun benar-benar meninggalkan Mark yang masih termenung di tengah koridor.
-Ooo-