***
Yena menyesali keputusannya untuk menerima Woojin sebagai pacarnya.
Karena baru beberapa jam setelah mereka berpisah di depan pintu gerbang rumah Yena, cowok itu sudah mengirimnya puluhan pesan singkat.
Rasanya Yena pengen ngeblokir nomor dia aja.
|Yen entar malem jalan yuk
Itu pesan terakhir yang dikirim Woojin.
Dan Yena hanya membalasnya dengan satu huruf.
|G
Bukannya mau sok jual mahal, tapi Yena memang tidak ada rasa sedikitpun pada Woojin.
Meski dulu ia sempat kepicut dengan senyum manisnya yang menampakan gingsulnya, tapi setelah tau kelakuannya Yena jadi ilfil.
Intinya Yena benci sama cowok playboy kaya Woojin.
Beberapa detik kemudian ada pesan lagi yang masuk kedalam akun linenya.
Itu dari Yuqi.
|Yena nanti malem jalan yuk?
"Ini kenapa semua orang mendadak ngajak gue jalan sih?" gumamnya, tapi tentu saja ia mengiyakan ajakan Yuqi.
Lagipula ini bukan kali pertamanya mereka jalan bareng.
Setelah solat magrib Yena langsung berangkat ke tempat dimana ia dan Yuqi akan bertemu.
Dan sesampainya di sana Yena seketika menyesal.
Bukan hanya ada Yuqi di sana, Woojin dan teman-temannya juga ada.
"Kenapa mereka juga ada di sini?" tanya Yena.
"Woojin yang ngajak, terus aku disuruh ngajak kamu juga," jawab Yuqi polos.
Yena jadi tidak bisa marah. Salahnya juga ia langsung menyetujui ajakan Yuqi tanpa bertanya lebih dulu.
"Sini duduk!" Woojin menarik tangan Yena agar cewek itu duduk di sebelahnya.
"Kalem dong woy. Anak orang itu jangan ditarik-tarik," ujar Lucas yang hanya dianggap angin lalu oleh Woojin.
"Jam 8 kita pulang!" kata Yena pada Yuqi yang masih anteng duduk di depannya.
"Santai aja Yen, aku udah bilang mama mau nginep di rumah kamu jadi nggak apa-apa kalau mau pulang malem." Anak-anak cowok langsung bersorak, sementara Yena hanya bisa menghela napas panjang.
"Emang lo gak dibolehin pulang malem-malem ya?" Jihoon melemparkan pertanyaannya untuk Yuqi.
"Jam malamku cuma sampe jam setengah 9 itupun pulangnya aku harus dijemput supir rumah."
"Kalau lo Yen?" Jihoon beralih menatap Yena.
"Gue mau balik subuh juga gak akan ada yang ngelarang gue," jawabnya dengan wajah yang ditekuk kesal.
Keempat cowok itu seketika saling tatap.
"Lo tinggal sendirian?" tanya Mark hati-hati.
"Anggap aja kaya gitu."
"Yen ...." Yuqi menatap sahabatnya itu prihatin. Ia tahu betul bagaimana kehidupan seorang Choi Yena.
"Udah gak usah dibahas lagi. Ini kalian ngajak gue jalan dalam rangka apa?"
"Buat ngerayain hari jadi kitalah sayang." Woojin mencoba untuk menggoda Yena. Ketiga temannya sudah bersorak heboh, semenara Yena malah bergidik jijik.
"Sekali lagi lo manggil gue sayang, gue bakal cabut!"
"Galak amat sih lo Yen. Manisan dikit gak bisa apa?"
"Gak!"
"Saudara Woojin sepertinya anda harus berusaha keras untuk menaklukan hati nona Yena ini."
"Gak usah sok-soan prihatin lo. Urusin dulu tuh hubungan lo sama Doyeon."
"Anjir kenapa jadi bawa-bawa Doyeon?"
"Udah udah. Sesama pejuang cinta gak usah berantem!" Lucas mencoba menengahi mereka berdua. "Ayo kita ke timezone aja!"
"AYOOO!" Yuqi menjawab paling pertama.
Mereka berenam kemudian bergegas menunu timezone yang berada di lantai paling atas mall yang mereka datangi.
Pintu lift nyaris saja tertutup jika Woojin tidak buru-buru menahannya.
"Ladies first," kata Woojin mempersilakan Yena untuk masuk ke dalam lift itu lebih dulu.
Tapi cewek itu malah mematung di tempatnya.
"Mark?!"
"Yena?!"
-Ooo-