#9 Kesempatan

136 18 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jihoon udah gila. Bukannya meringankan masalah dia malah membuatnya semakin runyam.

Setelah pengkuan tak berdasarnya beberapa saat lalu seisi kantin langsung diam.

Tak ada yang berani berkutik melihat wajah menyeramkan Jihoon.

Jihoon itu dikenal sebagai sosok yang periang dan ramah. Dia jarang marah itulah kenapa Jihoon begitu menakutkan sekarang.

"Woy Jihoon lo gila?" Woojin menghampiri Jihoon dan berbisik kepadanya.

Ia menarik cowok itu agar kembali duduk tenang di tempatnya.

Sementara Doyeon sudah gemetaran ketakutan.

Brakk

Koeun menggebrak meja cukup keras membuatnya langsung menjadi pusat perhatian.

"Gue udah bilang kalau lo boleh gabung di sini asal lo gak bikin keributan!" ucap Koeun dengan nada dinginnya.

Woojin meneguk ludahnya gugup. Ia tak siap melihat amukan Koeun.

Asal kalian tau saja Koeun itu galaknya melebihi Yena.

"Gue gak bikin keributan, justru gue bikin mereka semua diem. Lo gak denger apa kalau tadi mereka sibuk ngegosipin Doyeon terus?" Jihoon membela dirinya.

"Lo cuma bikin masalah baru!"

"Terserah!" Jihoon berdiri lalu menarik tangan Doyeon agar cewek itu mengikutinya.

Koeun diam tak mengatakan apapun. Dia hanya melanjutkan makan siangnya yang sempat tertunda.

Ia mencoba untuk tenang dan berusaha bersikap tak peduli seperti biasanya.

Sementara Woojin langsung kabur kembali ke tempatnya semula setelah menyadari kalau Jihoon meninggalkan dirinya berdua dengan Koeun.

"Gila si Koeun serem amat!" ucap Woojin dengan suara pelan. Mark langsung melotot ke arahnya.

"Si Jihoon seriusan balikan sama Doyeon?" tanya Lucas.

"Gak tau, iya kali!" Woojin menjawab tak acuh.

Setelah beberapa menit kemudian keadaan kantin kembali seperti semula.

Yuqi masih menundukan kepalanya apalagi setelah Yeri pergi sambil marah-marah.

Ia meremas roknya ketakutan.

"Yuqi lo gak apa-apa?" tanya Lucas menyadari gelagat aneh cewek di depannya.

"Dia nggak apa-apa, ayo gue anter lo ke kelas." Yena yang menjawab pertanyaan Lucas sebelum menyeret Yuqi keluar dari kantin.

Lucas mengerutkan dahinya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan Yuqi.

"Kalian gak mau nyamperin Koeun tuh?" tanya Woojin membuat Mark dan Lucas menoleh kepada Koeun yang masih duduk sendirian di tempatnya.

"Dia bisa ngamuk beneran kalau kita samperin, jadi mending diemin aja!" kata Lucas.

"Enak ya jadi Koeun, dia punya kalian yang merhatiin dia. Terus si Jihoon juga sebentar lagi pasti nyuruh kita bantuin ngawasin Doyeon kaya dulu. Jadi sedih gue, kapan gue juga bisa nyuruh kalian buat bantuin ngejagain cewek gue!"

"Heh kupret, mana mau gue disuruh lo buat ngejagain cewek lo, lagian emang ada cewek yang mau sama lo? Eh serius sama lo maksudnya, lo kan buaya!"

"Sialan lo!" Woojin menendang sebelah kaki Lucas dari balik meja. "Liat aja kalau nanti gue udah punya cewek yang bener-bener gue suka!"

"Berisik lo berdua. Sesama buaya gak usah ribut!" kata Mark mengundang pelototan dari kedua temannya.

"Enak aja lo ngatain gue buaya kaya si Woojin!" Lucas tampak tak terima.

"Paham gue Mark paham. Jalan kita berdua emang beda, lo bucin dan gue cowok bebas yang sedang mencari cinta sejati."

"Najis lo!" Mark menoyor kepala Woojin.

"Gue udah difitrahin anjir, maen noyor-noyor kepala orang aja lo bambang!" Woojin balik menoyor kepala Mark.

"Nanti pulang sekolah kita kumpul. Gue mau ngeintrogasi si Jihoon. Tu anak suka kelewatan kalau menyangkut Doyeon!" Lucas menyela perdebatan antara Mark dan Woojin.

"Tapi gue mau nganterin Koeun dulu."

"Gak, gak boleh!" kata Lucas lagi. Kali ini suaranya terdengar tegas. "Pokoknya kita langsung kumpul, gak ada tapi-tapian!"

Mark hanya menghela napas kasar. Jika sudah begini maka ia tidak bisa menolak. Terkadang Lucas itu memang keras kepala dan suka seenaknya.

***

"Jihoon lo beneran udah gila ya?" amuk Doyeon saat mereka sudah keluar dari kantin dan berhenti di ujung koridor yang sepi.

"Sori tadi gue kelepasan." Doyeon mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Lo baru aja nyemplungin gue ke neraka tau gak? Gue udah bilang kalau gue udah gak mau berurusan lagi sama lo. Gue capek, gue gak mau kejadian dulu terulang lagi!" Doyeon menunduk menahan tangis. Bayang-bayang saat dia dibully dulu berseliweran di dalam kepalanya.

"Nggak, lo gak akan dibully lagi kaya dulu. Gue gak akan ngebiarin itu!" Jihoon menarik kedua tangan Doyeon dan menggenggamnya erat. "Plis kasih gue kesempatan sekali lagi."

Doyeon menggeleng dan melepaskan tangannya dari Jihoon. "Gue gak bisa!"

"Lo gak bisa nolak Doyeon, semua orang sekarang udah tau kalau lo pacar gue. Kalau lo gak mau kejadian kaya dulu terulang lagi, cukup berlindung sama gue, gue pasti akan ngelindungin lo. Gue gak mau bikin kesalahan yang sama!" Perkataan Jihoon terdengar serius, tapi Doyeon tidak senang mendengarnya.

"Gue benci sama lo!" Doyeon menghembuskan napas kasar lalu melengos meninggalkan Jihoon.

Kali ini Jihoon membiarkannya. Dia hanya bisa menatap punggung Doyeon yang semakin menjauh.

Sori Doy, gue cuma mau lo balik lagi sama gue!



-Ooo-

Four Walls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang