***
Yuqi benar-benar keluar dari cheerleader untuk yang kedua kalinya. Ternyata memutuskan untuk bergabung dengan mereka kembali adalah keputusan yang salah.
Harusnya kemarin ia mendengarkan kata-kata Yena bukannya keras kepala dan berharap pada sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin.
Seperti menjadi bagian dari Yeri dkk.
"Udah gak usah dipikirin, lo gak bakal mati keluar dari cheerleader," kata Yena mencoba untuk menghibur.
"Bukannya gitu Yen, cuma ya agak gimana gitu."
"Iya paham, tapi kalau lo pikirin terus bikin sakit hati tau gak?" Yuqi terkekeh pelan melihat wajah cemberut Yena.
"Makasih ya Yen."
"Ngapain lagi tiba-tiba bilang makasih?"
"Kamu masih mau jadi temen aku." Yena geli sendiri mendengar kata-kata cheesy semacam itu.
"Apaan sih. Gitu aja pake bilang makasih segala." Tepat setelah Yena mengatakan itu Lucas dan teman-temamnya masuk ke dalam kelas sambil ketawa-ketawa gak jelas.
"Dasar gila emang lo!" ujar Lucas pada Woojin.
"Eh ada neng Yuqi." Woojin malah mengabaikan Lucas saat matanya menangkap sosok Yuqi yang sedang duduk di bangku Yena.
Lucas mendadak diam.
"Tumben kalian gak ke kantin?" tanya Mark yang kemudian duduk di bangkunya.
"Lagi gak pengen aja." Yuqi menjawab diiringi senyum manisnya.
Lucas makin deg degan jadinya.
"Lagi diet ya kalian?" Woojin duduk di atas meja sebelah meja Yena.
"Gak sopan ngomongin diet depan cewek!" Yena melotot.
"Yaampun Yen, bercanda doang kali."
Yuqi tertawa pelan. "Kalian itu lucu ya, tiap hari berantem terus."
"Dari mana lucunya." Yena sudah memasang wajah datarnya.
"Ya abisnya bikin orang yang ngeliatnya jadi gemes sendiri."
"Kan gue emang gemesin," ujar Woojin dengan pedenya.
Yena sontak bergidik geli. "Najis lo pede amat jadi orang!"
"Najis apa najis nih?" Jihoon ikut menggoda Yena.
"Apa lo?!"
"Hati-hati loh Yen." Yena mengernyit tak mengerti mendengar ucapan Mark. "Jangan terlalu benci sama orang. Benci sama cinta itu beda tipis."
"Maksudnya?!"
"Berantem terus berantem terus, tau-tau lo naksir Woojin aja."
"AMIT-AMIT!!!!" Yena berteriak kencang membuat teman-temannya ketawa puas.
"Eh Yen, si Woojin ini ganteng loh walau otaknya tinggal separo."
"Lo mau muji apa ngehina gue anjir?" Woojin menatap Jihoon datar.
"Sori gue alergi sama cowok kardus!"
"Jangan gitu Yen, nanti kalau kamu naksir Woojin gimana? Makan ludah sendiri dong."
"Ih Yuqi kok lo juga ikut-ikutan sih?!" Yena makin sebel.
"Yen!" panggil Woojin tiba-tiba. Yena mendelik tajam padanya.
"Apa?!"
"Yakin lo gak bakal naksir gue?" katanya mencoba menggoda cewek itu.
"Sepatu gue keras loh!" Yena menjawab sarkastis.
"Pacaran yuk Yen?"
"HAH? UDAH GILA LO YA?" Yena kaget mendengar ucapan Woojin, sementara teman-temannya malah kembali tertawa kencang.
"Sebulan!" Woojin masih menatap Yena serius. "Kalau dalam sebulan lo masih gak ada rasa sama gue, berarti gue kalah."
"Wah anjir boleh juga tuh. Gimana Yen gimana?" Jihoon heboh sendiri.
"Apaan sih? Ogah gue." Yena membuang muka.
Mark mengamati cewek itu baik-baik. "Lo takut Yen?"
"Hah? Denger ya, gue itu bukan takut. Karena sampai kapanpun gue gak akan pernah naksir cowok sejenis si Woojin. Gue cuma gak mau ngebuang-buang waktu gue!" Yena berucap dengan penuh penekanan.
"Kalau lo gak takut buktiin dong." Jihoon ikut mengompori. "Itung-itung buat ngisi waktu luang aja. Kan lumayan buat temen chating."
"Sialan! Lo kata gue gak punya temen chating?!" Yena agak tersinggung. Faktanya memang banyak cowok yang mengirim Yena chat meski diantara mereka banyak yang berakhir dengan nomornya yang diblokir Yena.
"Kalau lo mau, gue siap jadi cowok apapun yang lo pengen. Gimana? Lumayan loh selama sebulan lo bisa jadi ratunya seorang Park Woojin."
"Terima aja Yen, aku dukung kalian!" Yuqi mengangkat kedua tangannya di atas kepala. Membuat pose hati dengan kedua tangannya itu.
"Iya Yen terima aja. Lumayan selama sebulan lo bisa ngebabuin si Woojin." Lucas ikut berbicara. Dan ucapannya membuat Yena sedikit tertarik.
Ngebabuin ya?
Yena masih mikir-mikir. Peluang dia menang memang sangat besar. Ia percaya kalau hatinya tidak akan jatuh pada seorang buaya seperti Woojin meskipun cowok itu berubah jadi tipe idealnya sekalipun.
"Oke, siapa takut!" Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Yena. Woojin dan ketiga temannya langsung bertepuk tangan. Beda halnya dengan Yuqi yang tampak terkejut.
Ia tak menyangka kalau Yena benar-benar akan menerimanya.
"Kamu serius Yen?" tanya Yuqi.
"Iya. Sekalian buat ngebuktiin sama kalian semua kalau gue gak akan suka sama cowok kaya Woojin!"
Beda halnya dengan Yena yang tampak emosi, Woojin malah tersenyum misterius.
"Deal ya?" Woojin mengulurkan sebelah tangannya pada Yena. "Mulai sekarang lo pacar gue."
Yena menyambutnya tanpa ragu. "Majikan lo lebih tepatnya. Siap-siap aja!"
Woojin tersenyun penuh arti. "143 Choi Yena. Lo juga siap-siap sebulan lagi bakal bilang kaya gitu sama gue."
"Kita liat aja!"
-Ooo-