7. STATUS BARU (seriusan?)

1.4K 193 17
                                    


Song: Aquaman-Everything i need🎶

Ngga tau mau ngomong apa. Langsung baca aja deh😂

***

Seketika sunyi. Suara televisi dalam ruangan itu seperti tak terdengar usai Wira berbicara.

Dalam suasana mendadak itu, Youna dan Lisa saling melirik dengan mata sama-sama melebar. Sedangkan si bungsu memilih curi-curi pandang ke arah Jennie yang sudah mengepalkan tangan lemahnya. Rosa yakin, jika kakaknya itu sehat ia pasti akan kembali memberontak seperti beberapa hari lalu.

"Pa. Tapi Jennie belum sembuh."

"Ya terus kenapa, ma? Toh nikah itu duduk, ngga ada ritual jalan-jalan muterin gedung, kan?"

Sungguh. Jika suasana kali ini tidak tegang dan panas, Lisa pasti akan tertawa mendengar kalimat kelewat santai pria itu.

Youna menarik napas dalam, guna menambah kesabaran berbicara pada sang suami.
"Tapi, kan bisa nunggu__"

"Nunggu sampe dia pulih terus ngelakuin hal konyol lagi? Papa ngga mau ambil resiko."

"Justru kalo sekarang lebih beresiko, Prawira Aldhinata!"

Tidak. Youna tidak memekik. Ia hanya sedikit meninggikan suaranya, berharap sang suami mengerti apa yang ia maksud. Lelakinya itu memang tidak bisa diganggu gugat jika sudah membuat keputusan. Dan sifat keras kepalanyalah yang menurun pada sang putri sulung, musuh dalam selimutnya saat ini.

Wira memandang datar wajah sang istri. Tak dipungkiri hatinya sedikit tercubit usai Youna bersuara demikian.
"Aku suami kamu, Kim Youna. Rendahin suara kamu."

Masih dengan sorot sama, pandangan Wira teralih ke Jennie. Gadis itu masih pada posisi berpalingnya, namun kini ada tetesan air yang mengalir dari matanya.

Untuk Jennie, jujur ini pertengkaran pertama kali yang dilakukan kedua orang tuanya di hadapannya. Dan seketika ia takut akan kemungkinan-kemungkinan yang ada di kepalanya.

"Aku bakal tetep nikahin mereka sekarang. Masalah dia drop atau engga, gampang. Kita masih di rumah sakit sekarang."

Bibir Youna terbuka, hampir kembali membalas perkataan kelewat datar sang suami. Namun suara pintu terbuka membuatnya mengurungkan niat. Dari sana beberapa orang masuk dengan memperlihatkan senyum canggung masing-masing.

"Permisi."

"Oh, udah dateng. Mari mari."

Wira mempersilahkan tamu-tamunya itu untuk duduk. Ia juga sudah memasang senyum seramah mungkin, berusaha melupakan amarah memuncaknya beberapa detik lalu.

Lisa yang sedari tadi diam melihat pertengkaran singkat suami istri itu, kini berusaha mengalihkan fokusnya pada ponsel. Jujur ia cukup gugup mengingat perkataan Wira jika tamu-tamu yang datang itu adalah orang yang akan ikut andil dalam pernikahan dadakannya nanti.

"Lisa, sini!"

Sial. Wira tiba-tiba memanggilnya dan Lisa mau tak mau harus mendekat untuk bergabung dengan mereka.

"Langsung aja ya. Jadi kayak yang saya minta kemarin, konsepnya sederhana aja. Cukup calon mantu saya ini pake kemeja sama jas. Kalo buat putri saya terserah aja gimana bagusnya yang penting ngga ngeribetin. Karena ya... kayak yang kalian liat sekarang, putri saya malah kena musibah duluan." Jelas Wira, tertawa garing di akhir kalimat panjangnya.

"Iya, pak. Nanti putri bapak saya tata sedikit aja rambutnya biar keliatan rapi. Dipakein make up dikit juga ngga papa, kan?"

"Ngga papa. Terserah mbaknya aja gimana bagusnya."

EIS:SIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang