Song: Pink Sweat$- At My Worst***
"Kemarin pak Misadi bilang sekolah diliburin tiga hari, katanya guru-guru ada urusan penting sama papa. Iya?"
Wira yang sedang meniup-niup lubang carter oli motornya, berhenti dan menatap sejenak. Ia mengangguk setelah itu beralih membuka botol oli baru di sampingnya.
"Ya ngga penting-penting amat sih, Li. Cuma bahas agenda tahunan aja." Wira kembali menoleh.
"Bentar lagi ujian kenaikan kelas, kan?"Lisa yang kini mengambil alih pekerjaan Wira sebelumnya, mengangguk mengiyakan.
"Ya cuma bahas itu aja sebenernya. Palingan sama penerimaan siswa baru. Cuma ya emang banyak yang harus disiapin. Jadi daripada anak-anak keliaran di sekolah ngga keurus karena ditinggal rapat, ya mending diliburin."
Yang masih sekolah, setuju ngga sama Wira?
Memang benar sebelum pulang kemarin, para guru di sekolah milik Wira mengumumkan jika seluruh siswanya akan diliburkan selama 3 hari mulai hari ini. Itu sebabnya di pagi ini pemuda yang baru menginjak 16 tahun itu masih berpakaian santai dan memilih membantu Wira mengganti oli motornya. Bahkan tubuhnya juga sama sekali belum menyentuh air, hanya saat berwudhu untuk salat subuh tadi saja.
"Terus kapan papa rapatnya?"
"Habis ini kayaknya. Jam berapa sih?"
Lisa mengambil ponselnya yang ia simpan dashboard motor. Ia menekan tombol power, lantas meletakkannya kembali.
"Jam tujuh lebih."
"Masih lama. Nanti jam delapanan kok."
Lisa mengangguk mengerti.
"Itu udah bersih belum?" Tanya Wira, mengendikkan kepala pada carter oli.
"Udah."
Usai Lisa menjawab demikian, tangan Wira bergerak menutup lubang bagian bawah carter. Setelahnya baru ia menuangkan oli barunya.
"Oh iya. Papa beberapa bulan ini belum sempet ngecek nilai harian istri kamu. Kamu tau berapa?"
"Engga tau, pa." Jawab Lisa menggeleng pelan.
Melirik sebentar, kepala Wira balas mengangguk-angguk.
"Ya udah. Nanti papa tanya aja sama wali kelasnya.""Ayok diberesin. Keburu mama kamu manggilin buat sarapan nanti."
"Iya."
Lisa dengan cekatan langsung membereskan bekas kerja mereka berdua. Tentu tak hanya menyuruh, Wira yang sudah menutup kembali lubang carter juga turut membantu. Sehingga tak butuh waktu lama untuk merapikan kembali.
"Kamu masuk duluan aja. Nanti papa nyusul."
Lisa mengangguk menurut. Ia masuk ke dalam rumah lewat pintu garasi, meninggalkan Wira yang entah akan melakukan apa lagi di sana.
"Mandi dimana ya? Kalau di kamar Jennie pasti marah-marah. Kan kaki sama tangan aku kotor." Lisa berpikir sambil terus melangkah.
"Di kamar mandi dapur aja deh." Putusnya kemudian.***
"Li?"
"Iya?"
"Kemarin papa ke pavilion, ada dua kardus isinya buku sama mainan-mainan yang pada rusak. Itu punya kamu?"
"Iya. Kenapa, pa?" Tanya Lisa lagi, mulai memperhatikan Wira sepenuhnya usai meletakkan gelas minumnya.
"Kenapa ngga dibawa ke sini aja bareng baju-baju kamu? Di kamar kamu juga kayanya masih banyak barang-barang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
EIS:SIE
Fanfic[JENLISA] *** Dirimu yang dingin namun manis. Dirimu yang kusebut es krim, aku punya satu pertanyaan untukmu. Benarkah dari kebersamaan kita, yang boleh aku nikmati hanya aura dingin dan wajah manismu? Hanya es krim? Tidak bisa kau lebihkan sedikit...