Aing up ini, khusus buat yang sering spam chat kapan update. Heh! Nongol lu!😂😂 canda".Intinya buat semuanya moga aja terobati ya sakit hatinya karna gue lebih mentingin ff sebelah. Soalnya habis ini bakal hiatus lagi di ff ini😂😂
Payy...
________________
What? Me? And you? Seriously?
_____
***Celana cargo dan kaos lengan pendek sudah menyatu rapi dengan tubuh Lisa. Waktu maghrib baru saja berakhir, dan ia telah menjalankan kewajibannya.
Usai menyampirkan kembali sajadah dan sarung di kursi belajar, lelaki jangkung itu berjalan mendekati lemari.
Lisa menyisir rapi rambut lebatnya setelah lebih dulu meletakkan kacamata Jisoo di nakas yang sempat ia pakai untuk belajar tadi.
"Om Nata mau ngomong apa ya? Mukanya serius banget tadi." Gumamnya.
Malam ini ia akan kembali menemui Wira di rumahnya. Sempat berbincang kecil saat baru saja ia pulang sekolah, ayah dua anak itu memintanya untuk datang ke rumah saat jam makan malam. Lisa yang sudah diberitahu Rosa lebih dulu semalam, mengiyakan saja. Kini ia pun sudah berjalan menuju rumah pria itu.
Lisa memencet bel beberapa kali, dan akhirnya pintu pun terbuka.
"Bibi? Kok belum pulang?"
Lisa cukup terkejut melihat siapa yang membukakan pintu untuknya. Pembantu yang biasanya hanya bekerja sampai sore, menjelang malam ini masih ada di rumah besar Wira.
"Iya, den. Mari masuk."
"Oh, iya."
Dengan wajah keheranan, Lisa mengikuti langkah sang pembantu. Belum lepas keterkejutan tadi, pemandangan di ruang tamu lagi-lagi membuatnya bertanya-tanya. Formasi lengkap keluarga Wira tengah duduk di sana dengan pakaian rapi menyambut kehadirannya.
Lisa seketika meneguk ludah. Lihatlah pakaian yang ia kenakan, sangat berkebalikan dengan mereka.
"Oh, udah dateng. Sini!"
Dengan langkah ragu-ragu, Lisa mendekat. Ia mengambil duduk di kursi panjang seorang diri, berhadapan langsung dengan single sofa yang diduduki Wira.
Pembantu tadi datang kembali membawakan minuman.
"Diminum dulu, Li."
"Iya, om."
Lisa menyeruput sedikit. Setelahnya ia menatap dan tersenyum canggung pada satu persatu anggota keluarga itu.
Suasana pun seketika menjadi sunyi. Televisi yang tadinya menyala sudah dimatikan oleh Wira. Pria setengah baya itu melempar senyum pada Lisa sebelum melayangkan pertanyaan pembuka.
"Gimana sekolah kamu?"
"Em... baik, om."
"Umur kamu sekarang berapa?"
Lisa langsung menatap mata Wira. Ia tak dapat menutupi rasa herannya pada wajah pria yang masih mempertahankan senyum lembut ke arahnya.
"Bentar lagi enam belas tahun."
"Bentar lagi?" Mata Wira sedikit menyipit.
"Oh iya. Ini bulan tiga ya. Tanggal berapa emang?""Dua puluh tujuh."
"Pas!"
Lisa semakin menatap heran. Wira baru saja memekik senang membuat Lisa semakin kebingungan dalam hati.
"Pas... apanya, om?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EIS:SIE
Fiksi Penggemar[JENLISA] *** Dirimu yang dingin namun manis. Dirimu yang kusebut es krim, aku punya satu pertanyaan untukmu. Benarkah dari kebersamaan kita, yang boleh aku nikmati hanya aura dingin dan wajah manismu? Hanya es krim? Tidak bisa kau lebihkan sedikit...