_______________
Apa yang dipandang oleh cinta? Haha.
Perasaan gila, yang bahkan rasanya napasmu pun sudah bisa menjadi alasan.
______
***Olivia rasanya sudah cukup bersabar hari ini. Berulang kali desahan tak bersemangat dari lelaki di sampingnya tak henti mengaluni telinga, membuat sebagian fokusnya sedikit terganggu.
Yang dilakukannya sedari tadi hanya diam dengan lirikan tanpa minat. Hingga mungkin sudah cukup lelah menahan, ia menyentak kasar pulpennya sebelum memulai introgasi.
"Mulut lo bisa diem ngga sih?! Hah heh hah heh mulu dari tadi kaya ngga punya idung!"
Respons setelahnya membuat gadis itu sedikit tercengang. Jika biasanya Lisa akan terlonjak kaget lalu menunduk seperti seorang pengecut, kali ini wajah melas tanpa balutan kacamata yang ditunjukkannya setelah sekian lama bersembunyi di balik lipatan lengan.
"Gimana, Liv..."
"Hah? Gimana apanya?" Jujur saja Olivia berucap sambil mati-matian menahan debaran jantungnya.
Lisa tanpa kacamata, benar-benar memberi kesan berbeda di matanya.
Dengan lemas Lisa kembali menegakkan tubuh. Sorotnya masih menatap si gadis tanpa tenaga.
"Aku... eum__aku lagi suka sama orang."
"HAH?!"
Kali ini Lisa benar-benar terkesiap. Matanya refleks menatap ke depan sebelum akhirnya mendesah lega. Setelah itu berujar maaf pada beberapa siswa yang terganggu.
"Jangan teri__"
"Engga engga entar dulu! Lo tadi bilang apa?! Elo? Suka sama orang? Kok bisa?!"
"Hah? Emangnya ngga boleh?"
"Engga engga gituuuu!! Tapi__ih ini lo Lisa si culun itu, kan? Lo ngga gila, kan? Terus__ telinga gue ngga lagi rusak, kan? Coba ulang lo bilang apa tadi?" Tanyanya beruntun, menyelipkan tergesa rambut-rambut di sekitar telinganya.
"Aku suka sama orang__"
"FIX! GUE YANG GILA!"
***
"Li, serius gue mau nanya." Jisoo memajukan wajah setelah menjauhkan gelas tehnya.
"Lo ngga kenapa-napa, kan?" Tanyanya pelan."Iya, Li. Lo napa sih? Akhir-akhir ini kalo di ajak ngumpul susah, sekalinya ngumpul sibuk sama buku ngga jelas ini. Sekarang malah kek orang ngga punya tulang. Letoy."
"Ya selama ini emang elo pendiem sih. Cuma ngga sampe segininya." Imbuh Taehyung lagi.
Lisa tak menjawab, memilih menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya tanpa selera. Matanya kemudian menatapi bergantian Jisoo dan Taehyung, namun kembali menunduk lagi.
"Nah kan. Udah kek orang kelilit utang tau ngga lo? Coba siniin bukunya gue mau baca! Tau-tau aja ada bangke cicak yang bikin lo ngga napsu."
"Eh jangan!" Tubuh Lisa menegang sepenuhnya dan langsung meraih kasar bukunya yang hampir disentuh Jisoo.
Sudah jelas tingkahnya membuatnya semakin dicurigai. Jisoo memang tak berniat merebut kembali buku tersebut, tapi justru menggantinya dengan sorot introgasi mencekam.
"Cerita. Lo kenapa, terus ada apa sama tuh buku?"
Adu tatap dua remaja selang usia itu ditengahi oleh Taehyung yang terus mengunyah risolnya tanpa ingin ikut campur lagi. Ia memilih mendengarkan, karena baginya Jisoo sudah cukup hebat dalam mengeruk apa yang sebenarnya terjadi tanpa perlu bantuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIS:SIE
Fanfiction[JENLISA] *** Dirimu yang dingin namun manis. Dirimu yang kusebut es krim, aku punya satu pertanyaan untukmu. Benarkah dari kebersamaan kita, yang boleh aku nikmati hanya aura dingin dan wajah manismu? Hanya es krim? Tidak bisa kau lebihkan sedikit...