19. LOST AND GAIN (kilas balik)

1.1K 138 58
                                    


"Pah."

"Hm?"

"Itu... bukannya anaknya teman papa?"

"Hah? Mana?"

"Itu!"

Mata Wira berkelintaran cepat di sekitar untuk membuktikan praduga sang istri.
"Mana sih?"

"Itu na yang di kursi. Yang pakai hoodie warna army." Tunjuk Youna sembunyi-sembunyi, akhirnya berhasil membuat Wira menemukan objeknya.

"Itu... Lisa, kan?"

"Iya. Yang sering kamu sama Jennie ajak ke rumah dulu."

Bicara Youna sudah tidak lagi ditanggapi Wira. Pria itu kini terfokus pada remaja yang ditunjuk tadi, dan menatapnya dengan sendu.

"Mas?"

Youna rupanya sadar jika beberapa kesadaran Wira tidak berada di raganya. Mengikuti sebentar arah mata sang suami, lantas perlahan ia mendorong kursi roda pria itu untuk maju.

"Loh, ma. Mau kemana?"

"Nyamperinlah. Kasian tau sendirian."

Saat Wira akan kembali melayangkan protes, bibirnya tak sempat lagi bersuara sebab sudah berhadapan dengan orang yang dituju. Wira pun pasrah saja akhirnya.

"Lisa, bener?" Alunan suara Youna menyapa lembut.

Remaja yang tengah tertunduk itu mendongak. Raut awalnya bingung, lantas berubah terkejut sepersekian detik.

"Ta__tante?"

"Bener kamu Lisa? Anaknya pak Adipura, kan?"

"E__ maaf. Tante salah orang. Permisi." Tanpa berbasa-basi lagi, pemuda itu bangkit dan pergi meninggalkan suami istri tersebut dengan langkah cepat.

***

Esoknya...

"Ehem!"

Deheman Wira berhasil mengambil atensi remaja di depannya. Seperti kemarin, ia masih nampak terkejut.

"Kamu__"

"Maaf, om. Saya harus__"

"Saya tau kamu bukan Lisa. Saya cuma mau ngobrol sebentar sama kamu." Sela Wira cepat, menahan tangan pemuda yang akan kembali pergi tersebut.

"Tapi__"

"Saya mohon."

Remaja tanggung itu menghela sebelum kemudian mengangguk kecil. Meski wajahnya nampak ragu, ia tetap menurut dan kembali duduk di kursi taman tadi.

"Kamu masih inget saya?" Tanya Wira setelah dibantu Youna menghadapkan kursi rodanya pada si pemuda.

Wira tersenyum samar ketika pertanyaannya hanya dibalas gelengan kecil.

"Kalau begitu kita kenalan lagi. Saya Wira, teman Adipura Mananggara. Daddy kamu, benar?"

Kali ini tidak ada respons lagi dari remaja itu. Ia masih terus menunduk, lantas tingkahnya mengundang Wira untuk menghela.

"Oke. Saya serius, Lisa." Wira menarik napas dalam.
"Saya ngga tau alasan kamu pura-pura kayak gini, saya cuma mau tanya satu hal. Dari kemarin. Dari kemarin saya liat kamu di rumah sakit, boleh saya tau siapa yang sakit?"

Selama beberapa detik hanya kesunyian yang terjadi. Wira juga memilih diam sebentar sambil terus menatapi remaja yang ia harap mau bersuara itu.

"Lisa?"

"Daddy. Daddy yang sakit."

Bersamaan Wira memanggil, Lisa menjawab dengan nada pelan.

"Sakit apa?" Wira bertanya kembali setelah beberapa saat menahan napas.

EIS:SIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang