8. BACK HOME

1.3K 180 42
                                    


Song: Shaun feat. Conor- Way Back Home🎶

Habis ini beneran hiatus lama (perasaan hiatus mulu).

Mohon bersabar😂

Happy reading💛

***

Tak terasa 3 hari telah berlalu. Kondisi Jennie juga bisa dikatakan pulih pesat. Dan minggu pagi ini ia sudah diperbolehkan pulang, meski nantinya harus tetap berdiam diri di rumah selama beberapa hari.

Namun tak apa. Bagi Jennie lebih baik diam di rumah dari pada mendekam di ruangan asing penuh obat itu.

Ia juga sudah muak dengan wajah lelaki paling disebalinya, yang rasa-rasanya tak pernah absen sekalipun di ruangannya. Belum lagi godaan-godaan garing dari Wira dan Rosa setiap saat.

Ugh! Menggelikan.

"Udah?" Youna bertanya, tepat beberapa langkah setelah Wira masuk.

"Udah, ini."

Wira, pria setengah baya itu baru saja dari instalasi farmasi rawat jalan untuk menebus obat-obat Jennie. Sementara menunggu Wira, Youna yang memang tadi sedang menemani Jennie di ruangan, memilih untuk membereskan barang-barang.

Tepat sekali sekembalinya Wira barusan, pekerjaannya juga telah usai.

"Loh? Suami sama adek kamu mana, Jennie?" Wira bertanya sembari memberikan obat tebusannya pada sang istri.

Jennie yang ditanyai hanya mengendik acuh, tetap berkutat dengan ponselnya.

"Nganterin anak kamu makan. Laper, belum ada sarapan pagi tadi katanya." Youna menjawab.

"Halah bohong. Orang habis subuh tadi minta anterin aku ke kantin, belum makan apanya. Iseng aja emang dia malakin Lisa."

"Engga ya! Enak aja."

Tiba-tiba suara dari arah pintu menyahut cibiran Wira. Rosa masuk dengan wajah masamnya, membuat tawa kecil mereka pecah. Kecuali istri Lisa, karena gadis itu masih berlarut dengan benda pipih di genggamannya.

"Oh iya. Udah semua, kan?" Tanya Wira lagi, memastikan.

"Udah."

"Ya udah. Ayo pulang." Ajaknya, berjalan mendekati bangsal Jennie.

"Mau gendong gimana?"

Sedikit terkejut melihat Wira ada di depannya, Jennie lekas mematikan ponselnya dengan wajah setenang mungkin.
"Gendong depan."

"Gendong depan? Ngga malu?"

Membalas tatapan sang papa, Jennie mengernyit bingung.
"Malu kenapa? Biasanya juga gitu."

"Ck. Papa itu lagi ngode, kak." Rosa melirik Lisa di sampingnya dengan sorot menggoda.
"Minta gendong bang Lisa gih. Papa juga udah tua, kasian tau."

Ucapan sarat godaan dari sang adik, jelas membuat mata Jennie langsung menatap, menyipit tak suka.
"Apa sih, ngga jelas."

Wira yang masih di berdiri di depan Jennie, hanya terkekeh melihat perdebatan tak berarti kedua putrinya. Ia pun kembali bertanya untuk membuat Jennie melupakan kekesalannya.

"Jadi ngga gendongnya?"

"Ngga!" Ketus Jennie.

"Yakin?"

Kali ini Jennie hanya mengendikkan bahu tanpa bersuara. Wira yang gemas melihat putrinya seperti itu, segera menyelipkan kedua tangannya di ketiak dan lipatan lutut Jennie. Remaja tanggung itu jelas langsung memekik tertahan.

EIS:SIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang