***
Wajah cantik yang setengah menelungkup pada bantal itu memicing. Kerutan dalam pada dahinya menandakan betapa ia sangat terganggu dengan cahaya hangat dari luar.
"Nghh..."
Ia menggeliat kecil. Tangannya yang bergerak ke segala arah tanpa sengaja membuat selimutnya tersibak. Mendesah sebentar, mata kecilnya perlahan terbuka.
Sudah merubah posisi menjadi terlentang sempurna, netra merah Jennie berkeliling sebentar di langit-langit. Masih sangat mengantuk rasanya.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Kemunculan seorang pemuda tengah menekan-nekan wajahnya menggunakan handuk putih dari sana, kini menjadi fokus Jennie. Sontak rasa kantuk gadis itu langsung hilang dan segera beringsut duduk dengan berusaha menutupi tubuhnya menggunakan selimut.
"Lo?!"
Terkejut, Lisa-pemuda itu-refleks menoleh.
"Jennie?"
"Lo ngap__"
Mendadak tersadar, kini lagi-lagi rasa terkejutnya membuat Jennie harus kembali menahan malu. Gadis itu langsung memejamkan mata rapat sambil menahan kekesalan pada dirinya sendiri.
Seminggu berada dalam satu ruangan dengan pemuda itu, nyatanya ia masih belum bisa membiasakan diri. Kekagetannya tadi rupanya sudah terulang beberapa kali di hari sebelumnya.
"Lucu."
Melihat Jennie yang memalingkan wajah dengan raut menahan malu, Lisa diam-diam mengulum senyum. Kejadian menggemaskan yang ia alami akhir-akhir ini membuat paginya terasa cukup menghangat.
Setelah menguasai diri, Jennie kembali menoleh dan membuka matanya. Kini raut datar kebanggaannya mulai tampak.
"Ngapain lo masih di situ? Keluar!"
"Hah? A' iya." Mendadak canggung, Lisa sedikit meremas handuk di tangannya.
"Oh iya. Aku udah siapin air hangat di bath up. Kamu hari ini mau sekolah, kan?"Pertanyaan Lisa hanya Jennie respons dengan endikan bahu acuh. Lalu gadis itu menyibak selimut sepenuhnya dan berjalan memasuki kamar mandi. Sebelumnya sempat juga menyenggol pundak Lisa lumayan keras.
"Buru beresin alat sekolah lo. Gue ngga mau tau, gue selesai mandi lo harus udah ngga ada di sini." Titahnya sebelum benar-benar menutup pintu.
Brak!
"Astaghfirullah..."
***
"Abang!!"
Melihat Lisa akan menghampiri meja makan, Rosa dengan tergesa langsung keluar dari kursinya dan berlari memeluk pemuda jangkung itu.
"Aa~... selamat ulang tahuuunn..."
Lisa yang tadinya terkejut, seketika langsung mengukir senyum setelah menyadari sebab sang adik ipar bertingkah aneh.
"Makasih banyak." Lisa berujar pelan sambil membalas pelukan Rosa.
"Loh? Oh iya ya. Kamu ulang tahun hari ini." Sahut Wira yang baru tersadar, turut bangkit dari kursi.
"Selamat ulang tahun, sayang..."
Gerakan Wira nyatanya sudah didului oleh sang istri. Wanita itu langsung meletakkan sudipnya asal setelah mendengar ucapan si bungsu tadi.
"Makasih, ma." Balas Lisa, usai menerima pelukan dan hujaman lembut pada kening dan pipinya.
"Selamat ulang tahun ya. Makin dewasa, makin pinter." Kini giliran Wira yang mendekat dengan usakan sayang di kepala Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIS:SIE
أدب الهواة[JENLISA] *** Dirimu yang dingin namun manis. Dirimu yang kusebut es krim, aku punya satu pertanyaan untukmu. Benarkah dari kebersamaan kita, yang boleh aku nikmati hanya aura dingin dan wajah manismu? Hanya es krim? Tidak bisa kau lebihkan sedikit...