Song: Langit Sore- Rumit
***Berseragam rapi, menenteng buku bersampul bungkus kadonya, Lisa terus berkelintaran gusar di kamar. Matanya yang menatapi dial jam weker, sesekali teralih pada tubuh mungil terbungkus selimut di atas ranjang.
"Olivia ngga bisa ditelepon, ini udah jamnya Jennie mau bangun. Ck. Gimana da?" Gerutunya lirih.
Dilanda lelah, Lisa akhirnya menghampiri armchair dan duduk di sana. Pijatan-pijatan pada pelipis juga tak luput dilakukan.
Jujur, ia sebenarnya masih cukup mengantuk. Semalaman tidak bisa terlelap sama sekali lantaran terus memikirkan apa yang harus dilakukannya hari ini. Belum lagi kejadian semalam terus menggentayangi otaknya.
"Buat sesuatu romantis sebelum bangun tidur. Apa tapiii..."
"Ngasih bunga? Masih pagi banget buat pesen. Tokonya juga belum tentu buka. Ngga mungkin, kan metik di pekarangan mama?" Lisa mendesah lelah. Matanya yang sempat terpejam perlahan terbuka, dan langsung disuguhi tas sekolah miliknya dan Jennie di gantungan Tjusig dekat pintu.
"Tas?" Gumamnya, bersama segaris senyum sumringah yang tiba-tiba terbit.
Dengan langkah cepat namun senyap Lisa lekas bangkit. Tas hitam biasa dan tas bomber senada dengan sedikit sentuhan putih diambilnya, kemudian dibawa menuju meja belajar.
"Matematika, PKWU, Biologi." Ucapnya pelan, membaca lembar jadwal pelajaran yang tertempel di meja.
Tangannya langsung bergerak lincah. Memilah buku-buku diknas dan tulis bersampul milik Jennie, lalu memasukkannya ke dalam tas. Demikian ia lakukan pula pada tasnya.
"Aku tau mungkin yang aku lakuin ngga ada apa-apanya di mata kamu, Jennie. Tapi seenggaknya aku udah berusaha, kan?"
Sekelebat kisah semalam kembali terputar. Jika menarik waktu ke beberapa hari lalu, Jennie sebenarnya sudah kembali seperti semula yang tidak ingin seincipun tubuhnya disentuh Lisa.
Tapi siapa yang menduga kalau semalam akan terjadi kontak lagi. Dan Jennie hingga pagi ini belum menyadari itu lantaran semalam langsung tertidur ketakutan di balik selimut.
"Aku sayang sama kamu, mungkin udah hampir cinta. Tapi kalau kita nanti bakal pisah, aku harap hubungan kita bisa lebih baik dari kemarin, J. Kayak dulu."
Lisa tersenyum usai mengenakan tasnya sendiri. Sedangkan tas bomber Jennie ia biarkan di meja, beralih menatap sekali lagi si pemilik yang masih di alam lain. Setelah puas, ia keluar dari kamar.
●●
"Cantik banget." Celetuk Lisa pelan tanpa sadar.
Senyum terpatri indah di bibirnya sejak ratusan detik lalu. Dari ujung koridor kelas, matanya terus terpaku pada objek di depan sana.
"Kapan kamu ngeliat aku kayak aku ngeliat kamu sekarang, Jennie?" Lanjutnya, yang tiba-tiba tersendu.Meski begitu tatapan Lisa masih belum melepas Jennie. Setiap tingkah gadis itu diperhatikannya, sampai pada saat ia menghentikan seorang siswa laki-laki.
"Kak Joshua."
Keduanya terlibat pembicaraan sebentar. Pemuda yang diketahui Lisa adalah siswa kelas 12 itu juga terlihat akrab dengan Jennie. Penampilannya cukup urakan, tapi istrinya seperti tidak masalah.
"...Jadi badboy? Aku cuma harus kayak gini buat deketin dia?..."
Lama memperhatikan, Lisa kembali teringat percakapannya dengan Olivia beberapa jam lalu saat istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIS:SIE
Fanfiction[JENLISA] *** Dirimu yang dingin namun manis. Dirimu yang kusebut es krim, aku punya satu pertanyaan untukmu. Benarkah dari kebersamaan kita, yang boleh aku nikmati hanya aura dingin dan wajah manismu? Hanya es krim? Tidak bisa kau lebihkan sedikit...