1. SOTO BETAWI

6K 272 9
                                    


"Bangun lo!"

Mendengar suara seseorang yang sangat dikenalnya, lelaki berseragam sekolah yang tengah khusyu' menikmati soto betawinya langsung mendongak dengan sedikit mempercepat tempo kunyahan dalam mulutnya.
"Iya?"

"Budek lo?"

Mendengar itu, spontan dirinya langsung berdiri. Dengan satu tangan masih memegang mangkok, ia beberapa kali menarik-narik bangku yang baru saja didudukinya hingga menjadi dua bagian. Ternyata terdapat satu bangku lagi yang menjadi satu dengan bangkunya. Ia memisahkannya, bermaksud membagi dengan gadis tadi.

"Ini." Serahnya, kembali duduk melanjutkan makan.

Bukannya berterima kasih, si gadis justru berdecak malas. Ia menatap jengah sang lelaki sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo liat ngga sih gue dateng sama siapa?"

Baru setengah mengangkat sendok, terpaksa Lisa, si lelaki tadi harus kembali mendongak saat sang gadis berbicara lagi.

"Tapi aku juga mau makan__"

"Ya terus? Lo pikir gue perduli?"

"Lama!"

Hancur sudah acara makan siangnya hari ini. Lelaki tampan dengan seragam persis seperti miliknya di sebelah gadis tadi tanpa aba-aba langsung menendang bangku yang Lisa duduki hingga bergeser. Tentu bisa dibayangkan apa yang terjadi padanya setelah itu. Lisa jatuh terduduk dengan segala isian soto betawi berserakan di seragamnya.

Lelaki yang menendang mendengus sinis, berbanding terbalik dengan sang gadis yang hanya menampilkan wajah dingin. Mereka tanpa rasa bersalah langsung beranjak menduduki dua bangku tadi.

Sedikit memperbaiki letak kacamata,  Lisa dengan segenap rasa malu berdehem sambil mencoba untuk bangkit dan membersihkan seragamnya. Kejadian seperti ini sebenarnya sudah kesekalian kalinya terjadi, namun tetap saja terasa sangat memalukan untuknya.

"Soto betawi dua. Ngga pake acar semua, satunya ngga dikasih jeroan."

Penjual soto gerobak hanya berdehem dan melirik sekilas dua pembeli barunya. Hatinya sebenarnya bergejolak panas melihat kelakuan dua pelajar berbeda gender itu. Namun apa daya, dirinya hanya orang asing. Mereka pun pembeli yang harus ia layani dengan semestinya.

Belum sempat beraksi, tak sengaja pria paruh baya itu melihat pelanggannya yang tadi akan menghampirinya. Ada rasa kasihan melihat seragam sekolah yang tadinya rapi, kini penuh dengan lukisan kuah soto betawi buatannya.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di otak penjual soto betawi. Dengan terburu ia pun membungkuk, menggeledah isi bufet bagian bawah gerobaknya sebelum Lisa sampai di hadapannya.

"Ini bang mangkoknya. Makasih ya. Tadi udah saya bayar, kan?"

"Oh iya, udah." Penjual itu kembali bangkit.
"Ini pesanannya yang dibungkus, mas." Ucapnya, menyodorkan sebungkus makanan seperti yang Lisa makan tadi.

"Hah? Saya ngga pesen ini, bang." Jelas Lisa langsung terkejut.

"Loh, masnya gimana sih?"

"Beneran, bang. Saya ngga mesen ini tadi." Tukas Lisa lagi. Lelaki itu benar-benar yakin dirinya tidak memesan makanan lagi.

Bagaimana ia bisa memesan soto itu, sedangkan uang yang ia bawa setiap harinya hanya mampu untuk membeli satu porsi beserta minuman saja. Uang itupun sudah ia belanjakan untuk soto yang tumpah barusan.

"Loh, masnya lupa? Tadi mas bilang sendiri loh."

"Tapi__"

"Bisa cepet ngga sih?!"

EIS:SIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang