_______________________________
Karena semakin panjang untaian benang waktu, semakin tertaut pula diriku dan seluruh yang ada pada makhluk Tuhan di depan sana.
___________________
"Berdoa selesai."Semua siswa dalam ruangan itu kembali menegakkan kepala setelah beberapa saat menunduk memanjatkan doa seusai menimba ilmu.
"Untuk yang bawa kendaraan, pelan-pelan bawanya. Semuanya langsung pulang ngga usah mampir kemana-mana. Sampai ketemu minggu depan, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Serempak para murid sambil pandangan mereka mengantar sang guru keluar.
Setelah itu terjadi kericuhan kecil ketika beberapa siswa berlomba siapa yang bisa keluar pintu lebih dulu. Ada juga yang masih duduk santai seperti lelaki jangkung satu ini. Ia malas berdesakan, karena akhirnya juga akan keluar dari kelas.
"Oliv!" Seru Lisa tatkala Olivia berjalan melewatinya acuh.
Tidak ada yang dilakukan Olivia selain memberi lirikan sekejap dan tetap berjalan. Meninggalkan Lisa yang menghela karena usahanya mengajak gadis itu berbicara gagal untuk kesekian kalinya.
Saat itu juga ada pesan masuk. Lisa tidak jadi terlarut dengan sikap Olivia barusan. Sambil mengetik ia turut keluar kelas karena sebagian besar teman-temannya sudah keluar.
Drrt drrt~
Sedang asyik mengetik, layar ponsel Lisa berubah gelap lalu menampilkan foto profil dan nama Rosa yang tiba-tiba meneleponnya. Tanpa pikir panjang lekas saja ia menerimanya.
"Halo?"
📲"Halo. Abang udah keluarkah?"
"Udah, barusan aja. Kenapa?"
📲"Kalo gitu buru turun ya. Kita ke rumah sakit. Papa barusan nelepon katanya kakak udah boleh pulang. Mereka sekarang udah siap. Takutnya nunggu lama soalnya ini pak Burhan jemput aku pake mobil yang dibawa papa ke rumah sakit. Ini aku di depan gerbang."
"Oh kamu duluan aja kalo gitu. Bang Ji juga barusan bilang udah mau ke sini kok. Aku bareng sama dia aja."
📲"Beneran?"
"Iya, Na."
📲"Ya udah kalo gitu."
Rosa di seberang sana setelah itu memutuskan sambungan. Dengan demikian Lisa juga mulai mempercepat langkahnya.
"Hei, kamu!"
Lisa menoleh mendengar suara salah satu gurunya. Kakinya yang hampir berbelok ke kanan setelah menuruni tangga menjadi berhenti sejenak.
"Sini."
Kata itu membuat mata Lisa refleks memindai sekeliling memastikan ada orang selain dirinya atau tidak.
"Saya, bu?" Tanyanya setelah tidak mendapati siapapun."Iyalah, siapa lagi? Sini!"
Dengan hati mulai cemas, Lisa langkahkan kakinya mendekat. Tangannya lalu menyalimi sang guru dengan sopan, sekejap setelah mereka berhadapan.
"Udah ngumpul tugas minggu lalu belum di meja saya?"
"Udah kok, bu. Saya dari hari jumat udah ngumpul. Bisa ibu cek bukunya di sana." Jawab Lisa dengan kejal dan cepat.
Guru wanita di hadapan Lisa menyerngit tipis sebelum kemudian terkekeh sesaat melihat Lisa.
"Ya ngga usah panik gitu dong. Orang saya cuma nanya."Hanya cengiran kaku yang menjadi respons Lisa.
"Iya sih. Tapi ibu killer hueee." Hiperbola batin Lisa, namun cukup menyadari kalau jawabannya tadi memang sedikit berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIS:SIE
Fanfiction[JENLISA] *** Dirimu yang dingin namun manis. Dirimu yang kusebut es krim, aku punya satu pertanyaan untukmu. Benarkah dari kebersamaan kita, yang boleh aku nikmati hanya aura dingin dan wajah manismu? Hanya es krim? Tidak bisa kau lebihkan sedikit...