Falling

166 21 11
                                    

Note : Akan ada unsur ++, because ini latar ceritanya di Korea.hehe maafkan🙏




Pagi ini Jiwon mengemasi barang-barang yang akan dibawanya ke New York. Namun kali ini kepergiannya ke negara itu mungkin hanya untuk beberapa bulan hanya untuk sekedar mengunjungi omanya di sana dan liburan sejenak dari rutinitas keartisannya.

Sedari tadi bibirnya bersenandung dan sesekali tersenyum simpul. Bahkan tak bisa terhitung sudah berapa kali sudut bibirnya itu terangkat sepertinya ia tengah berada dalam mood yang baik.

Bagaimana tidak, seperti ada kupu-kupu bertebangan di perutnya. Menggelikan jika mengingatnya.

Aishh.
Kim Jiwon bisa selesai tahun depan pekerjaanmu jika memikirkannya terus.

Sampai dering ponsel mengalihkan atensinya dari koper itu. Nomor baru terlihat di layar ponsel itu.

"Yeopseo"

"..."

"Nugu..." ucapannya tertahan keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya jantungnya berdetak dua kali lipat.

Dan seperti sedang terbang tinggi dan dijatuhkan begitu saja airmata lolos begitu saja dari kelopak matanya saat mendengar seseorang yang berkata dipanggilan itu.

"Bagaimana keadaannya?"

"..."

Jiwon menghapus air matanya kasar, "Aku terbang sekarang kesana" katanya lalu menutup sambungan telepon dan menelpon seseorang.

Berulang kali ia memanggil tapi sama sekali tak diangkat. Pikirannya benar-benar kalut sekarang. Iapun memilih memanggil nomor yang lain.

Tutt..tuuttt...

Kembali tersambung namun hanya lanjutan jawaban dari operator yang menjawabnya, sampai di panggilan ketiga.

Diangkat.

"Yeopseo, oppa eodiya?" Nafasnya tersenggal karena menahan tangisan.

"..."

"Aku harus ke Shanghai sekarang juga."

"..."

"Aku tak bisa menjelaskannya sekarang, bisa minta tolong urus mobilku di Bandara nanti ? aku tak mungkin menunggu Chanyeol ataupun naik taksi umum sekarang, aku sedang buru-buru" kata Jiwon lalu meraih beberapa barang tak sebanyak kopernya tadi.

"..."

Jiwon menghela nafas dan menghembuskannya agar lebih tenang, "Dia kecelakaan"

"..."

Gadis itu mengangguk saat mendengar reaksi orang yang berada disambungan teleponnya, "Tak perlu oppa, biar aku sendiri saja"

"..."

"Geureu, aku akan menunggumu di lobi"

Sambungan teleponpun terputus. Langsung saja Jiwon menyambar mantel berwarna abu-abu dan meraih tasnya lalu keluar dari apartemennya. Tangannya masih sibuk dengan ponselnya untuk memesan tiket pesawat tujuan Shanghai untuk saat ini untung saja ada sekitar satu setengah jam dari sekarang.

Semoga masih sempat.

"Seon ho oppa" seru Jiwon saat mobil managernya sampai di depan lobby apartemennya.

Segera ia berlari menuju mobil itu.

"Tak ada yang ketinggalan, paspor?" Tanya Seon ho.

Jiwon menggeleng, "Kajja"

DEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang