Give up

127 22 0
                                    

"Berhati-hatilah" kata Jiwon ketika Li Xian akan kembali ke Shanghai ia hanya menginap semalam dan pagi ini ia akan kembali ke negaranya.

Perasaan bersalah terus menyelimuti Jiwon, bagaimana tidak bahkan setelah itu pria itu seperti tidak kenapa-napa. Bahkan mereka masih merayakan ulang tahun Jiwon malam itu. Satu yang selalu ada diingatannya.

~" Aku memang kecewa, tapi aku tak pernah membencimu dan tujuanku kemari untuk merayakan ulang tahunmu jadi kenapa aku harus mengacaukannya sendiri"~

Bagaimana bisa ia bisa setulus itu?

"Jiwon -iie, berjanjilah satu hal !" Kata pria itu sambil berhadapan bersama Jiwon.

"Jangan merasa bersalah padaku, hem?" Perkataan Lixian seolah tahu apa yang ada dipikirannya sekarang.

Bagaimanamungkin ia tak merasa bersalah dengannya, yang benar saja.

"Aku membuatmu kecewa bagaimana bisa tak merasa bersalah, secara tak langsung aku seperti memberikan hubungan semu diantara kita" Jiwon mulai berkaca-kaca.

Li Xian tersenyum samar, "Sudahlah, aku tahu kau akan menangis lagi jika kita membahasnya, dan bagaimana aku bisa tenang pergi jika melihatmu menangis begini, hem?" Ia menangkup wajah Jiwon yang menunduk.

"Segeralah menemukan gadis yang baik, jika kau ingin aku tak merasa bersalah" kata gadis itu.

Kembali pria itu hanya tersenyum samar, sampai terdengar pesawat yang Li Xian tumpangi akan segera berangkat.

Iapun berdiri diikuti Jiwon.

"Berhati-hatilah saat pulang mungkin diluar masih banyak wartawan, Jaga juga pola makanmu, jangan terlalu sering makan ramyeon instan. Hem?"

Jiwon mengangguk, "Kau juga," Dapat dilihat gadis itu menatapnya sendu seperti ada rasa bersalah ditatapannya itu.

Pria itu tak menjawab dan menarik Jiwon ke dalam pelukannya.

Pelukan perpisahan.

"Jangan khawatir" hanya itu yang terucap dari bibirnya sebelum berlalu pergi.

Jiwon menatap punggung pria itu, bahkan ia tak berbalik hanya untuk sekedar melambaikan tangan pada gadis itu seperti biasanya.

Aku harap, kau bisa menemukan kebahagianmu sendiri di luar sana.

Tanpa sadar bulir bening menetes begitu saja dari matanya.

Kenapa harus menangis?
Bukannya memang ini yang terbaik.

Segera gadis itu menghapus air matanya dan keluar dari ruang tunggu vip di Bandara itu.

***

Sementara sore itu di sudut yang lain seorang pria tengah berdiri di balik pintu mengarah ke balkon apartemennya. Menikmati suasana kota Seoul, ditemani coffelate panas ia menyesapnya sekilas. Minuman itu sedikit menenangkan untuknya yang memiliki banyak hal dipikirannya akhir-akhir ini.

Sampai terdengar bunyi ponselnya ia meliriknya sekilas lalu mendengus dan mengabaikan panggilan itu saat tahu siapa yang tertera di layar ponselnya.

Sudah hampir sepuluh kali sehari ini nama itu menelponnya tapi tak pernah ditanggapinya. Sampai dengan panggilan kesebelas Chanyeol pria itu akhirnya meraih ponselnya. Tapi, bukannya diangkat ia malah menonaktifkan ponselnya dan melemparnya ke ranjang dibelakangnya. Untung hanya ranjang bukan lantai, sayang juga jika harus membuang-buang benda kecil mahal itu dan sepertinya Chanyeol masih menggunakan logikanya.

DEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang